Senja Yang Redup

17.2K 1.4K 25
                                    

Bagiku ini bukan akhir, tapi justru pembuka cerita berikutnya. Sesakit apapun nantinya, aku tahu bahwa aku tidak lagi sendirian. Sekarang ada kamu yang jadi pegangan.

--Clara Monatrium

---

Clara tidak bisa tidak tersenyum ketika melihat Wira yang berlari tergesa kearahnya. Kacamatanya bahkan belum ia lepas. Akhir-akhir ini Wira suka menggunakan kacamata. Katanya biar terlihat makin berwibawa saja.

Mendengar alasan itu tentu membuat Clara tertawa. Laki-laki yang hampir satu tahun menjadi suaminya itu benar-benar tidak dapat ditebak. Ada saja idenya.

"Aku perlu ganti baju gak?"

Clara mengangguk. Mengikuti laki-laki itu masuk mobil. Tangannya mengulurkan kemeja yang tadi menggantung dibagian belakang mobil.

"Mau ganti ditoilet atau gimana?"

"Disini aja. Ribet balik lagi. Janjinya jam satu kan?"

Clara kembali mengangguk. Mengambil kemeja dan jas kerja Wira, merapikan dan menggantungnya lagi.

Wira melepas kacamatanya sebelum berkaca di spion, mengacak pelan rambut guna terlihat gak rapi-rapi amat lah.

"Udah mirip Omnya kan ketimbang kacung Opanya?"

Clara tergelak. Lalu mendekat untuk merapikan kancing dan kerah kemeja Wira. Tangannya menepuk bahu cowok itu pelan.

"Gak akan ada yang curiga. Tenang aja,"

Wira meringis. "Aku kayak lagi jemput anak yang bandel tahu, Yang. Nambah kerjaan aja,"

Clara menarik seatbelt sebelum membuat dirinya duduk dengan nyaman. Lalu mengulurkan sebotol air mineral untuk suaminya.

"Gapapa. Itung-itung latihan,"

Wira tergelak setelah menegak habis air dari botol itu, yang langsung diambil alih lagi oleh Clara.

Wanita yang kini menjadi istrinya ini benar-benar memperhatikan setiap detail kebutuhannya. Apapun. Dimulai dari sarapan pagi sampai pakaian yang dikenakannya.

Dan itu membuat Wira semakin jatuh cinta setiap harinya. Apalagi sekarang Clara sedang hamil hampir enam belas minggu.

Ia lalu mulai menjalankan mobil. Meninggalkan parkiran Sanjaya dan bergabung dijalanan yang padat merayap.

"Kok Mas gugup ya, Ra? Padahal cuman jemput doang,"

"Mungkin karena ini pertama kalinya. Lagian Mas kan juga gak ada pengalaman jemput anak kesekolah,"

Wira mengangguk. "Lagian dia bikin masalah apa sampai acara panggil orang tua gini?"

"Tebak apa,"

Wira menoleh sesaat sebelum kembali fokus pada jalanan. "Jangan bilang ribut gara-gara cewek?"

Clara tergelak. "Justru ributnya sama cewek,"

Wira melongo.

"Aku juga gak tau pastinya. Tapi katanya dia malak cewek gitu, tapi malah diajak ribut. Jadi yaaa kita liat nanti separah apa,"

Perjalanan mereka tidak sampai satu jam. Setelah memarkirkan mobil keduanya, keduanya segera mencari ruang guru. Untuk menyelesaikan hal yang mungkin sepele.

"Siang. Kami Wali dari Raka Sanjaya. Saya Clara dan ini suami saya Wira,"

Wira dan Clara dipersilakan masuk. Lalu mengambil tempat dikiri dan kanan Raka yang menatap lantai.

Clara meraih tangan cowok itu. Ada memar dan bekas darah dikepalannya.

"Kamu gak apa-apa?"

Raka menggeleng pelan. Menarik tangannya dari pangkuan Clara.

Penghujung Malam [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang