🌿 03. Sampai Rumah🌿

66 32 7
                                    

🌼Bismillahirrahmanirrahim🌼

^.^

Happy Reading Semuanya... 🐼

"Istana President?," katanya dengan mata berbinar.

Lukman tertawa. Seumur hidupnya baru anaknya Nafisya ini yang bilang rumah nya Istana President.

"Ini rumah Papa Nak. Rumah kita." Lukman dengan gemas mencubit kedua pipi Nafisya pelan.

"Hah!" Nafisya tercengang.

Apa dia tak salah dengar! Rumah yang begitu mewah ini rumahnya! Woww Masyaa Allah ... Di luar nurul everibadeh!


Lukman keluar dari mobil disusul Nafisya. Setelah sudah berdiri di halaman rumah besar itu Nafisya masih terbengong, agak tak percaya kalau Istana a.k.a rumah di depannya adalah rumahnya.

"Ayo nak. " Lukman merangkul pundak Nafisya menuntunnya masuk.

Nafisya hanya bisa balas mengangguk untuk sekarang. Mulutnya seolah kaku sangking tak percayanya dengan kekayaan orang tuanya yang dilihatnya ini.

Keduanya berjalan mendekat untuk memasuki rumah mewah di depan.

Sepanjang langkah mata Nafisya sampai tak rela berkedip, terlalu sayang melewatkan keindahan bangunan megah didepan yang kata Papanya itu adalah rumah mereka itu.

Semakin kedepan semakin indah.
Bagaimana bisa ada kolam air dibuat sepanjang jalan, airnya biru jernih pula. Melihat ini Nafisya jadi teringat sebuah ayat ....


جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Qs. Al-bayyinah : 8)


Kalau di dunia saja begini, bagaimana di akhirat ? Batin Nafisya senang sambil mendongak ke langit.

Enak banget ya punya konektivitas ke Allah. Apa apa yang dibawa Allah. Susah ngadu ke Allah, senang Alhamdulillah nya ke Allah, bisa merasa seolah bicara langsung sama Allah. Damai banget hidup.

"Kok berhenti lagi Nak? " Lukman menyadarkan Nafisya kembali.

"Hehe, iya Pa. Ayok." Nafisya menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

Keduanya kembali berjalan menuju pintu utama yang tinggal beberapa meter. Setelah sampai di depan pintu, mereka kompak mengucapkan salam.

"Assalamalaikum"

Pintu terbuka, Lukman sendiri yang membukanya dari luar.

WAAH...

Kembali Nafisya di buat kagum lagi dengan isi dari rumah mewah ini. Nafisya mengangkat kakinya pelan mengintip telapak sepatunya apakah kotor atau tidak. Agak takut takut dia menginjak marmer mengkilab rumah ini.

Tak perlu lagi dideskripsikan bagaimana mewahnya isi rumah ini. Yang jelas saat membuka pintu, melihat isi dalam dari rumah ini seperti berada di dimensi lain yang berbeda, sangat .... Woahh !!!

"Waalaikumussalam." Terdengar suara lembut menyambut. Fika, istri Lukman langsung berlari menuju suami dan putrinya.

"Sayangnya Mama.... Masyaa Allah masyaa Allah, Mama rindu bangettttt....." Fika langsung memeluk Nafisya erat.

"Fisya juga rindu Mama." Balas Nafisya membalas pelukan Fika.

Sebenarnya Lukman dan Fika sering menjenguk Nafisya ke pesantren. Namun sebelumnya mereka tak pernah mengajak Nafisya pulang ke rumah ini. Takut anggota keluarga dan putra satu-satunya itu marah.

Namun kini mereka akan menerima resiko apapun setelahnya.

Karna keinginan untuk tinggal bersama putri satu-satunya ini membuat keduanya nekat memboyong Nafisya ke rumah.

Mereka sudah sangat ingin tinggal bersama Nafisya dan juga sebenarnya sedih melihat Nafisya yang tak pernah mendapat perhatian keluarga. Bahkan, sekalipun Nafisya tak pernah pulang ke rumah semasa hidupnya, ini kali pertama.

"Ayo nak kamu pasti laper kan habis dari perjalanan. Mama udah masak banyak loh di dapur." Fika mengajak Nafisya riang sambil merangkul bahu Nafisya. 

"Hehe... Iya Mah."

Ketiga orang itu berjalan menuju dapur.

Setelah sampai di dapur ketiganya mengambil posisi masing-masing. Lukman yang duduk di kursi depan sedangkan Fika dan Nafisya duduk bersebelahan di kursi samping.

Seketika Fisya cengo melihat pemandangan didepannya. Meja makan yang mirip seperti meja makan raja-raja dan didukung pula dengan makanan ala sultan yang luar biasa mewah dan, banyak, hehe.

"Langit Mana Ma?"


"Biasa Pa, nongkrong. Anak mu itu nggak nongkrong mana hidup."

"Astaghfirullah Ma.. anak kamu juga itu. Memang kamu nggak bilang kalau adeknya mau pulang?"

"Udah kok. Tapi kamu paham kan sifatnya dia itu gimana."

"Astaghfirullah, Huhh..."

Fisya hanya diam mendengarkan pembicaraan Papa dan Mamanya. Dia sebenarnya juga tau kalau dia mempunyai seorang kakak laki-laki. Tapi dia belum pernah bertemu ataupun mengenal kakak laki-laki nya itu.

Nafisya tidak mau menduga-duga soal bagaimana sifat kakaknya yang tak pernah menjenguknya di Pesantren itu. Dia takut shoudjhon kepada makhluk. Cukup meyakinkan dalam hati kalau kakaknya adalah orang baik sama seperti Mama dan Papanya. Betulkan? Masa Ayah nya baik, Ibu nya baik, anak nya kek setan, ups!

"Eih sayang sini Mama ambilin" Fika meraih piring Nafisya.

"E-eh ... ngak papa Ma, biar Fisya aja" cegah Nafisya sopan.

"Udah Fisya duduk aja. Mama seneng kok bisa ngambilin buat anak Mama. Kapan lagi coba punya anak cewe." Kata Fika sambil menuangkan nasi ke piring Nafisya.

"Makasi ya Ma." Kata Nafisya lembut.

"Iya sayang."

Nafisya tersenyum kepada Fika. Hatinya sangat senang bisa mendapat perhatian dari sosok yang disebut orang sebagai Ibu itu.

Ketiganya makan dengan khimat. Sesekali Fika dan Lukman melepar candaan yang membuat Nafisya tertawa.

Di dalam hati Nafisya bersyukur sekali, mimpinya tinggal bersama keluarga akhirnya terwujud sekarang.

Disela rasa terharu dan senangnya Nafisya menambah tiga lobster kedalam piringnya, hehe.


....***....

Welcome To High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang