[ 4 ] Pain

145 29 4
                                    

ᴏᴜʀ ꜱᴛᴏʀʏ - ʙᴀᴊɪ ᴋᴇɪꜱᴜᴋᴇ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴏᴜʀ ꜱᴛᴏʀʏ - ʙᴀᴊɪ ᴋᴇɪꜱᴜᴋᴇ

ᴾᵃⁱⁿ
.

.

.

.

.

.


Clek!

"T-tadaima." Tidak ada yang menyahut. Suasana rumah berada dalam keadaan sepi dan hening.

Ini aneh.

Tidak, (Name). Harusnya kamu bersyukur karena ibu mu belum pulang saat ini. Tanpa berpikir panjang, (Name) masuk, tak lupa untuk melepas sepatunya.

Dirinya pergi melenggang ke kamar. Langkahnya sengaja ia perlambat, takut jika mengeluarkan suara keras. (Name) tetap waspada, ia mengecek setiap sudut ruangan rumah dengan teliti.

Namun, nihil. Ia tidak melihat tanda-tanda kehadirannya. Helaan nafas lega keluar dari mulut sang gadis, sedikit lega karena sang ibu belum pulang.

Baru saja kakinya melangkah sudah ada suara derit pintu terbuka. Terdengar samar-samar suara wanita dan pria. (Name) dapat menebak wanita itu adalah Ibunya. Tapi, siapa pria itu?

"Tuan silahkan duduk."

"Ah, iya terimakasih"

Kedua nya duduk. (Name) bersembunyi dibalik tembok, mengintip sang ibu berbincang dengan pria asing tersebut.  Seperti dugaan (Name), itu adalah ibunya. Tapi, siapa pria itu? Pria berbadan besar dan gemuk serta wajahnya yang memerah memberikan raut wajah menjijikkan.

"Jadi .. kira-kira berapa banyak yang akan saya dapatkan?" Ibunya membuka suara.

"Anda tidak bohong soal itu 'kan, nyonya?" Balasnya disertai dengan cengengesan konyol. Sang ibu mengangguk mantap kemudian beranjak pergi mengarah pada (Name) yang sibuk menguping.

Apa aku ketauan?

"Kau, bikin kan satu cangkir kopi dan berikan pada tuan yang disana, cepat!" Titah sang ibu. Tentu (name) tidak bisa menolak.

Dibuatlah secangkir kopi untuk orang asing tersebut. Dengan perlahan (Name) membawa nampan berisi secangkir kopi. Ia memperhatikan langkah nya berusaha untuk tidak membuat kekacauan jika ia terpeleset atau tersandung.

"Silahkan dinikmati kopinya, tuan" Ujar (Name) menaruh secangkir gelas ke atas meja. Ia sedikit membungkuk guna memberikan hormat pada sang tamu.

"Hei~ mau kemana?"

"S-saya mau kembali ke kamar, tuan." Gagap (Name). Batinnya berkata ia ingin segera cepat-cepat pergi dari sana. Melihat wajah om-om itu membuat (Name) muak.

Our story | Baji KeisukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang