BANDEL

5.2K 712 28
                                    




(灬º‿º灬)♡  (灬º‿º灬)♡



"HUWA DADDDD"

Mendengar suara teriakan Renjun yang terdengar dari bawah, Jeno segera berlari dan cepat-cepat mencari dimana keberadaan Renjun. Sejak bangun pagi ini, Renjun sudah hilang dari ranjang. Jeno pun tidak tau dari jam berapa Renjun sudah tidak ada di samping nya.

Teriakan anaknya itu begitu histeris, tiba-tiba merasa khawatir terlebih kaki anaknya itu belum juga sembuh sepenuhnya.

"Dad! Injun berhasil bikin telur goreng" seru Renjun bahagia.

Jeno mematung diambang pintu, lega sekali melihat Renjun yang baik-baik saja. Tapi ia juga dibuat kesal, ia kira teriakan itu..

Ah sudahlah.

"Njun, injun buat daddy hampir mati gara-gara panik" berlebihan? Tapi itu memang benar, hampir saja Jeno terjatuh saat berlari menuruni tangga. Jika saja tidak berhasil berpegangan mungkin Jeno sudah jatuh terguling dari anak tangga paling atas.

Sementara Renjun tersenyum lebar masih memegang penggorengan, satu telur mata sapi sudah berhasil ia masak sempurna. Tanpa cacat sedikitpun, kuning telur itu terlihat lezat.

Renjun terkejut saat Jeno tiba-tiba saja memeluknya dari belakang, belakang kepalanya dikecup sekilas dan memeluk semakin erat.

Jeno hanya merasa gemas, tingkah Renjun pagi ini terlihat lucu. Jika saja kakinya sudah sembuh mungkin anak itu pasti akan melompat-lompat karena senang.

"Dad nanti gosong lagi" rengeknya mencoba melepas pelukan Jeno, bukannya melepas tangan itu kini berpindah di perut si anak.

"Kaki Injun masih sakit kan? Kenapa masak?"

"Injun cuma goreng dua telur"

"Tapi perjalanan dari kamar ke dapur gimana?"

Renjun terkekeh, perjalanan dari kamar Jeno menuju dapur memang membutuhkan waktu sedikit lama. Walaupun jalan Renjun seperti keong karena kakinya masih belum sembuh total, Renjun sudah berusaha keras berpegangan pada apapun jika terasa nyeri saat berjalan.

Lagi pula tidak akan sembuh jika selalu dibuat tidur dan duduk.

"Tuh kan gagal" Renjun melengkungkan bibirnya ke bawah sedih,

Sementara Jeno melihat keadaan telur itu tidak terlalu buruk, hanya kecoklatan tidak sampai gosong.

"Tidak apa, biar daddy saja yang makan. Injun telur yang-

"Mana bisa! Injun kan mau buatin telurnya buat daddy, biar injun makan yang ini aja"

"Kalau gitu biar daddy buatin yang baru aja buat Injun" Jeno melepas pelukannya.

Renjun terkejut untuk kesekian kalinya, tubuhnya terangkat. Jeno mengangkat tubuh kurus itu dengan mudahnya untuk di dudukkan pada kabinet tidak jauh darinya. Jeno tersenyum, setelah memberikan Renjun kecupan di telapak tangan anaknya yang sudah mau membuatkan telur untuknya walaupun kakinya tengah sakit.

Renjun mengawasi Jeno yang menggantikannya menguasai penggorengan, ayahnya itu sepertinya baru bangun.

"Daddy ngga sempet mandi loh, denger teriakan merdu Injun"

Renjun tertawa pelan, pantas saja Jeno masih dengan piyamanya.

"Hehe maaf"

.
.

"Jangan bandel, jangan nakal. Minum obatnya nanti kalau Jisung udah datang" Jeno mengingatkan anaknya itu, untuk tidak menolak meminum obat nantinya. Ia meminta bantuan Jisung untuk menjaga Renjun hari ini karena ia harus pergi bekerja.

"Eum, iya-iya" Renjun mengangguk-angguk di pelukan Jeno.

Renjun yang memeluk ayahnya itu, seperti bayi tidak mau di tinggal bekerja. Jeno pun membiarkan sampai Renjun melepaskannya sendiri.

"Hati-hati dad" setelah melepas pelukannya, Renjun tersenyum. Jeno pun pergi setelah mencium keningnya.

Berganti dengan Jisung yang memasuki rumah.

"Kenapa berdiri disitu kaya anak hilang"

Jisung yang memang tengah celingukan menoleh kearah Renjun diatas, kemudian berjalan menuju kesana, kamar Renjun.

"Aku ngga mau dengar apapun, dilarang cerewet harus nurut. Sekarang minum obat, udah makan kan?"

"Belum"

"Kok? Kata paman Jeno udah"

"Udah kok hehe"

"Dilarang bohong" tambah Jisung,

Renjun hanya cemberut, melihat Jisung yang berbalik dan merendahkan sedikit tubuhnya.

"Jisung ngapain?"

"Ayo turun"

"Kan Injun bisa jalan sendiri"

"Kelamaan Njun"

"Jisung ngeremehin Injun ya!"

"Aduh, aku kan udah bilang Injun nurut aja, nanti latihan jalan nya di luar aja aku temenin" katanya, kenapa Renjun susah sekali menuruti Jisung.

"Ngga mau"

"Njunn" rengeknya mau putus asa, mengundang Renjun untuk tertawa karena lucu.

"Iya deh, ayo Jisung jongkok lagi"

Jisung yang kini cemberut, merendahkan lagi punggungnya hingga akhirnya ia berhasil menggendong Renjun untuk turun.

Jika di bawah seperti ini kan Renjun bisa menonton televisi, memakan camilan. Kamar mandi juga ada yang di bawah, jadi Renjun tidak memerlukan lantai atas.

Setelah meminum obatnya, Jisung menuruti untuk menemani sahabatnya itu berjalan-jalan disamping rumah. Dengan sabar menggandeng Renjun dan dengan sigap menahan anak itu jika hampir terjatuh.

"Injun keringetan, udahan ya jalan nya. Ayo masuk lagi"

Renjun mengangguk, setuju juga karena ia mulai merasa letih. "Tapi buatin es coklat"

"Iya ganteng"

"Makasih Jisung"

Renjun lagi-lagi tersenyum di gendongan Jisung.








Next Later



NoRen + SungRen = Pingsan

Baby RenjunnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang