Jungkook menatap memelas pada sosok pria tua di depannya. Sedangkan yang di tatap sibuk mengalihkan perhatian, enggan menanggapi ataupun peduli.
"Ayah" panggil Jungkook dengan nada sangat memelas.
Pria tua yang dipanggil Ayah itu menghela nafas. Menghentikan sejenak pekerjaannya demi menatap sebentar pada bola mata bulat milik sang anak yang lama tak ia jumpai. Bukannya rindu malah resah saja rasanya berdiri tepat di hadapannya.
"Sudah Ayah bilang, tidak bisa!" Tegas sang Ayah.
"Kenapa tidak?" Jungkook membalas tak kalah tegas. Ia lupa sifat keras kepala itu diturunkan darinya. Sudah sangat jelas Jungkook mewarisi gennya 100%.
Sang Ayah terdiam sejenak. Menatap sekitar kedai yang sangat sibuk. Malam ini banyak sekali pelanggan datang. Kedainya hanya sebuah kedai kecil untuk minum dan ngemil saja, tidak ada makanan berat di sana. Terlebih kedai itu berada di pinggir jalan bebas pajak. Pelanggannya juga kebanyakan adalah supir truk atau supir taksi yang sedang beristirahat.
"Dengar Jungkook, tolong jangan mempersulit ku. Kau kan tahu, istriku tidak suka padamu. Bagaimana mungkin dia mengijinkan mu untuk tinggal denganku? Aku bisa di gantung hidup-hidup olehnya!" Ucapnya setengah takut sambil melirik pada sang istri yang sedang duduk sesekali melirik ke arah mereka dengan sinis.
"Kau lihat! Tatapannya saja seolah ingin membakar ku detik ini juga. Jadi pergilah sana!"
"Kenapa malah mengusirku? Aku ini anakmu Ayah, lagian salah Ayah sendiri kenapa menikahi nenek sihir seperti di_"
Omongan Jungkook terpotong karena sang Ayah dengan sigap membekap mulut Jungkook sedikit berjinjit karena anak muda didepannya sudah lebih tinggi darinya.
"Dasar bocah! Kau mau mati? Jangan katakan hal seperti itu didekatnya!"
Jungkook mendecih tak suka.
"Pokoknya aku harus tinggal dengan Ayah!"
"Astaga, kenapa kau ngotot sekali? Jungkook, Ayahmu ini miskin. Bahkan kedai ini milik istriku, kalau aku macam-macam aku akan di usir olehnya. Kenapa kau tidak ke rumah ibumu saja? Hidup dia lebih enak karena menikahi pria kaya. Kau juga pasti akan lebih bahagia dengannya!"
Jungkook diam. Bahagia apanya? Jelas-jelas dia di usir oleh ibunya sendiri bahkan di ancam untuk tak menemuinya.
"Ah sudahlah lupakan. Ayah sama saja dengan Ibu. Lebih baik aku hidup sendiri tanpa kalian, menyebalkan!"
Jungkook menendang salah satu kursi sampai terjungkal dengan sekuat tenaga. Tentu saja karena hal itu ibu tirinya berteriak marah dan mengusirnya dengan kata-kata pedas namun Jungkook tak peduli. Dia hanya melangkah kaki keluar tak menghiraukan apapun.
Namun langkah kakinya terhenti saat seseorang menahan lengannya. Ia membalik badan dan Ayahnya sudah ada di sana, berdiri dengan tangan gemetar dan menyelipkan sesuatu ke saku jaketnya.
"Ini tak seberapa, tapi Ayah sudah lama menyimpannya untukmu. Maaf karena sudah menjadi Ayah yang buruk Jungkook"
Meski sekilas, tapi Jungkook melihat dengan jelas kilauan di mata sang Ayah. Ia menangis?
Berikutnya, sang ayah menepuk kedua pundaknya menatapnya teduh sambil tersenyum kecil.
"Anak Ayah sudah setinggi ini. Meski Ayah tak ada disaat kau tumbuh, tapi Ayah lega kau sudah sebesar ini dan sehat. Jaga dirimu baik-baik, jangan sampai sakit dan sampaikan terima kasih ayah pada keluarga Lee, terutama Jieun. Kau tinggal bersamanya kan?"
"Dari mana ayah tahu?"
"Ibunya memberitahuku. Jungkook bersikap baiklah pada keluarga Lee, mereka sudah sangat baik pada kita dan tolong, jagalah Jieun. Biarpun gadis itu lebih dewasa darimu tapi dia tetap seorang wanita. Jangan mengecewakan keluarga Lee!"
Perkataan Ayahnya, tentu saja menampar Jungkook. Ia jadi teringat Jieun dan merasa bersalah karena sudah meninggalkan gadis itu seorang diri dalam kondisi sedang di lingkupi emosi. Padahal Jieun sama sekali tidak tahu penyebab amarahnya.
Perlahan Jungkook mengangguk, berusaha mengalah pada egonya.
"Terima kasih, Ayah!"
Ayahnya mengangguk lalu sebuah pelukan yang tak berlangsung lama dilakukan oleh anak dan ayah itu. Meski singkat namun hati keduanya menghangat. Sudah sejak lama rasanya keduanya tak sedekat ini.
"Pulanglah, ini sudah malam. Kau harus sekolah kan besok?"
Jungkook tersenyum lalu mengangguk. Benaknya bergulir pada kejamnya sang ibu yang tak menganggapnya ada.
Pikirannya salah selama ini, dia pikir tidak ada yang sayang padanya namun Ayahnya seolah ingin membuktikan meski tak pernah terucap, Jungkook bisa merasakan kasih sayangnya malam ini meski hanya sebentar.
🍁Unexpexted Love🍁
Jungkook sampai di apartemen saat tengah malam. Lampu lampu sudah di matikan sehingga ruangan terlihat gelap.
Jungkook mengira Jieun sudah tidur namun perkiraannya salah. Dalam remang bahkan bibirnya tersenyum melihat dengan jelas sosok sang pujaan tengah tertidur pulas diatas sofa.
Berjalan mendekat dengan perlahan. Jungkook menatap wajah lelah itu dan melihat ada jejak air mata di kedua pipinya.
Seketika itu, Jungkook merasa menyesal. Tidak seharusnya ia keluarkan semua amarahnya kepada orang yang begitu tulus menjaganya selama ini.
"Maaf"
"Maafkan aku, Nuna!"
Mengecup pelan kening Jieun dengan penuh kasih sayang.
Jungkook menggendong Jieun ke kamarnya, menyelimuti dan memeluk tubuh itu dengan hangat sepanjang malam.
Jungkook sungguh merasa bersalah karena sudah membentak Jieun sampai gadis itu menangis dan tertidur di sofa.
Dalam hati Jungkook berjanji untuk selalu membuat Jieun tersenyum apapun yang terjadi.
Karena bagi Jungkook, Jieun bukan sekedar seorang gadis yang dicintainya tetapi seperti rumah yang penuh kehangatan dan rasa nyaman.
"Aku mencintaimu, Nuna!"
Suara lirih itu sudah cukup mampu membuat seseorang tersenyum dari balik kelopak mata yang tertutup.
🍁Unexpexted Love🍁
TBCJadi kangen masa pacaran...😁
Untung udah nikah😉

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
FanficSeingat Jieun, anak bernama Jeon Jungkook itu menyebalkan dan cengeng. Tapi, itu 12 tahun yang lalu...