21

12K 1K 266
                                    

Aku ngetik-hapus sampai empat kali di chapter ini. Tapi masih berasa kurang seru aja. Apalagi pas Johan Jefri ke rumah Malik, mengecewakan 😭


Hana mengerik punggung Malik dengan koin seribuan dan minyak telon milik Mada. Suaminya bilang kalau badannya terasa berat dan pusing, masuk angin mungkin.

"Kakak jarang forsir kerja terus, badan kakak tuh capek tapi kakak gak mau istirahat"

"Ini cuma masuk angin biasa, Hana. Semalem aku kan lembur" elak Malik

"Kalau lembur lagi ditolak aja, kak"

Malik terkekeh ringan sambil sedikit meringis karna geseken uang koin pada kulitnya.

"Ya gak bisa atuh cintaku... Kan kakak karyawan biasa. Dipecat malahan kalau nolak"

Hana mengurut tangan dan kaki Malik, hati Hana terenyuh melihat telapak tangan Malik yang kasar dan kulitnya juga tidak seputih dulu.

"Kakak pasti capek banget ya?"

"Loh kok nangis? Kenapa hei?" Malik panik

Bukannya menjawab Hana Malik terisak di dada Malik dan suaminya yang peka langsung menepuk-nepuk pundak Hana.

"Iya, kakak capek, banget malah. Tapi kalau pulang kerja lihat kamu, lihat Mada tuh capeknya hilang. Rasa bangga kakak sebagai ayah dan suami tuh langsung muncul"

"Kakak jangan sakit..."

"Gak akan, udah jangan nangis. Intinya kakak bahagia lihat kamu sama Mada"

Pagi-pagi rumah mereka diketuk, tumben sekali ada tetangga yang bertamu. Di pagi buta seperti ini?

Malik berjalan ke arah pintu depan dan terkejut melihat siapa yang datang.

"P...papi, om Johan"

"Malik, papi kangen banget sama kamu" tubuh Malik membeku saat Jefri memeluknya

"Hana di mana?" Tanya Johan

Hati Johan menghangat, matanya panas saat melihat putrinya menggendong bayi laki-laki yang sangat tampan.

"Hana..."

"Papa, papa kapan pulang?"

Pagi ini air mata tumpah di rumah Malik. Mereka tidak menyangka akan mendapatkan keajaiban seperti ini.

"Pulang ke Jakarta ya, nak. Papi minta maaf atas semuanya. Kita mulai lembaran baru sebagai keluarga yang utuh" ujar Jefri

"Tapi aku kerja di sini, pi"

"Kamu anak papi. Perusahaan papi punya kamu juga"

Keluarga mereka sudah berkumpul di rumah Malik. Mada langsung menjadi rebutan semua orang di sana.

"Malik kecil banget mukanya. Rambutnya astaga" puji Tyas

"Kirain bakalan cewek loh anaknya soalnya Hana cantik banget waktu hamil" sahut Chita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kirain bakalan cewek loh anaknya soalnya Hana cantik banget waktu hamil" sahut Chita

"Boleh aku gendong gak, Han?" Tanya Junita

"Boleh, kak. Tapi dia gak pernah digendong selain aku sama kak Malik. Paling nangis bentar"

Benar saja, Mada langsung menangis di gendongan kakak ipar Hana itu. Henry mengecup kening keponakannya dan menciumi jarinya.

"Aku gak mau dipanggil om, maunya dipanggil papa" ujar Henry

"Boleh kan Han Mada panggil aku mama?"

Hana tersenyum dan mengangguk. Ia senang keluarganya menerima bayinya.

Jeje langsung memeluk kakaknya dan Malik juga shock melihat kondisi adiknya yang lemah dililit selang infus dan oksigen ini.

"Gue minta maaf, Je. Gue bahkan gak tahu lo sakit kaya gini"

"Udah lah, kak. Gak ada yang salah di kasus ini. Aku seneng kakak balik"

"Mau gendong ponakan kamu gak?" Goda Malik

"Emang boleh? Tapi aku belum mandi dua hari. Bentar aku mandi dulu"

Malik langsung mencegah adiknya yang hendak melepas selang infus di tangannya.

"Gapapa, tuh lihat ponakan kamu lucu kan?"

"Hallo uncle Jeje...." Sapa Hana

"Hallo ganteng, ini uncle Jeje. Namanya siapa, Han?"

"Namaku Mahawira Narendra, uncle.  dipanggilnya Mada"

Hana dan Malik tersenyum melihat Jeje yang terlibat begitu menyayangi keponakannya itu.

"Uncle Jeje harus sembuh biar nanti kita bisa tanding basket bareng" ujar Malik

"Digendong Jeje gak nangis ya... Tadi digendong kak Henry nangis terus" ucap Hana

"Namanya juga bayi. Gak bisa ditebak hawanya"

Jeje lega setidaknya harapannya untuk bertemu Malik dan keponakannya sudah terwujud. Jika seandainya ia tidak bisa bertahan lebih lama tidak apa-apa.

Hana dan Malik masih tinggal di rumah milik keluarga Jefri. Tyas tak henti-hentinya memuji cucu pertamanya itu.

"Mami dulu waktu lahiran Malik mulesnya dua hari. Akhirnya caesar saking  gak kuatnya"

"Mamimu dulu sampai putih bibirnya nahan sakit kamu gak keluar-keluar"

"Pas Mada kemarin aku 24 jam mulesnya, ketubannya sampai keruh banget saking lamanya. Tapi di sana rumah sakit juga jauh, akhirnya diinduksi sama bidannya" ujar Hana

"Mada gak nangis waktu lahir... Aku udah pasrah sama Tuhan. Bersyukur banget waktu Mada selamat tuh" tambah Malik

Tyas dan Jefri terkekeh. Mereka tidak menyangka menjadi kakek dan nenek di usia semuda ini.

"Mami, papi... Malik sama Hana juga minta maaf soal semuanya. Malik sama Hana gagal sebagai anak. Tapi kami janji, kami gak akan gagal sebagai orang tua"

"Papi yang paling jahat di sini. Papi juga minta maaf sama kalian. Semoga rumah tangga kalian abadi sampai ajal yang memisahkan"

Malam itu mereka hanyut dalam percakapan bersama. Sedangkan Jeje asik bermain dengan keponakannya di kamarnya. Jeje adalah orang yang bisa menaklukkan hati Mada selain orang tuanya.


Lain di rumah Jefri lain juga di rumah Johan dan Chita.

"Papa jangan ngomong ke Hana sama Malik soal adopsi itu. Biar Mada akrab sama kita dulu"

"Iya, papa tahu. Kalian mau pendekatan dulu kan?"

"Aku udah siapin box buat Mada bobok di kamar aku nanti" ucap Junita

"Tapi apa kalian yakin Hana sama Malik mau?" Tanya Chita

"Demi kebaikan mereka juga, Chit. Hana sama Malik bisa sekolah lagi dan lanjutin hidup. Anaknya juga keurus dan masih mereka bisa tengok kapan pun"

"Aku agak gak yakin. Dulu aja kita minta Hana aborsi dia gak mau. Apalagi anaknya udah lahir"

Johan menatap Chita tidak paham dengan pemikiran istrinya.

"Ya kamu coba bujuk Hana, ini tuh winwin solution loh, Hana dapat hidup normal dengan Malik sebagai suami istri dan orang tua. Henry dan Junita punya anak dan anaknya bisa hidup layak karena Henry udah mapan. Hana bisa hamil lagi nanti"

"Terserah kalian... Mama cuma bisa bantu doa aja"

Sebagai seorang ibu tentu Chita bisa merasakan apa yang Hana rasakan. Tidak mungkin seorang ibu bisa berpisah dengan anaknya.


Next?

Pengen nampol Johan

BABY (MARKHYUCK-GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang