Sebelas

49.7K 4.5K 17
                                    

Jangan Lupa Follow Author
Dan Ig Author juga @widyaarrahma20_

Selamat membaca





Jam menunjukkan pukul 7 pagi dan sampai saat ini Nazra masih terpantau sibuk membuat kue marmer yang ia ambil resepnya dari sultan tiktok, siapa lagi kalau bukan Sisca Kohl?

“Resepnya, sih, jelas, cuma takarannya yang gaib,” keluh Nazra sembari mengaduk adonan kue nya dengan mixer

“Belum selesai juga? Kirain Bunda tinggal manggang,” ucap Rina menghampiri Nazra.

“Selamat mencoba.” Lagi-lagi suara itu keluar dari ponsel Nazra yang sudah jelas suara dari kakak-adik bermarga Kohl.

“Bentar lagi, Bun, ini mau dimasukin ke loyang, terus dipanggang,” jawab Nazra mengoleskan mentega ke loyang berbentuk persegi panjang.

Sementara Al sedari tadi hanya diam melamun di teras rumah ayahnya, usai kepulangannya dia diberi cuti selama 3 hari tuk berkumpul dengan keluarganya

Dan sejak semalam dia sampai di asrama ayahnya, Al tak berbicara kecuali memang
diperlukan, tak seperti biasanya.

“Mau ke rumah Pak Bagas jam berapa, Bu?” tanya Andhika pada Farah di dalam rumah, tetapi terdengar oleh Al yang ada di teras.

“Bentar lagi aja, Pak, jam delapanan, biar lebih pantas bertamu,” jawab Farah.

Al hanya menghela napas gusarnya mendengar kedua orang tuanya akan berkunjung ke rumah Nazra.

Bukan tanpa sebab, Al semalam sudah menolak untuk ikut, tetapi Andhika tetap memaksanya ikut dengan alasan menyambung silaturahmi, apa pun yang terjadi jangan sampai putus.

Ia melirik arlojinya, menunjukkan pukul 7.45, artinya 15 menit lagi mereka akan berangkat untuk silaturahmi ke rumah
Letkol Bagas Pramudya yang hanya berjarak 500 meter saja.

***

Suasana canggung kini sangat terasa antara Nazra dan Al, juga kedua keluarganya yang sedang ada di ruang tamu rumah Dinas Letkol Bagas itu.

Al sedari tadi hanya terdiam menghadap ke arah meja, pandangannya kosong.

Jujur, ini adalah kali pertamanya patah
hati, ternyata sesakit ini.

"Silahkan dicicipi ini kue buatan Nazra tadi baru mateng" ucap Bagas mempersilahkan

Andhika dan Farah (Orang tua Al) pun mengangguk dan mengambil sepotong kue yang tersaji cantik di piring itu.

Sementara Al hanya terdiam menatap kosong meja didepannya hingga Senggolan kecil dari tangan sang ayah yang membuatnya tersadar dari tatapan kosongnya tadi.

Mengerti apa yang di kode kan sang Ayah, Al tersenyum singkat lalu mengambil kue itu juga.

"Gimana Al dengan suasana Papua setahun ini ?" Tanya Bagas

"Lumayan Memanas Ndan, tapi Alhamdulillahnya tidak sampai memakan korban baik dari Angkatan Darat, Laut maupun udara begitupula dengan Polri" jawab Al berusaha menetral mimik wajahnya

“Jadi, kapan Nazra mau pengajuan?” tanya Farah membuat Al yang awalnya berusaha baik baik saja kembali menghela nafas beratnya.  Bagaimana bisa ibunya tak memikirkan perasaannya sampai menanyakan pengajuan ke Nazra

KAPTEN AL (PUBLISH ULANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang