♤♤♤
Iris kuningnya dengan seksama memperhatikan para pemberontak didepan, hingga tanpa dia sadari bibirnya membentuk sebuah senyuman yang tak pernah dia tunjukan sebelumnya
"Hahhahha.....ini benar-benar menyenangkan!" Senra, mengangkat pedang berlumuran darah itu kearah sekumpulan orang didepannya, entah sebanyak apa tenaga yang dimiliki anak ini
Bahkan para pemimpin lain termasuk Soraru cukup lelah, ini sudah 2 jam, dan sepertinya pemberontak masih banyak, Eve dan Sou juga benar-benar lelah, mereka berada dibelakang Silvana dan Risru yang memberi mereka perlindungan
Sama seperti Shima, dia mendapat banyak luka gores dilengan maupun pipi, tapi tentu dia akan terus melawan
"Ah...lagi! Lagi! Lagi!" Perhatian berpusat pada Senra, dia mengambil pedang berlumuran darah yang berada tepat dibawah kakinya dan melempar itu kearah pemberontak, dan sisurai kuning itu berhasil memisahkan antara bagian pinggang dan kaki
Iris ungu Shima membulat, ini pertama kalinya dia melihat Senra seperti ini, yah....selama di medan perang sekalipun Senra selalu santai, hal itu membuat beberapa prajurit kagum padanya
Tapi disini....sisi lain Senra, jiwa nya yang hanya ingin menyampaikan bahwa dia ingin melindungi orang yang dia sayang
"DI-DIA ITU MONSTER!" teriak seorang pemberontak kala Senra mantapnya dengan smirk mengerikan
"Hei....bermainlah denganku lebih lama lagi" ujar Senra pelan, mengambil sedikit noda darah dan mengoleskan nya pada pipinya sendiri
"Bagaimana?" Senra memiringkan kepalanya dengan senyuman yang sama
Pemberontak yang tadinya menampikkan wajah sombong terdiam, beberapa dari mereka berjalan mundur hendak meninggalkan kerajaan ini
Yah...walau Senra mengerikan, tapi dia terlalu bodoh
"MAFU!" teriakan panik Soraru terdengar
Senra menoleh, mendapati ibu nya yang tengah memegang lengan kirinya yang tertancap pisau
Iris Senra melotot, dia kemudian melihat kearah pelaku
Saat Senra hendak melangkah
"SENRA!!"
trashhhh
Sebuah pedang menembus perutnya
"Akhhh--" Senra memegang pisau yang menembus perutnya itu
Senra melirik, itu pemberontak yang tadi mengatainya monster
"Sudah kuduga kelemahanmu apa..." ujar orang itu
Senra menekan perut nya kuat
"Bagaimana jika kau mel--"
Srashhhh
Ucapannya terhenti, bukan karena dipotong, tapi karena kepalanya baru saja terpisah dari tempatnya
Mari lihat pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Shima
"Lancang" ujar Shima pelan, dia mengambil satu pedang dan melemparnya pada pemberontak yang melukai Mafu
Ah....Shima sakir hati? Mungkin
Ini adalah ekspresi Shima yang sebelumnya benar-benar tidak pernah ditunjukkan pada siapapun
Eve dan Sou yang jelas akrab dengan Shima menutup mata mereka , takut.
Silvana yang melihat keadaan Senra yang begitu buruk menyerahkan EveSou pada Risru
Dia berniat menyelamatkan Senra terlebih dahulu
"Shima, kuserahkan padamu" ujar Silvana
Shima hanya melirik dan kembali melawan pemberontak itu
Bahkan pemberontak yang tadi sepertinya ada 10 orang kini hanya tersisa 2 orang
"Aku tidak akan...." Shima kemudian melempar satu pedang pada satu pemberontak, kakinya melangkah mendekati pemberontak terakhir
"Tidak akan pernah membiarkan salah satu dari kalian melukai Senra"
Lalu pedang terakhir menanjap pada organ vital seseorang
♤♤♤
"SENRA!! SENRA!? KAMU DIMANA!?" persetan dengan luka, sang Ratu albino terjebak dalam perasaan khawatir pada anak semata wayangnya itu
"Tenanglah Ratu! Senra baik-baik saja" ujar tabib kerajaan Anestalia, sedikit meringis kala melihat luka pada lengan sang Ratu Hestalia itu
"Bagaimana bisa aku tenang jika putraku dalam keadaan seperti itu hah!?" Ratu Mafu menarik kerah baju tabib Anestalia
Raja Soraru yang melihat itu segera bertindak cepat
"Hei....tenanglah" ujar Raja Soraru sembari mengelus kepala Ratu Mafu pelan
"OH! Jadi kau membelanya!?"
Soraru menarik nafas pasrah
"Dimana Shima?" Lalu Sakata muncul, diikuti Urata, LuzAma dan AraNaru dibelakangnya
Ah....benar juga
Dimana Shima?
Lalu bunyi gesekan antara pedang dan ubin lantai terdengar
Mereka menoleh keasal suara, dimana ada Shima yang tengah menyeret pedang berlumuran darah dengan dirinya yang menatap kebawah
Dia langsung memasuki ruang dimana Senra dirawat
"Maaf tapi, pangeran Shi--" tabib Anestalia yang hendak menegur mengurungkan niatnya kala iris ungu Shima meliriknya, tatapan penuh arti kemudian muncul
Shima mengambil kursi dan memindahkannya disamping kasur Senra, lalu dia meletakkan kepalanya disamping lengan sisurai kuning itu
"Hei....gomen....harusnya aku melindungimu" ujar Shima dengan pelan
Urata -sang ayah- yang tadinya memiliki niat menarik tangan Shima agar anak itu keluar dia urungkan
"Bukan salahmu" lalu sebuah suara yang terdengar serak keluar
Shima menoleh, mendapati Senra yang tengah menatapnya
"Lagian ini salahku yang gak teliti" lanjut Senra
"HWEEE TAPI KALO AKU GERCEP KAMU GAK BAKAL KAYAK GINI!!"
"Jangan manja deh! Sana main jauh-jauh, bajumu masih ada darahnya itu" usir Senra pada Shima
Sisurai ungu itu cemberut dan memutuskan keluar dari ruangan ini, melewati orang tuanya sendiri dan pemimpin lain
Shima melangkah semakin menjauhi kamar Senra
Lalu
"Carikan aku informasi pemberontak yang menusuk Senra, lalu bawa mereka kesini, pastikan tidak ada satupun keturunan nya yang tersisa " ujar Shima pada 2 orang didepannya
2 orang yang tak lain Risru dan Silvana itu mengangguk
"Kupikir kau akan tetap santai melihat Senra seperti tadi" ujar Silvana
"Lalu katakan padaku, bisakah kau tetap santai saat melihat lengan Risru yang luka tadi?" Tanya Shima pada Silvana dengan senyuman licik
"HUSH!! A-aku santai tadi!" Silvana menoleh kearah lain, menyembunyikan rona merah yang menghiasi wajahnya
"Nee....Silvana....kamu suka aku kan?"
Langkah Silvana terhenti, menoleh kebelakang dimana Risru menatapnya tajam
"Selesaikan masalah kalian, tapi jangan lupa informasi tentang pemberontak ini" Shima kemudian melangkah pergi
"APA!? SHIMA! HEI--" Silvana panik
"Dan Silvana....semoga kau beruntung"
Silvana kembali menatap Risru didepannya
"Kamu...suka aku.....kan?"
♤♤♤
TBC
♤♤♤
Gatau bagus paa kagak, idenya masih ngalir kok, dan idenya bener² cem gini
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince [ShimaSen] ✔
Teen Fiction[TAMAT] Dia menyesal Seharusnya hari itu dia mengatakan "Hei anak bodoh! Aku mencintaimu! Bisakah kau mengerti!?" Tapi dia terlalu egois Iris nya menatap nanar kertas hasil diagnosis itu Tertawa pelan, mentertawai dirinya yang begitu bodoh "Nee...