BURU BURU NIKAH (1)

Bab 46. Ranjang Mawar (2)(18+)

“Ini yang kamu inginkan. Anda harus makan lebih banyak. ”

“Hhhh, ah… Ahhhh, Ishakan…!” Leah menjerit, suaranya berteriak memprotes, pikirannya ingin lebih.

"Saya harus mengisi Anda dengan benar sehingga pikiran Anda tidak akan mendambakannya untuk sementara waktu."

Erangan dan rengekannya yang tak berdaya bergema sepanjang malam yang sunyi. Suara tamparan tubuh dan napas berat semakin intensif. Matanya berkilau karena air mata, dia samar-samar bisa melihat cahaya bulan yang berkibar saat dia melemparkan kepalanya ke belakang. Dia menggali kukunya jauh ke punggungnya, tak terkendali. Pikirannya menjadi kosong, kesenangan yang luar biasa dan tak terlukiskan menyapu indranya.

"Hik, haaaang!"

Leah mengeluarkan isak tangis menggoda dan melengkungkan pinggulnya. Dia mencapai klimaks, nektarnya menetes ke bawah. Dia tampak sangat lemah dan sensual di bawah sinar matahari.

Kemudian, hawa dingin menjalari tulang punggungnya, tangan dan kakinya tidak berhenti gemetar.

Genggamannya mengencang, dia tidak berhenti. Sebaliknya, dia mendorong tongkatnya yang masih segar, lebih dalam. Dia mengisap air liur yang mengalir di bibirnya yang terbuka, menggigit pipinya saat dia melakukannya.

"Aku akan mengisimu sampai kamu kenyang hari ini!" Dia menyatakan.

***

Berapa kali mereka melakukannya?

Leah telah kehilangan semua kemiripan kenyataan, dia tidak bisa lagi mengatakan di mana dia berakhir dan Ishakan mulai. Setelah kedua kalinya, ingatannya kabur. Yang tersisa hanyalah ingatan samar tentang persatuan hiruk pikuk mereka; cadangan terakhir mereka telah lama lepas dari belenggu saat Ishakan membawanya seperti binatang buas.

Yang terakhir dia ingat adalah teriakan mengigaunya; teriakan kesenangan yang luar biasa. Sepertinya dia pingsan setelah itu. Dia belum makan dengan benar untuk mempersiapkan perjamuan, jadi wajar saja jika tubuhnya tidak bisa mengatasinya, setelah dia terlibat dalam percintaan yang begitu sengit.

Leah memaksa kelopak matanya yang tebal untuk membuka. Dia sangat membutuhkan untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Air, aku butuh air.

“…”

Sepotong kain panjang berkibar menarik perhatiannya. Itu adalah tirai, disulam dengan pola rumit, bebas berkibar ditiup angin. Kesadarannya perlahan kembali padanya, dia mulai memperhatikan sekelilingnya. Matanya menatap kosong, seolah mempelajari pola rumit di gorden.

Leah mendapati dirinya berada di sebuah ruangan gelap yang tenang. Kabut asap menempatkan filter, keheningan begitu kuat sehingga bahkan angin puyuh debu yang tak terdengar bisa terdengar.

Mengintip melalui jendela, cahaya perak dari bulan yang bulat sempurna bersinar. Dunia bintang melukis langit, memungkinkannya untuk melihat prisma permata kecil yang berkilauan, yang menghiasi langit melalui panel kaca bening.

Itu nyata. Leah merasakan seseorang menyentuh rambutnya. Kelopak matanya berkibar terus menerus, mencoba memahami apakah dia masih dalam mimpi, atau trance ini adalah kenyataan. Kehangatan yang menyentuh dan dengan lembut menyisir rambutnya menenangkan.

Setelah beberapa saat merasakan sentuhan, dia menyadari bahwa dia sedang berbaring di tempat tidur. Kepalanya bersandar pada gundukan yang hangat dan kokoh – tepatnya, dia menggunakan paha yang kencang sebagai bantal.

Pria itu, bersandar di samping tempat tidur, dengan santai merokok. Dengan sebatang rokok di antara telunjuk dan jari tengahnya, dia mengangkat satu anggota tubuhnya pada sudut sembilan puluh derajat dan yang lainnya ditata untuknya.

Dia mengambil tarikan yang dalam dan menghembuskannya. Asap kabur yang mengikuti napas panjangnya, bertebaran di udara fajar. Aroma dingin, namun manis, perlahan-lahan berhembus ke seluruh ruangan.

Leah, yang telah lama menatapnya, menggeliat. Dia tidak lagi memiliki energi untuk bangun sendiri. Jadi, dia hanya berhasil sedikit menggerakkan kepalanya. Untungnya, pria yang paha perunggunya dia gunakan sebagai bantal, segera menyadarinya. Mata emasnya yang menatap ke senja yang jauh berbalik ke arahnya.

Dia memukul dan mengerucutkan bibirnya.

"Air…"

Ishakan menariknya ke atas dan menyandarkannya di dadanya. Dia mematikan rokoknya di asbak kuningan di tempat tidur, dan mengulurkan tangan ke meja samping tempat tidur.

Mengambil guci, dia seteguk. Kemudian, melihat bibirnya yang kering, dia menciumnya, perlahan-lahan melepaskan air ke mulutnya. Dia meneguk air dingin yang melewati bibirnya, meminumnya hingga tetes terakhir. Matanya terus tertuju padanya, meminta lebih.

Ishakan kembali memberi makan airnya dengan cara yang sama. Dia merasakan beberapa indranya kembali setelah dia memuaskan dahaganya. Namun, dia masih tidak memiliki kekuatan di tubuhnya, dan pikirannya masih kabur. Dia merasa seperti seseorang terus-menerus menusuk kepalanya dengan jarum kecil. Persepsinya terdistorsi, penglihatannya berputar-putar.

“Aku merasa pusing…,” katanya lemah lembut.

Ishakan melewati sesuatu melalui bibirnya, segera setelah dia merengek dan menggelengkan kepalanya.

“Jangan ditelan, didiamkan saja di mulut, beberapa detik, lalu dimuntahkan… Ya, begitu, seperti itu.”

Asap rokok dengan lembut memenuhi mulutnya, dan cukup menarik begitu aroma dingin meresap ke dalam rongganya yang basah, sakit kepalanya hilang. Pusingnya juga perlahan mereda. Dia ingin menelannya, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya, jadi dia menyimpannya di mulutnya dan meludahkannya seperti dia ditawar.

"Kerja yang baik."

Dia menciumnya dengan ringan. Dia menyukai sensasi dingin dan ingin mencicipi lagi. Dia membuka mulutnya lagi, tapi Ishakan mengambilnya dengan tegas.

"Tidak. Terlalu banyak bahkan obat adalah racun. ” Suaranya yang menenangkan menolak permohonan diamnya.

Sebuah tangan hangat menutupi matanya saat dia menatapnya dengan sedih. Suaranya yang dalam dan rendah terdengar seperti lagu pengantar tidur.

“Kamu seharusnya baik-baik saja sekarang.”

Satu kata itu secara ajaib meyakinkannya.

Ya, semuanya akan baik-baik saja.

Dia memejamkan mata, bersembunyi di kegelapan telapak tangannya memandikan mereka.

Rasa kantuk mulai menutupi pikirannya. Perlahan-lahan, dia tenggelam kembali ke dalam tidur nyenyak.

*****

Trimakasih kunjungan dan Vote nya ya Kaka 🥰