Malam ini keluarga Johan berkumpul di rumah mereka, Hana dan Malik juga diundang untuk menikmati jamuan makan malam.
"Nginep aja sih kalian. Pulang besok pagi" ujar Johan
"Aku terserah kak Malik aja mau nginep aja pulang"
"Nginep aja... Kamu pasti kangen keluarga kamu juga"
"Kamu lanjutin makan aja, Han. Mada biar aku bobok-bobokin. Udah nenen kan?" Tanya Junita
"Udah, kak. Makasih ya kak"
Junita membawa Mada ke tempat yang agak sepi agar bayi itu tertidur. Lalu ia menidurkannya di kamarnya.
"Bobok pules banget anak papa" puji Henry
"Box bayinya bagus kan? Kembaran sama bajunya Mada hari ini. Ganteng banget sih anak mama"
Henry ikut mengayun box bayi yang Mada tiduri. Sesekali ia mengecup kening anak itu.
"Kamu kapan ngomong ke Malik soal rencana kita?"
"Secepatnya... Kamu jangan khawatir ya"
Makan malam sudah selesai, Hana sedang membereskan kamarnya untuk ditiduri bersama Mada dan suaminya.
"Kak, ambil Mada di kamar kakak deh"
"Gak kamu aja?" Malik takut canggung
"Kakak aja, aku masih beberes barangnya Mada. Pompa ASI juga"
Malik menurut, ia berjalan ke kamar kakak iparnya dan mengetuknya pelan.
"Masuk aja Malik..."
"Mada masih bobok?" Tanya Malik
"Iya, biarin aja sih bobok di sini" ujar Henry
"Biasanya minta nenen semaunya dia, takutnya rewel. Aku ambil ya kak, selamat malam"
Malik sedikit heran kenapa di kamar kakak iparnya banyak sekali perlengkapan bayi dan juga di sana banyak foto Mada.
Rasanya aneh, ia yang notabennya ayah dari Mada saja tidak punya foto anaknya sebanyak itu.
° ° °
Jefri dan Tyas mengajak Mada berkeliling naik mobil bersama Jeje. Anak itu nampak anteng di pangkuan Jeje.
"Jari buna jari buna dimana?"
"Di rumah di rumah buna di rumah"
"Jari didi jari didi dimana?"
"Di kantor di kantor didi di kantor"
Mada menikmati lagu yang dinyanyikan oleh pamannya itu, bayi itu tertawa terbahak-bahak sambil melompat-lompat kecil di pangkuan Jeje.
"Gemes banget sih cucu mami...." Puji Tyas
"Lihatin, pipinya bulet banget. Ini belum makan padahal"
"Biarin.... Yang penting sayangnya uncle Jeje"
Tyas dan Jefri tersenyum senang melihat Jeje kembali ceria setelah keponakannya itu datang.
Apa yang dilakukan orang tua jika anaknya dititipkan ke mertua? Ya, benar sekali. Bercinta.
"Udah lama kita gak main lama kaya gini, biasanya seronde udahan haha"
"Kadang belum seronde aja Mada udah bangun minta nenen... Akhirnya nenenin dulu baru lanjut lagi" sahut Hana
"Lagi ya?" Tawar Malik
"Gak ah, udah tiga kali loh. Nanti keburu mami papi pulang. Kamu mandi sana"
Malik menyesap bibir Hana dan segera melepaskannya saat pintu kamarnya diketuk oleh maminya.
"Han... Mada mau nenen nih" panggil Tyas
Hana langsung buru-buru memakai kimononya dan membereskan rambutnya.
"Lama banget dipanggilnya...ohh" Tyas yang sudah pengalaman langsung tahu
"Tadi di kamar mandi, mi" Hana mencari alasan
"Gak usah malu-malu gitu, mami pernah muda juga haha"
Muka Hana semakin memerah, ia langsung mengambil Mada dan masuk ke kamar.
Keluarga Johan datang lagi ke rumah keluarga Malik. Bedanya hari ini mereka membawa pengacara keluarga mereka.
"Papa ngapain bawa-bawa om Yuda?" Tanya Hana
"Aku ada hal penting yang mau dibicarain ke kamu sama Malik" jawab Henry
"Soal apa?"
"Han, kamu sama Malik kan masih muda dan termasuk masih di bawah umur, keuangan kalian juga belum stabil kan? Jadi gak ada salahnya kalau Mada aku yang rawat"
"Kak, aku masih gak ngerti" sahut Hana
"Aku dan kak Henry berencana ngadopsi Mada sebagai anak aku dimata dihukum dan negara"
"Aku sama Hana gak mau, kak. Kalau soal materi selama ini kita hidup cukup kok. Soal sekolah, aku juga udah kuliah dan Hana belum pengen buat kuliah lagi. Aku masih bisa nafkahin mereka" tegas Malik
Henry tertawa mengejek.
"Kamu jangan naif Malik, kamu masih hidup bergantung sama orang tua kamu. Mana cukup nafkahin Mada"
"Han, kakak kamu kena PCOS dan kista. Susah buat punya anak. Apa kamu gak kasihan?" Tanya Johan
"Apa papa gak kasihan sama aku? Aku yang hamil dan melahirkan Mada, taruhannya nyawa, pan! Kenapa harus Mada? Kenapa gak nyoba bayi tabung? Keuangan kalian stabil kan? Gak kesusahan kaya aku sama kak Malik!"
"HANA!" marah Johan
"Oh aku tahu, papa takut gak ada penerus laki-laki di keluarga papa kan? Karna kak Henry susah buat punya anak makanya papa mau anak aku buat kepentingan papa kan?"
"Kamu masih bisa ketemu anak kamu dan kamu masih tetap ibunya, Han" tawar Henry
"Aku bisa kehilangan apapun. Tapi soal Mada, aku gak bisa"
Jefri, Tyas dan Chita hanya terdiam melihat pertikaian mereka. Chita menangis sesenggukan namun tidak bisa melakukan apa pun.
"Hidup anak kamu terjamin sama aku"
"Kalau maksud kakak tentang materi, maaf, aku masih sehat dan aku masih bisa kerja buat anak istri aku, kak. Aku bisa atasin masalah keluarga aku sendiri" sahut Malik
Hana mendekati Junita yang terisak karna kemungkinan untuk mendapatkan Mada semakin menipis.
"Kak, kapan pun kakak mau ketemu Mada, aku akan menerima. Kakak juga bisa panggil aku kapan pun kalau kakak mau aku temenin ikut program hamil. Banyak kok treatment buat rahim, bisa bayi tabung, bisa ibu pengganti. Aku yakin kakak bukan gak dikasih kesempatan punya anak, tapi cuma belum"
"Kakak takut gak punya anak, Han" Isak Junita
"Jangan ngomong gitu. Kakak harus optimis sama diri kakak. Aku yakin kakak bisa"
Hana memeluk Junita dan kakak iparnya langsung menangis di pundaknya. Bagaimana pun mereka adalah keluarga, tidak mungkin Hana bisa membenci kakak kandungnya dan istrinya itu.
Next?
Otw tamat...
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY (MARKHYUCK-GS)
FanfictionKisah Malik dan Hana yang terbujuk rayuan setan buat kelonan dan berakhir dengan adanya janin di perut Hana. Masalahnya, mereka masih anak sekolah. Anaknya mau dikasih makan apa? "kak, garisnya ada dua" "hah?" "gimana kak... aku takut banget"