29

17.2K 1K 59
                                    

Episode terakhir ini (^^)

5 tahun kemudian

Hana membuatkan kopi untuk keluarganya, mereka semua berkumpul di rumah baru milik keluarga kecilnya.

Rumah impian yang mereka bangun dengan rincian dan detail sesuai keinginan mereka. Rumah minimalis dengan dua lantai, pekarangan luas dengan pohon hijau, kolam ikan yang terdapat di bawah lantai kaca transparan yang indah dipandang.

"Jeje keren juga ngerancang rumahnya. Bagus" puji Johan

"Iya, dong. Anak gue"

"Kalau aku beli design ke kamu bayar atau gratis, Je?" Tanya Chita

"Gratis tante"

Malik langsung memukul pundak adiknya.

"Gila lo! Gue aja bayar 10 juta masa mertua gue gratis!"

"Yeee... Syarat dan ketentuan berlaku lah. Kak Malik gak masuk kategori sih"

Mereka hanya tertawa melihat kelakuan kakak beradik itu.

"Hana sama Malik gak ada niatan nambah momongan?" Tanya Tyas

"Belum, nunggu Mada gedea dulu lah. Takut gak bisa adil sama anak" jawab Hana

"Iya, mi. Tarik nafas dulu. Uang tabungan habis buat bikin ini rumah"

"Ngerasain kan jadi kepala keluarga. Dikira enak apa nyari nafkah" ejek Jefri

"Enak Jef... Kalau lagi olahraga di kasur"

Mereka semua tertawa karena ocehan Johan.

° ° °

Jeje menggandeng tangan Mada memasuki area pemakaman. Ia membawa setangkai bunga mawar putih kesukaan kekasihnya itu.

"Lepas sandalnya terus bilang permisi"

"Permisi...."

"Sapa dong Tante Nana nya"

"Assalamualaikum tante"

Bocah berumur 6 tahun itu duduk di sebelah Jeje sambil membawa iqra. Ia belum bisa membaca Alquran maka Jeje menyuruhnya membaca iqra saja.

"Cantik, aku udah wisuda loh. Aku udah magang di perusahaan papi. Wish list aku gak tercapai ternyata, lulus kuliah, kerja dan nikah sama kamu, tapi gapapa, kamu masih bangga kan?"

"Aku belum nemu pengganti kamu sampai sekarang. Gak akan ada sih, Na. Kamu pasti pake pelet ya buat deketin aku?"

"Iihh om Jeje! Kok gak berdoa malah ngomong terus. Katanya mau berdoa di makam Tante Nana!"

"Tuh dengerin, Na. Bayi yang kecilnya kaya spirit doll sekarang kaya tuyul"

Mada mencebik kesal sedang Jeje hanya tertawa. Mereka lalu lanjut berdoa dan membersihkan makam nana.

° ° °

Hana menyiapkan makan malam dibantu Mada dan satu asisten rumah tangga di rumahnya.

"Mada sayurnya di makan ya, biar kuat kaya popay"

"Popay makannya bayam, bun. Bukan kacang panjang sama tauge"

"Di makan, Mada. Nanti dicekokin temulawak lagi loh sama buna" Malik menakut-nakuti anaknya

Mada langsung melahap makanannya. Daripada nanti dia dicekoki jamu lagi sama bunanya.

"Didi, anak haram itu apa?"

Hana dan Malik langsung terdiam dan menatap anaknya.

"Siapa yang ngomong begitu, nak?" Tanya Malik

"Di sekolah, tadi ngumpulin kartu keluarga. Kata guru aku tanggal nikah buna sama didi sama tanggal aku lahir cuma beda 5 bulan, terus katanya temen-temen aku, aku anak haram"

"Mada... Buna sama didi minta maaf ya. Untuk sekarang kamu mungkin belum ngerti. Suatu saat kamu pasti paham sendiri, maaf ya" ucap Hana

"Buna kok nangis? Mada gak nakal kan?"

"Mada anak baik kok. Pokoknya Mada harus tahu kalau apapun yang terjadi di hidup Mada, didi sama buna selalu sayang sama Mada. Jelas Mada

Malik dan Hana hanya bisa memberikan ketenangan untuk anaknya. Mereka sudah tahu suatu saat Mada pasti akan menanyakan tentang hal ini.

Suatu saat Mada akan tahu bagaimana orang tuanya melakukan kesalahan sampai akhirnya ia lahir. Mereka sudah siap jika Mada mungkin akan kecewa atau bahkan membenci mereka.

° ° °

Pukul sepuluh malam Mada sudah lelap di tengah-tengah orang tuanya.

"Kak, aku udah berusaha nyiapin mentalku sesuai rencana kita. Tapi waktu Mada nanya hatiku rasanya merasa bersalah, sekarang dia belum paham, tapi nanti dia pasti ngerti dan bisa aja dia berpikiran negatif soal kita"

"Kita lewatin sama-sama ya. Tujuh tahun kita berjuang, sayang. Kita pasti bisa buat tahun-tahun selanjutnya" ujar Malik

"Anak kita udah gede aja ya. Ganteng dan dewasa, kaya kamu"

"Gemesin juga, kaya kamu, banget"

Malik mengecup kening pipi Hana lembut. Ia ingin juga mengecup kening Mada.

"Pindah ke kamar sebelah yuk. Lagi pengen aku tuh" kode Malik

"Gak bisa akunya kak"

"Lah? Kamu mens lagi? Perasaan belum sebulan deh kamu bersihnya"

"Bukan mens ihh"

"Bukan mens terus apa? Kamu gak nafsu sama aku?" Malik curiga

Hana mendecih dan langsung membuka laci. Ia memberikan tiga buah testpack ke suaminya.

"Tiga doang sih, tapi postif semua. Pas Mada dulu kan aku beli dua lusin testpack, sekarang udah pengalaman"

"Oh positif... EH POSITIF?"

"Yang rajin ya, pak kerjanya. Anak mau dua"

Malik mengusap matanya yang berair lalu berpindah dan memeluk istrinya.

"Dihh kok nangis" ejek Hana

"Terharu... Makasih dan I love you, udah berapa usianya?"

"Kata dokter udah jalan dua bulan. Mens kemarin aku udah isi katanya"

"Jangan capek-capek ya...."

Hana tersenyum ketika Mada memeluknya dan menenggelamkan wajahnya di perutnya sambil berkali-kali mencium permukaan yang masih datar itu.

"Kata dokter gak boleh hubungan badan dulu sebelum usia empat bulan" jelas Hana

"Yaelah...."

"Kan masih bisa pake tangan" bisik Hana

"Huffttt... Gapapa deh yang penting kalian sehat-sehat ya. Didi mah bisa main sendiri di kamar mandi"

Malik tetap bahagia. Ia bersyukur memiliki Hana di hidupnya, kehadiran Mada menjadikan awal perubahan dalam hidupnya.

Dan sekarang Tuhan menitipkan lagi satu nyawa yang akan menjadi pelengkap hidupnya. Tentu saja ia menyesali perbuatannya di masa lalu.

Namun, penyesalan tidak akan ada artinya tanpa sebuah perubahan. Ia berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi, untuk dirinya sendiri dan keluarga kecilnya.



The end

Jangan lupa baca work markhyuck aku yang baru yaaaa

Makasih

BABY (MARKHYUCK-GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang