Part 10

2.5K 123 3
                                    

Na Jaemin yang berusia tujuh tahun bergetar saat ia tiba di pintu depan rumah keluarga Kim. Dia tidak percaya ada seseorang yang mau mengangkatnya anak dan mengajaknya tinggal bersama mereka. Apakah ini sebuah keajaiban? Atau apakah ini hanya sebuah mimpi?

“Jaemin-ah, sekarang kamu tidur di kamar Jeno ya? Eomma sudah menyiapkan semuanya untukmu,” ibu Jeno membimbingku ke kamar anak semata wayangnya. Dia menyelimuti tubuh kecil Jaemin yang sudah lama kedinginan dengan selimut tebal yang sangat hangat. Kemudian ibu Jeno memberikan ciuman di kening anak kecil yang beberapa lama itu menjadi gelandangan, begitu juga dengan ayah Jeno.

“Mimpi indah Jaemin-ah,” ayah Jeno berkata kemudian tersenyum hangat padanya.

“Nana apa kamu sudah tidur?” Jaemin kecil mendengar Jeno berbisik di tengah kegelapan sesaat setelah pintu kamar tertutup.

“Ani, Nana belum bisa tidur.”

Sesaat kemudian dia merasakan ada seseorang di kasurnya dan sepasang lengan melingkar dengan manisnya di pinggang ramping Jaemin.

“Nono,” ucapnya terbata-bata.

“Nana, eomma sering bilang kalau tidak bisa tidur akan lebih baik kalau seseorang memelukmu seperti ini,” jawab Jeno.

“Benarkah itu?”

“Eung,” angguk Jeno dengan antusiasnya.

“Gomawo Nono.”

“Mwo?”

“Karena Nono sudah baik pada Nana. Kenapa Nono bersikap baik pada Nana?”

“Karena Nono menyukai Nana. Nono tidak ingin Nana kedinginan seperti tadi. Nono tidak ingin Nana menatap semua orang dengan sedih lagi. Nono ingin Nana tersenyum bahagia selamanya,” jawabnya dengan dada membusung bak pahlawan superhero membuat Jaemin kecil tertawa pelan.

“Yah, Nana tidak percaya kata-kata Nono?”

“Ani. Nana percaya. Tapi bukankah Nono terlalu baik pada Nana? Nono sudah memberikan kuemu untuk Nana, bukankah itu cukup?”

“Nono sudah bilang kalau Nono menyukai Nana. Nono akan melindungi Nana dari semua penjahat. Nono akan membantu Nana setiap saat. Dan Nono tidak akan membiarkan siapapun membuat Nana menangis,” lagi jawaban Jeno membuat Jaemin terharu.

“Gomawo Nono,” Jaemin balas memeluk Jeno.

“Sama-sama Nana,” Jeno kemudian dengan malu-malu mengecup pipi gembil Jaemin membuat keduanya merona.

“Jja, sekarang kita tidur Nana. Eomma akan marah kalau tahu kita belum tidur,” buru-buru Jeno memejamkan matanya karena malu akan perbuatannya sebelumnya.

“Eung. Jjaljayo Nono,” ucap Jaemin ikut memejamkan matanya.

“Jjaljayo Nana,” ucap Jeno lirih walaupun detak jantunya menjadi dua kali lebih cepat.

THE END

I Told You I Wanna Die (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang