[ 3 ] Color

143 29 0
                                    

ᴏᴜʀ ꜱᴛᴏʀʏ - ʙᴀᴊɪ ᴋᴇɪꜱᴜᴋᴇ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴏᴜʀ ꜱᴛᴏʀʏ - ʙᴀᴊɪ ᴋᴇɪꜱᴜᴋᴇ

ʷʰᵃᵗ ᶜᵒˡᵒʳ ⁱˢ ᵗʰᵉ ˢᵏʸ ˡⁱᵏᵉ?

.

.

.

.

.

.

Masih dengan waktu dan tempat yang sama seperti sebelumnya. (Name) sibuk memandangi permukaan langit. Berbondong-bondong burung terbang kesana-kemari mencari arah pulang. Sang gadis baru ingat, ia memiliki satu pertanyaan yang belum terjawab sampai saat ini.

Satu pertanyaan yang mudah, namun sulit untuk di jawab. Sesulit menjawab pertanyaan jika kita ditanyakan untuk meneruskan ke jenjang SMA atau SMK.

"Ne, Kei."

"Hm?" Sang penjawab tidak menoleh, hanya melirik. Dirinya sedang sibuk memakan Peyoung Yakisoba miliknya.

"Warna langit itu seperti apa?" Tanya (Name). Baji tersedak kala mendengar pertanyaan yang (Name) lontarkan.

Dirinya menepuk-nepuk dadanya guna menghentikan acara tersedaknya, dilanjutkan dengan meneguk sebotol air minum. Sedang (Name) terkejut dan berakhir mengelus punggung sang pemuda.

Setelah acara tersedaknya telah usai, Baji menoleh, sedikit mengerutkan dahinya. "Apa-apaan dengan pertanyaan mu?!"

"Y-yah, aku hanya bertanya. Apa salah jika aku bertanya?" Gagap (Name). Berharap mendapat jawaban yang memuaskan, justru pemuda itu menghela nafas kasar.

"Biru saat pagi, oranye saat petang." Singkatnya. "Apa, sih? Memangnya kau anak kecil yang tidak mengenal warna?" (Name) terdiam lalu mengukir sebuah senyuman pada wajahnya.

"Entahlah. Dunia aku dan kau, berbeda." Keduanya tenggelam dalam keheningan. Sementara, Baji masih belum mengerti dengan yang dikatakan gadis itu kembali membuka suara.

"Jadi, kau bukan penghuni planet bumi?" Satu cubitan mendarat pada pipi Baji. (Name) mencubit Baji.

"Bukan begitu, baka!" Celutuk (Name). Baji menatap (Name), raut wajahnya dipenuhi dengan tanda tanya. Dibalas dengan gelengan kepala.

Maaf saja, Baji. (Name) masih enggan memberitahu mu mengenai dirinya. (Name) masih belum bisa terbuka olehnya. Belum lagi, ia baru bertemu dengannya kemarin.

"Gadis aneh."

"Siapa?"

"Kau, (FullName)."

~

Hari sudah berada pada penghujung waktu. Jam mengarahkan pukul lima sore. Sudah dua jam lebih keduanya berbincang bersama. (Name) memutuskan pamit pada Baji untuk pulang karena sudah hampir larut. Ia tak mau kejadian kemarin terulang kembali.

"Biarkan aku mengantar mu pulang." Tawar Baji. Tangannya menahan (Name) pergi.

"Tidak perlu, Kei. Rumah ku cukup jauh dari sini." Tolak (Name) halus, ia sedikit tersenyum sebagai penambah bumbu.

Namun, apa daya sang Baji yang sangat keras kepala setara dengan Tanjidor selaku sang kakak dari Nezuko.g

"Aku bawa motor." Balasnya dengan enteng. Jari telunjuknya sedikit menunjuk pada balik semak-semak. Akan tetapi, (Name) tidak goyah dan tetap menolak tawaran nya.

"Tidak menerima penolakan." Oke, suasana berganti. Kali ini (Name) terpaksa harus pulang bersamanya dengan berat hati.

(Name) mengangguk kikuk. Baji tersenyum hingga menampakkan gigi taring kesukaan (Name). Diraihnya tangan sang gadis, memasukkan nya pada sela-sela jari agar lebih mudah untuk digenggam.

Rona merah muncul di sekitar wajah (Name). Baru pertama kali dirinya diperlakukan seperti ini membuat dirinya tak henti-henti menahan malu.

"Mendekatlah."

Bukan sulap, bukan sihir tiba-tiba pergerakan (Name) bergerak dengan sendirinya dan mendekat pada Baji sesuai perintahnya.

Dipasangkanlah helm berwarna merah kepada sang gadis. Kini (Name) paham. Pemuda bernama Baji Keisuke ini bukanlah sembarang laki-laki, dia adalah laki-laki yang baik. (Name) yakin dengan itu dan ia tak perlu ragu untuk terbuka padanya.

Kurasa (Name) sudah siap untuk menceritakan semua mengenai dirinya kepadanya, terkecuali mengenai pasal masalah hidupnya. Cukup tentang dirinya.

"Ayo pulang!"

~

"Wah, senangnya!"

"Kau senang pergi bersamaku?"

Tak menjawab, (Name) hanya mengangguk mantap. Terlihat sangat jelas raut wajah cerianya pada pantulan kaca spion. Belum lagi dengan surai nya yang terurai mengikuti arah angin. Beruntung sebelum berangkat Baji mengikat rambutnya.

Wajahnya sangat manis saat ia ceria. Pikir nya. Baji tersenyum miring pertanda ia sedang memikirkan rencana jahil untuk (Name).

Raut wajah cerianya memudar kala Baji dengan mendadak menambah kecepatan nya membuat sang gadis tersentak dan segera memeluk Baji dengan erat.

"Kau mau membawaku ke alam kubur, hah?!" Pekik (Name). Sementara, Baji tertawa renyah melihat reaksi sang gadis.

Karena takut terjadi perang dunia ke tiga, Baji menurunkan kecepatannya, sedang. Kini (Name) sudah tenang, matanya terpejam menikmati sang angin yang berhembus.

"(Name)! Besok kau ada waktu?"

"Aku tidak tahu. Memang nya ada apa?"

"Aku ingin mengenalkan mu pada seseorang."




































































Cukup saran, jangan terlalu deket sama Baji nanti bau tanahnya nular. Bercanda, sahabat. Gini-gini Baji masuk ke dalam list husbu saya (ga nanya). By one get one, ada Baji, dapet Cipuy.

Sebelum saya undur diri, gimana kalau sekarang panggil saya Chia aja?
Katakan, CHIA. Lebih keras, CHIA.

Okee, segitu aja, arigathanks~
Next?

Our story | Baji KeisukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang