BURU BURU NIKAH (1)

Bab 43. Dua Sosok Berjemur di Cahaya Bulan (1)(18+)

Pada kesempatan normal, seandainya dia mendengar kata-kata cabulnya, mungkin dia akan tersipu. Kata-kata erotis, karena malu, akan membuatnya bergetar tidak menyenangkan. Namun, Leah saat ini tidak dapat mengumpulkan reaksi apa pun. Pada saat ini, dia adalah kayu.

Rasanya kenikmatan yang luar biasa dari serangan intens Ishakan telah membuat otaknya mati rasa, mengubahnya menjadi puding yang dihaluskan. Dalam kondisi lemahnya, dia hanya mampu menggenggam ujung gaunnya tanpa daya dengan tangannya yang gemetar.

Jejak telapak tangan merah tua menghiasi pahanya yang pucat dan tak berdaya. Ishakan, masih belum puas, mengisap dagingnya dengan keras di antara bibirnya, hanya menyisakan bekas melotot.

Tindakannya begitu liar, sehingga melihat ke bawah, bagian dalam pahanya bisa terlihat dihiasi dengan jejaknya. Itu adalah arti yang jelas.

Kau milikku.

Leah dan benar-benar tidak berdaya, Leah tiba-tiba tersentak mundur. Sementara ditiduri olehnya, matanya secara tidak sengaja melihatnya. Raja biadab itu memegang apa yang baru saja dia ambil dari pinggang celananya.

Dengan kengerian yang dia lihat, bahkan dalam keadaan kabur yang disebabkan oleh obat-obatan, dia merasa tidak nyaman, berpikir bahwa itu akan terlalu banyak untuk dia tampung—bahkan tak tertahankan.

Anggotanya yang tebal memiliki pembuluh darah yang menonjol seperti anggur yang dalam dan kaya. Dalam keadaan membesar, darah segar yang mengalir sampai akhir tampak berdenyut. Untuk mengatakan ukuran mentah gen*tal*a, sebesar kepala binatang muda, tidaklah berlebihan.

Jari-jari Ishakan menggosok kelopaknya dan mengetukkan kepala panjangnya yang tebal ke pintu masuknya. Tindakan itu, yang mendekatkan mereka, membuat jantungnya berdebar kencang.

Dengan obat di pembuluh darahnya, dia merasa sulit untuk berbicara—bicaranya terdistorsi, kata-katanya tidak jelas tanpa kendali. Meskipun demikian, dia berjuang melawan berat lidahnya.

“Terlalu besar…Ini, tidak muat…” Kata-kata keluar dari bibirnya dengan terbata-bata.

Tawa Ishakan, yang terdengar jauh, menyerempet telinganya. “Itu cocok terakhir kali. Apa kau sudah lupa?”

Bertentangan dengan apa yang baru saja dia katakan, tidak mungkin dia bisa melupakan pertemuan panas mereka. Bagaimana dia bisa? Itu adalah pengalaman paling mengejutkan dalam hidup Leah. Namun, melihat ekspresinya yang tidak merespon, Ishakan menyimpulkan sendiri bahwa dia memang lupa.

Sebuah gerutuan rendah keluar dari tenggorokannya, dan dia tertawa nakal. "Aku harus sering memasukkannya, jadi kamu tidak akan lupa."

Sebelum Leah bisa mengucapkan apa pun sebagai tanggapan, Ishakan mendorong dirinya ke dalam dirinya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak, segera setelah anggotanya yang gemuk masuk—kesenangan luar biasa dan rasa sakit yang tak terhindarkan yang menyertainya, luar biasa.

Batangnya bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah diakomodasi oleh tubuhnya. Meskipun dia dengan rajin melonggarkannya dengan jari-jarinya, bagian bawahnya meremasnya erat-erat, upaya lemah untuk mendorong kembali benda asing itu.

Perutnya terasa penuh sampai penuh, sehingga terlihat sedikit tonjolan. Air matanya bercampur dengan air liur mengalir di dagunya.

Saat itulah dia mulai menggerakkan pinggangnya ke depan dan ke belakang sedikit, lalu dia mencengkeram pinggang Leah dengan erat dan menabraknya, mendorong sisa tubuhnya ke dalam dirinya dalam satu gerakan tanpa ampun. Tongkatnya, yang menancap padanya tanpa disadari, tiba-tiba mengenai bagian terdalamnya.

Kali ini, dia bahkan tidak bisa berteriak. Leah hanya bisa gemetar dan berhasil mengeluarkan napas pendek dan tangisan. Bagian dalamnya yang basah dan lengket, mengejang, mengunyah penyusup besar itu.

“F*ck, Leah…” Erangan serak datang dari Ishakan.

Apel adam-nya terangkat, dan suara yang mendidih menyembur dengan gemetar.

“Ugh… kau mengepal begitu keras…”

Kaki Leah yang menggelepar tak berdaya di udara hampir menyentuh tanah. Ishakan meraih pergelangan kakinya dan mengangkatnya.

"Hati-hati dengan kakimu."

Baru pada saat itulah dia ingat bahwa dia memiliki luka di telapak kakinya. Persatuan mereka telah membuatnya mengigau. Dia terlalu mabuk kegembiraan untuk merasakan sakitnya. Ishakan bertengger di kaki Leah di bahunya. Saat pinggulnya terangkat, pinggangnya ditekuk ke belakang memungkinkan gaunnya mengalir bebas, memperlihatkan kulitnya lebih jauh.

Ishakan mengerutkan kening, mungkin karena gaun itu terlalu rumit, bahkan ketika dia memegangnya dengan tangannya, itu masih menghalangi. Dia tidak cukup sabar untuk melepaskan setiap pita dan simpul rumit di gaunnya dengan halus. Dia harus melepaskannya sepenuhnya secepat mungkin.

Pembuluh darah di tangannya menunjukkan betapa tegangnya dia untuk melepaskan pakaian yang mengganggu itu. Jari-jarinya menempel pada sutra lembut dan organza, dan dengan sedikit usaha, benar-benar merobek gaunnya darinya.

Kilatan kekhawatiran melintas di benaknya saat mendengar suara robekan kain. Namun, kekhawatiran itu tidak berlangsung lama karena memudar secepat datangnya. Ishakan memegangi bagian belakang pahanya, mengangkatnya. Kakinya menggantung di udara saat tubuhnya membungkuk.

Otot-otot diremas dengan kuat dengan kekuatan. Dia pikir dia akan mengalah, ketika tiba-tiba, dia menekan beban penuhnya dalam satu gerakan tajam. Dari atas, dia mulai menggedornya dengan kejam.

Gerakan cepat dan berat saat panjangnya bergerak masuk dan keluar darinya, mengebornya ke bumi. Leah membuka matanya lebar-lebar dan air mata mengalir di wajahnya karena serangan ganasnya.

Tubuhnya bukan lagi miliknya. Selaras dengannya, dia mengayunkan ritme cepatnya, ujung pedangnya yang menahan beban menembus perutnya. Dia tidak bisa bernapas dan matanya berkedip-kedip.

"Ah! Ah!…"

Tubuhnya yang panas dengan bodohnya membawanya. Leah terbaring di sana dengan kejang-kejang, terguncang sampai-sampai dia tidak bisa bergerak bahkan satu inci pun. Erangan kerasnya yang terus-menerus terdengar adalah musik di telinga Ishakan.

Dia mendorong Leah begitu jauh ke tepi sehingga dia tidak diberi ruang untuk berpikir tentang menahan erangan skandalnya, meskipun itu di luar.

*****

Udah up ya sist
Yuk,, read, coment and vote🥰🥰🥰