Jaemin POV
Sekarang disinilah aku. Di gedung markas Mr. Huang. Aku tidak tahu aku ini bodoh atau apa, tapi aku tetap bersikeras untuk menyusul Jeno kemari. Aku sudah menyuruhnya pergi untuk mengejar Mr. Huang, dan sekarang tinggalah aku disini seorang diri bersama anak buah Mr. Huang yang paling tangguh.
Kulemaskan tubuhku sebentar dan kupandang wajahnya. Dia bukan orang sembarangan, kutahu itu dari sorot matanya. Bagaimana bisa aku menang melawan orang ini sedangkan keadaanku saja seperti ini.
Kami memulai pertarungan. Aku mengarahkan tendangan ke arahnya dan dengan sangat mudah ditangkisnya tendanganku itu sehingga membuat keseimbanganku goyah. Akupun jatuh. Bodohnya aku. Akupun berusaha berdiri kembali. Kali ini aku memukul wajahnya dan hal ini akhirnya memberikan efek. Dia mundur beberapa langkah. Namun, ia kembali mendekat dan melayangkan tinjunya ke dadaku sehingga aku kembali terjatuh. Aku tak tahu, berapa lama lagi aku bisa bertahan.
Kami terus berduel hingga akhirnya aku mengalahkannya telak saat berhasil menendang wajahnya dan melayangkan tinju bertubi-tubi saat laki-laki itu rebah.
Setelah menyelesaikan duel dengan pria tadi, aku mencari Jeno. Kususuri lorong dekat peti kemas. Dan disana, kulihat Jeno sedang terbengong di atas tubuh yang kuperkirakan adalah Mr. Huang. Jadi dia sudah berhasil menghabisi lelaki biadab itu syukurlah.
Legaku tidak berlangsung lama karena tiba-tiba saja seseorang dengan sangat cepat menusukkan sebuah pisau ke tubuh Jeno. Andwae! Dan akupun berlari kemudian kuhajar orang itu.
Aku mendorong Jeno agar pergi dari tempat ini. Aku tak tahan melihatnya seperti itu. Dia harus tetap hidup. Dia punya Renjun yang mencintainya, juga keeluarga tempatnya kembali, dan itulah alasannya dia harus hidup.
Laki-laki yang tadi menusukkan pisaunya pada Jeno tiba-tiba menghunuskan pisau itu tepat di perutku saat aku lengah menatap kepergian Jeno. Kupegangi tempat pisau itu bersarang dan kulihat banyak sekali darah keluar membasahi bajuku. Perban di tangankupun berubah merah seketika.
Aku terduduk. Rasa sakit itu kembali bersarang ke tubuhku. Tanpa sadar, airmataku mulai menetes. Apakah ini akhir semuanya? Selesai sudah penderitaanku di dunia ini. Aku akan hidup bahagia bersama kedua orangtuaku di akhirat. Mereka pasti sudah menunggu kedatanganku.
Jeno-ya. Hiduplah bahagia. Aku tahu, seberapa besarpun rasa cintaku padamu, kau tak akan pernah merasakan hal yang sama padaku. Betapapun aku berusaha mendapatkan perhatianmu, kau hanya memperhatikanku sebagai saudaramu. Walaupun aku mencintaimu dan rela melakukan apapun untukmu, tapi kau pasti juga akan melakukan hal yang sama karena kau menyayangiku.
Aku hanya orang bodoh yang selalu mengharapkan sesuatu yang tak mungkin tercapai. Aku adalah punguk yang merindukan rembulan. Aku tidak sadar dimana posisiku sehingga aku tidak bisa membedakan mana yang bisa kudapatkan dan mana yang hanya akan menjadi angan-anganku belaka. Aku orang bodoh yang hanya bisa mencintai satu orang. Dan Jeno-ya, seandainya kau tahu bahwa orang itu adalah kau, kau pasti akan menertawakanku.
Gomawo Jeno-ya. Semua yang telah kau berikan padaku selama ini. Rumah, orang tua dan kasih sayang. Tanpamu, aku pasti sudah mati dari dulu. Tanpamu, mungkin aku masih akan menjadi gelandangan dan hidup terlunta di jalan. Tanpamu, aku pasti tidak akan pernah mengerti apa arti cinta dan pengorbanan. Tanpamu, aku juga pasti tidak tahu rasa senang, sedih, sakit dan benci. Tanpamu juga, aku tidak akan menjadi Na Jaemin yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Told You I Wanna Die (Nomin)
FanfictionAku, Na Jaemin, benar-benar membencimu Lee Jeno. Rasa cintaku padamu membuatku rela melakukan semua perbuatan gila bersamamu, tapi kau tak pernah sedikit pun melihatku. Aku muak dengan semuanya. Biarkan aku mati dengan tenang. Kuremas kaos yang kupa...