☔Hal.1 : Terbaik

535 77 6
                                    

☔☔☔

Seorang pemuda berkulit putih berlari memasuki area sekolahnya sambil sesekali menoleh kebelakang.Memberikan cengiran tengilnya kepada satu orang Satpam yang mengejarnya.

"JUNA AKSARA SHAQEILL BERHENTI KAMU!!"teriakan dari pria dewasa itu tak dihiraukan sama sekali. Justru semakin membuatnya berlari hingga didepan belokan.

"PAK!! GAK PERLU KE RUANG BK YA?BOSEN SAYA! hehe" teriaknya kepada Pak Satpam yang sudah tidak lagi mengerjarnya.

"Heh heh mau kemana kamu?"teriak Pak Herman Satpam sekolah.

"Ke kelas lah Pak! bapak sendiri mau kemana?bke kelas juga?"

Si Pak Satpam hanya menatap siswa yang sudah sering dia kejar seperti ini. Salah satu yang sering terlambat datang dan yang paling sering berhasil lolos dari pintu gerbang.

"Udah ya Pak balik lagi aja! Dadah Pak Herman" pemuda itu melambaikan tangannya seolah mengejek ke Pria bertubuh pendek gemuk yang sudah lama menjabat sebagai Satpam di sekolah, SMA MALTARA.

Setelahnya pemuda bernama Juna itu langsung melanjutkan langkahnya menuju kelas XII Mipa 2 yang tinggal beberapa langkah lagi.

Sampai didepan dikelasnya, Juna diam berdiri. Celinguk-celinguk dijendela, mengecek sudah ada guru mata pelajaran pertama atau belum. Kalau sudah ada berarti dia harus menyusun alasan baru kenapa dia bisa telat hari ini. Namun, mendengar suara Helmi temannya yang berisik masih terdengar sampai luar membuat Juna tersenyum lebar lalu mendorong pintu kelas yang membuat mereka yang ada didalam reflek diam.

Suasana diam membuat Juna mengernyitkan keningnya bingung.
"Pada kenapa lu? kok diem?"

Krik Krik

Seisi kelas menatap Juna, hingga......

Dubrak!

"YAELAH JUNA SIALAN! GUE PIKIR PAK AFDAL ANJIRR! HIH BIKIN JANTUNGAN LO!" teriak Jiel kesal sambil memukul meja menggunakan penggaris besi yang dia pinjam dari teman dibelakangnya.

Juna memutar bola matanya malas lalu berjalan menuju meja paling belakang yang sudah diduduki oleh teman sebangkunya.

"Pagi, Ris!" sapanya begitu ceria kepada seorang pemuda yang hanya diam dengan muka tanpa ekspresinya fokus kepada hp digenggamannya.

Tapi Juna sudah biasa diabaikan oleh sahabatnya—Haris Adrian Aditama. Dia mendudukkan bokongnya lalu mengeluarkan buku juga pulpen dari dalam laci.

"Ris, pinjem buku biologi mu dong! Pr gue belum selesai semalem ketiduran abis war ama Helmi"ujar Juna meminta kepada Haris.Tanpa banyak bicara, Haris memberikan buku catatannya juga sebuah kotal bekal dan diberikan kepada Juna.

"Thanks! Wah ada nasi goreng lagi"Juna berseru senang dan membuka bekal yang dibawa Haris untuknya.

Nasi Goreng dengan suiran ayam juga segulung telur dadar buatan Bundanya Haris memang tidak ada tandingan.

Juna mulai mencatat catatannya dibuku satu tangannya sesekali menyendokkan nasi goreng kedalam mulutnya.
"Tau gak Ris, tadi gue sempet dikejer lagi sama Pak Herman. Bisa-bisanya ya dia tau jalan tikus gue. Besok udah gak bisa lewat situ kudu cari jalan baru lagi" oceh Juna panjang. Haris yang mendengar hanya berdehem menanggapinya. Sesekali melirik sahabatnya yang kebanyakan makannya daripada mencatatnya.

PLUVIOPHILE | [Harukyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang