Lima

22.7K 2K 2
                                    

Bagian Lima

---

"Lo udah jelasin kalo pembayarannya pake fasilitas kan, mbak?"

Resti mengangguk tanpa minat. Membuat Clara gemas sendiri.

"Kalo udah kenapa gini lagi? Gue sampe dimaki-maki tahu gak!"

Resti mendengus sebal. "Ya kan gue juga gak tahu kalo mereka gak paham isi kontraknya,"

Alwi dan Aji hanya menatap dua perempuan itu tanpa berani ikut campur. Kalo sudah begini yang bisa mendiamkan biasanya hanya Dani seorang. Tapi bosnya itu juga belum keliatan puncak hidungnya.

"Ini bukan kali pertama loh. Gue berasa punya dosa dan utang tau gak, lo harusnya ngejelasin waktu teken kontrak kemarin,"

Resti akhirnya menatapnya dengan tajam. "Lo gak usah sok ngajarin gue. Gue udah jelasin kalo pembayaran ini pake fasilitas, itu udah jelas-jelas ada pasalnya dalam kontrak. Mereka aja yang gak baca kali. Lagian yang maki lo itu mereka, kenapa lo jadi ngamuk sama gue?!"

"Ada apa ini ribut-ribut?!"

Yang datang bukan Dani. Tapi justru bos tertinggi. Lexander Wirajaya. Siapa lagi.

"Ini, Mas. Ada vendor yang ngamuk-ngamuk kalo pembayaran mereka kurang. Pembayarannya fasilitas, tapi mereka gak copy. Jadi merasa kalo kita curangi,"

Penjelasan itu datang dari Aji. Clara dan Resti masih saling menatap tajam. Tak berniat menyudahi. Clara akhirnya mengalah. Ia meraih dompet dan handphone-nya dan berlalu dari sana.

"Gue mau ke starbucks. Lo mau nitip aja, Ndu?"

Pandu tergagap beberapa saat ketika dilontarkan pertanyaan tak terduga.

"Gak usah, Mbak."

Clara mengangkat jempolnya. Lantas berlalu dari sana. Ia tak ingin repot-repot menjelaskan apa yang terjadi pada Wira. Toh tidak akan ada penyelesaian juga nantinya. Ujung-ujungnya Clara hanya mampu menyampaikan dengan sabar dan lapang dada pada vendor-vendor tersebut.

---

Clara sedang berdiri di pick up area ketika bahunya ditepuk pelan. Ia mengangkat wajah dari layar dan menatap Orion yang kini tengah tersenyum kearahnya.

"Tumben banget turun jam segini," tegurnya.

"Butuh kopi buat dinginin kepala gue,"

Orion tertawa. "Salah bayar lagi?"

Clara tertawa pelan. "Masa jatuh di lubang yang sama dua kali?"

Cowok itu terkekeh geli. "Harusnya kalo mau jatuh mah cari lobang lain yaa?"

Clara kembali tertawa. "Anjir omongan lo ambigu banget,"

Keduanya lalu melangkah bersamaan keluar dari starbucks dan melangkah menuju lift.

"Lo lembur hari ini?"

Clara mengecek jam ditangannya. Ini bahkan belum jam makan siang. Terlalu cepat menyimpulkan ia akan lembur atau tidak malam ini.

"Makan siang aja belom, Yon. Mana gue tau akan lembur atau enggak malam ini,"

Orion tertawa lagi. Laki-laki itu suka sekali tertawa. Membawa vibes yang menyenangkan.

"Kalo gitu makan siang aja. Di kantin, meja nomor 40. Oke?"

Clara menganggul sembari tersenyum geli. "Kenapa harus meja nomor 40?"

Orion tersenyum misterius. "Lo akan tahu nanti,"

Kalimat itu meninggalkan tanya yang butuh jawaban secepatnya. Clara tak sabar menunggu jam makan siang.

---

Clara tak bisa menahan tawa mendengar semua cerita menggelikan dari Orion. Laki-laki itu tahu bagaimana cara menyenangkan perempuan. Menggoda tanpa mereka direndahkan.

Orion tipe orang yang sangat bersahabat. Setiap melewati orang ada saja yang ia sapa atau bahkan disapa. Sepertinya cowok itu memang tipikal orang baik dan bersahabat.

"Gue tahu kenapa lo memilih meja ini,"

Orion meringis. Mendekatkan tubuhnya untuk berbisik pada Clara. "Lo mau ghibahin orang sampe berbusa, gak akan ada yang sadar, Ra. Gue jamin,"

Clara tertawa lagi. Pasalnya meja yang dipilih oleh Orion terletak dipojok. Jauh dari tangga dan tertutup sebuah tiang besar. Jadi dari tempat ini ia bisa mengedarkan mata keseluruh penjuru kantin tanpa perlu merasa was-was.

"Ghibahin bos paling enak kalo disini, gue waktu itu dikasih tahu anak-anak. Kalo kita duduk disini, gak akan ada yang sadar kalo meja ini udah ada yang isi,"

Clara mengangguk setuju. Meja ini memang sangat strategis.

Sejak hari itu, Clara jadi terbiasa untul bergabung di kantin bersama Rion dan teman-temannya dari divisi engineering bahkan beberapa dari divisi lain juga. Ternyata menyenangkan untuk berinteraksi langsung dengan yang lainnya.

Clara merasa bahwa dunia konstruksi tidak semenyebalkan biasanya.

-----

Much love

--aku

Penghujung Malam [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang