"Selamat siang," sapa pria muda berpakaian rapi dan bermerek.
"Siang Mas. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Fayyra dengan senyum ramah dari balik etalase.
Pria itu tidak menjawab, mata hazelnya mengamati Fayyra dari kening hingga bibir. Kemudian pandanganya jatuh pada tangan kanan Fayyra, lebih tepatnya bagian jemari.
Jari-jari kanan Fayyra tidak sama seperti jari pada umumnya. Terlihat menekuk dan lemah. Tampak jelas dia mengandalkan tangan kirinya memegang capit ketika merapikan aneka kue yang terpajang di etalase.
Fayyra merasakan tatapan lelaki di hadapannya sedang mengamati tangannya.
"Maaf, Mas. Ada yang bisa saya bantu?"
Pria di hadapannya tersadar kemudian melangkah mendekati etalase. Bola mata pria itu mengamati jajaran kue. Mulai dari pastel dan sosis solo.
Harum parfum yang lembut tidak menusuk, sempat tercium oleh Fayyra ketika jarak mereka dekat.
"Saya minta ini!" Salah satu jemarinya menunjuk pastel, tetapi mata menatap dingin pada Fayyra.
"Baik, Mas. Berapa?"
"Saya minta lima puluh pastel, tolong masukan kotak yang rapi," titahnya.
"Baik, Mas."
Fayyra memasukkan kue ke dalam kotak, mata pria di hadapannya tidak lepas memperhatikan Fayyra.
Inikah wanita pilihan sang papi? Tidak pernah terlintas di benaknya akan menikahi perempuan seperti Fayyra, gadis sederhana, tidak cantik, ditambah kekurangan pada tangannya. Jelas berbeda sekali dengan semua perempuan yang menjadi koleksi malamnya.
Tidak habis pikir, Tryian--papinya meminta menikahi gadis seperti Fayyra. Jika menolak, maka nama Nathan Delano, akan dicoret dari daftar penerima warisan.
❤❤❤
"Maafkan, Ayah, Fayy. Semua yang Ayah lakukan untuk kebahagiaanmu," ucap Arifin lemah--lelaki berusia 47 tahun--ayah Fayyra.
Pria hampir paruh baya itu terbaring lemah karena komplikasi aterosklerosi, berkembangnya dinding pembuluh darah. Akibatnya, jantung harus memompa lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh.
Fayyra tidak kuasa menahan bulir bening yang terus saling berdesakan melihat kondisi sang ayah. Pria yang terbaring ini adalah miliknya yang berharga setelah empat tahun yang lalu kepergin sang ibu.
"Fayyra punya seseorang yang disuka. Dia--pria sederhana dan saleh. Meskipun pria itu belum mengutarakan perasaannya, Fayyra yakin, dia menyukai Fayyra. Terbaca lewat sikap dan perbuatannya."
"Sekali lagi, Ayah minta maaf. Ini yang terbaik buat Fayyra. Mau, kan?" mohon Arifin lemah.
Belum sempat menjawab, masuk lima orang ke ruangan. Empat pria dan satu perempuan seumur ibunya.
"Gimana keadaanmu, Fin? Kita laksanakan sekarang?" tanya pria seumur ayahnya. Pakaiannya tampak perlente dengan jas. Dahi Fayyra mengernyitkan ketika sepasang matanya menangkap sosok pria yang pernah mampir ke tokonya, dua hari lalu. Mata mereka bersirobok, tidak ada senyum dari wajah pria itu. Tatapan benci jelas terbaca, sama seperti pandangan perempuan di sampingnya yang berpakaian sangat anggun.
"Baiklah, Yan. Aku merasa sudah waktunya. Aku sepertinya tidak bisa menunggu lama, titip Fayyra, ya?"
Triyan mengangguk dengan mata berkabut.
Arifin memberi kode lewat matanya agar Fayyra mendekat.
Fayyra mendekatkan wajahnya, lalu Arifin membisikan sesuatu. "Nathan, sebenarnya anak baik, dapatkan hatinya, dan minta lewat doa. Bersabarlah menjadi istrinya, jadi istri penurut." Meskipun suaranya samar mampu membuat Fayyra bergetar dan terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Short StoryKumpulan cerita pendek, romance, religi, horor action.