[ 6 ] Mom

121 29 0
                                    

ᴏᴜʀ ꜱᴛᴏʀʏ - ʙᴀᴊɪ ᴋᴇɪꜱᴜᴋᴇ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴏᴜʀ ꜱᴛᴏʀʏ - ʙᴀᴊɪ ᴋᴇɪꜱᴜᴋᴇ

ₘₒₘ

.

.

.

.

.

.

(Name) lahir dalam keluarga yang berkecukupan. Dari kecil (Name) hanya tinggal berdua bersama sang ibu yang membuatnya tak kenal dengan kasih sayang seorang ayah.

Ibunya hamil diluar nikah dan lahirlah seorang gadis cantik dengan nama lengkap, (FullName).

Tanpa adanya seorang kepala keluarga yang menafkahi, sang ibulah yang menggantikan peran tersebut. Ia rela membanting tulang demi bertahan hidup. 

Ibu (Name) hanyalah seorang pekerja kantoran biasa. Berangkat pagi, pulang malam. Setiap hari selalu sama, tidak pernah berubah. (Name) ingat, saat ia berumur belum mencapai 10 tahun. Sang ibu pulang dengan keadaan kacau dan raut wajahnya tersirat rasa frustasi yang amat dalam.

Tangannya memegang sebuah benda kaca bekas minuman beralkohol. Bayang-bayang nya kala itu masih terlihat jelas dalam penglihatan (Name). Apalagi (Name) masih terlalu kecil untuk mengetahui nya.

Didekatinya sang ibu, jemari tangan nya menarik ujung bajunya. (Name) khawatir dengan ibunya, liquid bening mengalir melewati pipi. Gadis kecil itu menangis melihat sang ibu tercintanya hancur seperti itu.

Tubuh mungilnya memeluk erat sang ibu dengan sedikit rasa takut. Tangisnya memudar saat sang ibu menghempas (menepis) tubuhnya. Dirinya terdiam, terduduk diatas permukaan lantai melihat sang ibu dengan tatapan asing, bukan lagi tatapan hangat yang selalu ia berikan.

Mulai dari sana, (Name) sadar. Sosok yang selalu ia sebut sebagai seorang ibu, kini bukan lagi dirinya.

"Terimakasih untuk hari ini, Kei, Yuno!" Matanya menyipit pertanda ia tersenyum. Tangannya ia lambaikan ke udara. Sedang irisnya sibuk menatap dua pemuda yang selalu menjadi makna dalam hidupnya.

"Santai saja, (Name)! Ini bukan apa-apa bagiku." Balas Baji.

"Jika (Surname)-san bosan, kabari kami saja!" Kini Chifuyu mengangkat suara, dihadiahi dengan anggukan kecil dari sang gadis.

Selesai berpamitan dengan kedua pemuda tersebut, dirinya segera bergerak membuka pintu. Lagi-lagi rumah kosong tak berpenghuni. Hanya terdengar suara detik jam berputar.

Kakinya melangkah masuk kedalam melewati beberapa ruangan. Hingga sesuatu menarik perhatian nya. Langkahnya terhenti didepan sebuah kalender rumah terletak.

"Sudah tiba, ya."

Sebuah coretan merah melingkari angka 23 pada bulan Desember dikurangi sembilan. Iya, 23 Maret merupakan tanggal kelahiran sang ibu.

Mengulas senyum tipis, memikirkan sedikit kejutan yang akan ia berikan. Tidak banyak, hanya beberapa ucapan kata-kata melalui selembar kertas yang dapat ia berikan.

~

Mentari sudah tenggelam dengan bulan yang menggantikan sang peran pada malam. Jam terus berputar sedang ia masih diam memainkan pensil. Jemarinya sibuk menulis sesuatu diatas selembar kertas polos. Kepalanya berpikir keras memikirkan kata-kata yang perlu ia tulis.

Pasalnya baru pertama kali (Name) mengungkapkan kata-kata melalui sebuah surat. Apalagi ini untuk ibunya. Entah, surat ini akan tersampaikan padanya atau tidak. (Name) tidak berharap lebih.

Tugasnya kali ini hanya menulis beberapa kalimat untuknya.

Jarum jam sudah mengarahkan pukul delapan malam. (Name) juga sudah menyelesaikan pekerjaannya. Selesai merapihkan meja, irisnya tertuju pada sebuah buku album berwarna biru penuh debu dan usang.

Karena penasaran dengan isi album tersebut. Dibukalah dan menampilkan lembaran pertama. Lembaran pertama berisi beberapa foto dirinya tertampang disana. Memandangi semua gambar diri, kecil bersih belum ternoda.

Pikiran nya melayang, dahulu penuh dengan kasih. Teringat semua cerita orang tentang riwayatnya. (Name) jadi bernostalgia dengan gambar dirinya.

Ketika ia masih selalu dimanja dan ditimang oleh sang ibu. Terkadang terlintas dalam benak, ingin rasanya kembali pada masa itu. Namun,  terhalang oleh waktu yang tidak dapat diputar, dijilat maupun dicelupin.g

Jemarinya kembali membuka lembar kedua. Masih tertampang jelas wajah dirinya tersenyum ceria. Tersirat banyak kebahagiaan disana.

(Name) terlalu sibuk bernostalgia hingga lupa dengan waktu yang sudah larut malam. Dengan segera ia menutup album tersebut, menaruhnya diatas nakas.

Sudah waktunya untuk mengistirahatkan diri demi menyambut hari esok yang indah.

"Selamat malam, ibu"

.

.

.

.

"Aku punya hadiah untuk ibu!"

"Buku?"

"Hng! Aku akan membacakan buku ini untuk ibu. Sebelum itu,

Selamat ulangtahun, Ibu, hehe! Aku menyayangimu!"










































































































Hati seorang ibu adalah jurang yang dalam di mana kamu akan selalu menemukan pengampunan.

love your mom! ( ◜‿◝ )♡

Mau sejahat apapun seorang ibu, walau begitu ia tetap seorang wanita yang melahirkan mu.

Segitu dulu untuk hari ini~
Next?

Our story | Baji KeisukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang