Happy Reading 👀
"Tuan, anda baik-baik saja?" tanya Damian kala melihat bosnya yang terlihat melamun.
"Aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir Damian," jawab Julien.
"Bagaimana dengan sekretaris baru. Apakah sudah ada yang melamar?" tanya Julien lagi.
Damian mengangguk. "Ada, Tuan."
"Bawa berkasnya kemari. Aku akan memeriksanya," perintah Julien. Damian menganggukkan kepalanya. Memberikan berkas itu kepada sang bos.
"Cuma satu yang melamar?" tanya Julien yang dibalas anggukan oleh Damian.
"Kalau begitu terima saja dia."
"Baik, Tuan. Kalau begitu saya undur diri." Julien hanya menganggukkan kepalanya. Lalu, pergi meninggalkan bosnya yang kembali termenung.
****
Julien mulai bosan mengucapkan jangan bersedih pada Malika. Karena pada kenyatannya ia juga bersedih. Mungkin, belum waktunya mereka punya anak. Namun, dalam hati kecil lelaki itu, ingin sekali ia menggendong darah dagingnya. Beberapa kali ia iri melihat para karyawannya menggendong anak mereka di acara perusahaan.
Melihat betapa bahagianya mereka melihat tingkah lucu anak-anak darah daging mereka membuat dada Julien sesak.
Kehadiran anak adalah hal yang paling ia tunggu. Membayangkan rumah yang tadinya sepi berubah menjadi ramai karena ada bayi-bayi kecil yang imut.
Namun, itu semua hanya khayalan Julien semata. Ia kesepian. Ditambah lagi Malika juga sibuk dengan bisnis barunya di restoran.
Mau sampai kapan ia hidup dalam kesepian?
Terlalu lama melamun, Julien tidak menyadari seseorang terus mengetuk pintunya yang akhirnya, membuat lelaki itu sadar dari lamunannya.
"Masuk."
Julien masih membelakangi orang itu dan tak berniat untuk berbalik menyapa sosok yang tak lain adalah sekretaris barunya.
Namun, mendengar suara anak kecil yang tertawa lucu membuat Julien membalikan badannya. Lelaki itu terpana melihat anak lelaki itu terlihat tampan dengan baju kaos putih dipadu dengan celana hitam itu. Matanya yang bulat biru membuat Julien langsung jatuh cinta dibuatnya.
"Maafkan saya, Tuan. Membawa anak saya ke kantor. Suami saya tidak ada di rumah dan saya terpaksa membawanya ke sini," ujar wanita itu dengan tak enak hati.
Julien mendongak menatap wanita pirang di depannya. Lalu berkata, "Kau tidak menyewa pengasuh?
Wanita itu menggeleng. Lalu menjawab, "Saya tidak punya cukup uang untuk menyewa pengasuh."
Julien mengangguk. "Baiklah Nona?" tanya Julien.
"Amberly, Tuan."
"Ah, ya. Amber tidak apa. Kamu boleh membawa anak kecil kebetulan saya suka anak kecil," ujar Julien membuat wanita di depannya langsung berbinar bahagia.
"Terima kasih, Tuan. Anda sangat baik sekali. Oke, Leon ucapkan terima kasih pada Tuan Julien," perintah sang ibu dengan suara lembut.
YOU ARE READING
Mr. Clean (PINDAH KE FIZZO)
RomanceKini aku menyadarinya kamu adalah seseorang yang berjasa dalam hidupku. Ya, kamu Malika. Keledai hitam pilihan ibuku. Kamu adalah cintaku dan juga belahan hidupku. Si gadis aneh, jorok, dan penuh misteri yang pertama kali bertemu seorang mysophobia...