22. The Last Clue (1/2)

20 6 0
                                    

"Di sini sangat indah, bukan?"

"Hah? Iya. Taman belakang sekolah memang sangat indah. Tapi aku jarang ke sini karena sibuk dengan basket." jawab Minho saat Jeno berhenti di tengah pintu yang membatasi antara gedung belakang dengan taman sekolah.

Jeno terkekeh pelan, pemuda tampan itu melihat sekitar taman, "Pasti kamu bisa dicari di lapangan basket. Beda denganku dan Jisung yang lebih sering mendekam di ruang musik atau auditorium yang memiliki piano klasik."

"Ya." jawab Minho dengan singkat.

Pemuda yang baru saja dia temui itu terlihat berbeda dengan yang lain. Perawakannya yang tinggi dan proporsional sangat berbeda dengan para pemain alat musik yang beberapa kali dia lihat dari layar televisi atau internet. Garis rahangnya yang tajam membuat Minho terkagum dan iri dengan wajah tersebut.

"Aku tidak melihat yang mencurigakan. Tapi hilangnya Seungmin cukup membebani kalian, bukan?" tanya Jeno lagi.

Minho berdengung sebagai jawaban, tidak banyak yang bisa dia katakan.

"Seungmin itu pemain yang hebat. Matanya jeli dan teliti dalam menyortir kondisi, tapi sepertinya kalian sering bersikap kasar satu sama lain. Ada masalah pribadi?"

Minho menggeleng sebagai jawaban, matanya melihat ke atas dimana langit mendung, "Kepribadianku memang seperti itu. Aku tidak bisa merubah tabiat delapan belas tahun dalam dua puluh empat jam."

Jeno tertawa renyah, "Aku tahu."

"Aku akan kembali ke dalam, sebentar lagi akan turun hujan dan aku terlalu malas untuk mandi lagi." kata Minho lalu kembali ke dalam dan mendapati Changbin beserta Felix berada di lantai satu gedung tersebut.

"Buat apa di sini?"

"Memangnya dilarang?" tanya Changbin kembali. Tatapan matanya yang tajam membuat banyak orang salah paham mengira Changbin membenci semua orang yang berbicara dengannya.

"Tidak juga. Aku hanya bertanya. Tidak menemukan apapun di sana?" tanya Minho lagi.

"Pohon, ranting, daun, batang, akar menjalar dan tanah. Hanya itu." pungkas Changbin yang membuat Minho meninju kuat bahu pemuda bermarga Seo tersebut.

"Tidak ada, Hyung. Sepertinya tidak ada petunjuk lagi di sana."

"Kalau begitu, ayo kita kembali. Surat yang didapatkan Seungmin perlu kita buka nanti malam."

Felix berjalan beriringan dengan Minho sedangkan Changbin mendengus di belakang mereka, "Kenapa tidak hari ini?"

Minho berhenti dan melihat ke belakang, diikuti oleh Felix yang memang hanya ingin melihat, "Pakai otakmu. Jeongin lagi menangis, Hyunjin dan Jisung lagi bertengkar. Kau kira kita bisa memecahkan masalah dengan kondisi sekacau ini?"

"Jeno, ke kantin nanti malam!" pekik Minho yang segera berbalik kembali ke base tanpa menunggu jawaban pemuda Lee tersebut.

Jeongin keluar dari dapur dengan jajaran piring dengan alat makan di atasnya, dia membantu mempercepat acara makan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongin keluar dari dapur dengan jajaran piring dengan alat makan di atasnya, dia membantu mempercepat acara makan malam. Wajahnya yang terlihat jauh lebih baik daripada siang tadi menunjukkan pada orang-orang kalau kondisinya sudah stabil.

Jisung dengan sigap meletakkan nasi ke atas piring yang dibawa Jeongin sedangkan Hyunjin menata piring tersebut ke atas dua meja yang digabungkan. Minho tersenyum kecil dari ambang pintu dengan mangkuk berisi sayuran hijau yang telah diolah saat melihat interaksi keduanya.

Akhirnya sudah baikan, batin Minho yang datang ke meja dan meletakkan sup tersebut di tengah. Disusul dengan Felix dan Changbin yang datang dengan masing-masing piring penuh lauk pauk di tangan mereka.

Felix dengan gorengan cumi dan Changbin dengan ayam goreng dan saus di piring tersebut.

"Selamat makan." pekik Jisung dengan riang, Jeno yang duduk langsung melahap makanan yang dimasak oleh Felix dan Minho sejak satu jam yang lalu.

"Hyung, tidak mau membukanya sekarang?"

Pertanyaan Hyunjin mengundang tanda tanya dari yang lain.

"Maksudmu apa yang dibuka?" tanya Minho sembari mengambil sepotong paha ayam dan meletakkannya di piring Hyunjin, dia hapal dengan kesukaan adiknya itu saat memakan ayam.

Hyunjin tersenyum tipis dan berucap.

"Petunjuk terakhir dari Seungmin."

To Be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

To Be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hey!

Bagaimana hari ini?

Cape, ya. Semangat, ya. Kalian itu yang terbaik dalam hidup kalian. Jadi jangan merasa kecil hati.

See ya ^^

See ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Death Hunter • HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang