Awal Sebuah Kebahagiaan

1.8K 29 1
                                    

Pagi yang indah dengan ribuan bintang yang mulai lenyap oleh terpaan sinar mentari. Hanya sedikit awan yang berebut tempat di langit pagi kali ini. Burung pun bertegur sapa sembari menikmati udara dingin yang sedikit memeluk disetiap tepi kehidupan.
Hari ini, aku telah memutuskan untuk menulis segala ceritaku disini. SMA yang benar aku impikan, dimana aku ingin melangkah lebih jauh, melompat lebih tinggi, dan menulis banyak cerita dengan goresan tinta emas. Dan dengan kehidupan baruku, aku ingin semua orang yang mengenalku selalu mengingat bagaimana Ryan yang sebenarnya.
"Kamu !!"
"Saya ?"
"Iya kamu, maju kedepan"
Sudah biasa jika banyak bentakan yang dilemparkan saat masa orientasi berlangsung, dan sialnya aku kali ini ditunjuk untuk antusias dalam pemilihan ketua kelas kali ini.
Walaupun aku berdiri dengan tegap, berjalan dengan penuh keyakinan, tapi dalam benakku aku sama sekali tak menginginkan semua ini. Berdiri disamping pria berbadan besar dan wanita yang hampir menyamaiku membuatku sedikit tenang. Mungkin aku tidak akan terpilih kali ini.

Voting dimulai, semua anak mengeluarkan secarik kertas dan menulis masing-masing satu nama. Hingga perhitungan dimulai aku masih merasa tenang.

Tapi tidak seperti dugaanku karena hingga hasil voting menunjukkan bahwa aku harus menjadi wakil dari Raka.

"Sekarang, ketua kalian adalah Raka dan wakil adalah Ryan, silahkan kalian buat struktur kelasnya sendiri, saya kasih waktu sepuluh menit"

Perintah dari kakak kelas itu mendengung disetiap sudut ruang. Dengan cepat Raka menunjuk sebagian orang untuk menjadi Sekretaris dan Bendahara.

"Kamu, siapa namamu ? Kamu sekretaris"
Dengan penuh keyakinan, dia menunjuk seorang perempuan, teman satu kelasku ditahun pertama SMP.
"Aku Ica"
Ica membalas dengan suara lembutnya.

"Bendaharanya kamu, Rachel"
Rupanya dia sudah memiliki pilihan sendiri.
"Oke".

Setelah terbentuk, kita sedikit tenang. Para pengurus Osis yang memberikan bimbingan kembali memasuki ruang kelas.

"Gimana dek ? Sudah terbentuk kan ? Sekarang catat hal yang akan kalian bawa besok !! Jangan sampai ada kesalahan sedikitpun mengerti !!"

"Iya kak, mengerti"

Semua orang mencatat, tak terkecuali aku. Aku tidak mengerti mengapa mereka ini selalu membentak, tapi akupun tak bisa mengelaknya.

Pembinaan selesai, para siswa diperbolehkan pulang. Raka menghampiriku dengan sedikit tergesa-gesa.

"Ryan, terima ini, koordinasi semuanya, nanti kita bicara lewat sms"
"Oh, oke"

Dia memberiku kertas dengan banyak nomor ponsel tanpa nama yang tentu saja tak ku ketahui dan segera bergegas pulang. Sesampai dirumah, aku berbaring dengan sedikit rasa lega memeluk tubuhku.

"Krriingg.."
"Raka,

Jangan lupa ingatkan semuanya apa saja yang harus dibawa besok".

Beberapa kata yang terlihat dalam ponselku.
Tanpa keraguan, kukirim apa yang diperintah oleh Raka ke berbagai nomor yang diberikan tadi siang.

"Semuanya, jangan lupa barang bawaan untuk masa orientasi besok

Ryan".

Diantara banyak orang yang kukirimkan pesan, beberapa membalas dengan berbagai kalimat tanya. Sebenarnya aku tidak peduli dan hanya membalas apa yang perlu ku jawab. Hingga akhirnya seperti ada orang yang selalu ingin menyapaku.

"+6289754765xxx

Iya, terima kasih, kamu Ryan yang tadi kan ?"

Sebuah pesan tanpa nama terlampir dalam ponselku.

"Iya, maaf ini siapa ya ?

Ryan"
Aku hanya membalas dengan sedikit rasa penasaran.

" +6289754765xxx

Namaku Rachel, kamu tahu kan ?"

"Maaf Rachel yang mana ya ? Hehe

Ryan"

" +6289754765xxx

Masa sama teman sendiri gak tau, aku Rachel, tempat dudukku didepan temanmu Ica, aku bendaharamu"

"Oh itu, iya aku ingat kok

Ryan"

Aku membalas pesannya agar dia sedikit tenang. Pada kenyataannya aku tidak mengingat satupun perempuan dikelas kecuali Ica, teman SMPku.

Dibandingkan dengan banyaknya nomor yang aku kirimkan pesan, hanya dia yang sering hubungiku. Percakapan lewat pesan singkat itu sedikit menggangguku. Entah bagaimana, aku hanya penasaran dengan orang yang selama ini memberikan sedikit waktu luangnya hanya untuk bertanya hal kecil kepadaku.

Tanpa berpikir panjang aku memberi nama pada nomor ponselnya dengan nama "Rachel", orang yang ingin aku temui sejak dia mengirimkan beberapa pesan kepadaku. Sampai akhirnya, aku benar-benar perlu menemuinya untuk sedikit keperluan yang harus aku penuhi.

"Besok, semuanya diharap membawa sebagian uang untuk bakti sosial, dikumpulkan pada bendahara secepatnya.

Terima kasih
Ryan".

Sekali lagi aku mengingatkan semua anak tentang apa yang kakak kelas sampaikan pagi ini, termasuk Rachel.

"Krring.."
Lagi-lagi ponselku berdering.

"Rachel,

Oke boss ;) "

Entah apa yang dipikirkannya. Dia seakan ingin benar-benar dekat denganku. Kali ini aku mengabaikan pesan darinya, aku sungguh tidak peduli. Hanya saja dia selalu membuatku penasaran. Seperti apa orang yang selalu mengirimkan pesan ini ?.

Aku melanjutkan aktifitas malamku, menonton tv hingga larut malam sampai aku merasakan kantuk yang luar biasa. Seperti orang kebanyakan, aku mengecek ponsel sebelum terlelap.

"Rachel,

Selamat malam.."

Dia memberiku ucapan selamat malam ? Makhluk apa sebenarnya dia ini ?. Aku membuang ponsel ke tempat tidur dan langsung berbaring hingga terlelap menunggu pagi tanpa memikirkan apapun. Hanya satu yang kuharapkan, besok tidak ada kesalahan yang kami buat.

Teori Sakit HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang