================
💐Flamboyan💐
Kaisan berdiri memandang pohon yang rantingnya membentuk payung. Paduanmerah, orange, dan merah tua dari warna bunga di antara dedaunan indah dipandangan mata. Sesekali bunga berwarna-warni itu berguguran karena terpaan semilirnya anila.
Ada rindu membuncah setiap kali melintasi flamboyan. Rindu kepada seseorang yang berjanji akan bertemu kembali di sana.
Beberapa tahun yang lalu, sebelum kenaikan kelas, mereka berpisah di sana.
Di bawah Flamboyan perempuan itu berdiri, tubuhnya gemetar, napasnya tesengal naik-turun karena telah berlari puluhan meter, dan rautnya terkepung rasa takut. Namun, ia masih dapat tersenyum untuk menutupi kekalutan hatinya.
Beberapa menit yang lalu, mereka baru saja berlari menjauhi rumah kontrakan perempuan itu, meninggalkan rumah yang berantakan seperti habis terjadi bom bunuh diri.
Pecahan kaca berhamburan di lantai berasal dari kaca jendela dan perabot pecah belah. Tidak hanya itu, beberapa kursi plastik terjungkal. Sebenarnya, perempuan itu hendak bertahan, tetapi titah ibunya yang terduduk di lantai dengan wajah penuh lebam membuatnya harus berpikir dua kali.
Kaisan mengepal tangan, gigi gemeletuk, rahangnya ikut mengeras, dan matanya menatap penuh kobaran api. Dia berusaha meredam amarah, saat tetangga di sekeliling hanya menonton dari balik jendela dan celah pintu.
"Aku lelah, Kai. Kupikir ini adalah tempat yang aman. Ternyata, ayahku masih bisa menemukan kami." Suara perempuan itu bergetar.
Kaisan menoleh ke arah wanita yang menatap lurus dengan pandangan kosong. Beberapa helai rambut sesekali menyentuh wajahnya dan membelai manja kala embusan angin menerpanya.
"Kamu nggak lapor polisi?"
"Percuma. Setelah bebas, Ayah akan mencari kami lagi. Ayah baru keluar dari penjara minggu yang lalu," kata perempuan itu. Keputusasaan jelas menyelimut suaranya.
"Nanti malam, aku dan Ibu akan pergi.
"Kemana?" tanya Kaisan. Perempuan itu menoleh. Bola mata sepekat jelaga menatap resah Kaisan.
"Mencari tempat aman. Nanti, setelah aman, aku akan datang ke sini lagi. Tunggu aku di pohon ini."
"Kapan kamu kembali?"
"Setelah semua aman."
Mereka berpisah kala senja mulai tenggelam, di antara nabastala yang menguning keemasan.
Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. Hingga tujuh tahun sudah berlalu.
Setiap Kaisan pulang ke kampungnya setelah dari perantauan, dia selalu melewati pohon itu. Namun, tidak ditemuinya sosok perempuan itu.
Berita perempuan itu dan ibunya, seakan-akan hilang ditelan bumi. Kepergian mereka di malam buta tidak menyisakan jejak.
Sesosok perempuan berwajah pucat dan gaun putih yang tergerai angin menatap pilu kala melihat pria itu melewati flamboyan.
Tangannya terangkat melambai, seakan-akan ada pesan yang ingin disampaikan. Namun, dua dunia sudah menjadi jarak bagi mereka, tidak dapat ditembus meskipun lewat mimpi.
Malam setelah kepergiannya. Pria yang seharusnya menjadi pelindung keluarga menemukan mereka.
Pria pemabuk, penjudi, dan banyak utang membawa anak dan istrinya ke rumah bordil untuk dijual kepada Mami pemilik rumah bordil.
Setelah kehormatannya perempuan itu terenggut oleh pria hidung belang tidak berperasaan. Perempuan itu mengakhiri hidupnya dengan memotong nadinya, diikuti sang ibu meminum racun serangga.
Janjinya tinggalah janji yang menjadi penantian tanpa kepastian.
================
Bekasi 07 Februari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Short StoryKumpulan cerita pendek, romance, religi, horor action.