Secara singkat, aku menceritakan semua isi yang ada dalam pikiranku kepada Roy. Dengan begini aku hanya berharap bisa menemukan jawaban dari apa yang selalu kupertanyakan.
"Sudah jam segini, aku pulang dulu ya, salam buat ibu kamu"
"Oke, hati-hati dijalan"Aku meninggalkan rumah Roy setelah sadar terlewat lama aku berbincang dengannya. Dering suara ponsel sudah jadi hal biasa, dan nama itu yang selalu muncul di layar depan. Sesampai rumah aku dan Rachel saling bertukar pesan hingga larut malam.
Keesokan paginya, aku merasa ada yang aneh, sesuatu hilang dari diriku, hal yang aku senangi tiba-tiba lenyap begitu saja. Dia tidak datang memberi pesan setitikpun. Aku merasa seperti kehilangan yang cukup dalam, seakan dunia ini berpaling muka dariku. Kekhawatiran menyelimuti tiap langkah kaki kemanapun aku pergi.
Apa yang aku khawatirkan ? Apa yang hilang dariku ? Aku masih saja tidak mengerti.
Entah kenapa aku selalu melihat kearah ponsel kecil yang beberapa hari terakhir terpapang nama seseorang. Apa aku menantikannya ? Aku tidak tahu.
Langit mulai berganti, awan berjalan beriringan, hingga mentari yang mulai sedikit demi sedikit turun dari singgasananya. Aku hanya menghabiskan waktu dengan duduk melihat kerumunan orang yang berlalu ditepi jalan. Namun tak sedikitpun rasa cemasku berkurang. Mungkin aku benar benar kehilangan dia.
Sampai akhirnya ponselku benar-benar berbunyi dengan suara lantang.
"Krriing.."
"Rachel,Maaf, aku terlalu sibuk hingga membuatmu menunggu ;) "
Satu titik terang menghampiriku, dia datang membalas ribuan pesanku untuknya. Perasaan bahagia ? Mungkin benar yang kurasakan saat ini.
"Tak apa, yang terpenting kamu masih dalam keadaan baik :)
Ryan".
"Rachel,
Ponselku penuh pesan masuk dari kamu nih :@"
"Maaf kamu terganggu ya..
Ryan"
Jujur aku sedikit cemas jika dia terganggu denganku. Mungkinkah dia benar-benar terganggu ?.
Cukup lama aku menunggu balasnya. Ada apa dengannya ?
"Krriing.."
Satu dering ponsel mengejutkanku. Ah, mungkin itu satu pesan darinya. Aku mengambil ponsel dan membukanya dengan suka cita.Ternyata benar.
"Rachel,
Enggak kok :)"
Dari banyaknya pesan yang kukirimkan, aku sadar jika aku mulai memiliki perasaan lebih terhadapnya. Rasa kehilangan sesaat mulai sedikit pudar layaknya awan yang dihembus angin, semakin lama semakin lenyap dalam suasana hangat sapanya kali ini.
"Kau tahu, aku merasa kehilanganmu walau sesaat.
Ryan"
Mungkin dengan begini dia akan tahu perasaanku.
"Krring.."
"Rachel,Tolong jangan membuatku tersenyum dengan kalimat tersebut :)"
Aah, dia benar-benar mendapatkanku kali ini. Perasaan bahagia menggantikan segalanya . Tidak ada yang bisa ku tutupi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teori Sakit Hati
AcakSemakin dalam kita mencintai seseorang, semakin besar rasa sakit yang bisa kita terima.