(灬º‿º灬)♡ (灬º‿º灬)♡
Pukul 9 pagi, Jeno disibukkan dengan beberapa berkas yang harus ia selesaikan segera. Bergulat dengan lembaran kertas dan juga laptop didalam ruang kerjanya.
Sudah terhitung 1 jam ia berada di ruangan tersebut, jika biasanya di waktu libur seperti ini, ia akan membangunkan si kecil Renjun untuk segera mandi dan sarapan. Namun hari ini Jeno membiarkan Renjun terbangun sendiri. Sarapan pun sudah Jeno siapkan di meja makan.
Setelah dirasa semakin lama, membuat Jeno merasa haus dan berniat keluar ruangan untuk mengambil minuman di dapur.
Sesampainya disana, tepatnya saat ia melihat jika makanan yang ia siapkan pada meja makan untuk Renjun hingga saat ini tetap utuh menandakan makanan itu belum tersentuh Renjun sama sekali.
Apa anaknya itu belum bangun?
Jeno kembali meneruskan langkahnya untuk menyambar sebotol air mineral kemudian berniat menuju kamar Renjun. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti ketika melihat Renjun yang ternyata berbaring dibawah sana. Di atas karpet beludru tebal didepan televisi yang menyala.
Sejak kapan televisi itu menyala? Jeno tidak ingat.
"Injun? Kenapa tiduran disana?" Tanya Jeno.
Renjun tidak merespon, ia hanya bergerak tengkurap dengan boneka moomin yang ada di genggamannya. Boneka itu tetap ada dimana-mana meskipun kini Renjun sudah bertumbuh besar.
"Njun"
"Kenapa?"
"Kenapa kau tiduran disana?"
"Injun bosan, daddy sendiri tidak mau ajak Injun jalan-jalan"
"Tapi daddy sibuk Njun"
"Injun tau!"
"Njunn"
"Ya sudah"
Jeno menghembuskan nafasnya pelan. Sebenarnya ia juga ingin sekali pergi menghabiskan waktu libur bersama Renjun. Tapi.. Jeno sibuk.
Renjun mendengus kesal saat melihat sang ayah yang sudah tidak ada disana. Remasan nya pada boneka moomin semakin menguat menandakan mood si manis yang semakin memburuk.
.
.Jika kalian kira Renjun akan merajuk dan menjauhi Jeno karena Jeno yang mengabaikannya, kalian salah. Karena Renjun lebih memilih untuk terus merengek pada ayahnya itu untuk pergi berlibur.
"Daddy"
"Hmm"
Sungguh, kasihan sekali anaknya itu. Ia tau jika Renjun memang mudah bosan jika tidak melakukan apapun.
Anak itu kini menyembulkan kepalanya dari balik pintu ruang kerja Jeno. Memperhatikan sang ayah yang tengah berkutat dengan beberapa kertas dan mesin pencetak. Tidak menoleh ke Renjun sedikitpun.
"Injun bosan"
"Pergilah bermain ke rumah Jisung"
"Mingrui?"
"Iya terserah Injun"
Renjun melengkungkan bibirnya ke bawah, biasanya Jeno tidak semudah itu membiarkan Renjun pergi ke rumah Mingrui.
"Tidak jadi"
"Makanlah, tadi pagi kau belum sarapan"
"Injun mau makan sama daddy"
"Tapi daddy masih bekerja"
"Terserah daddy saja. Tapi Injun mau makan kalau daddy sudah selesai"
Jeno menghela nafas, meletakkan lembar kerjanya. "Ayo makan"
Renjun tersenyum sumringah mendapati Jeno yang berjalan kearahnya, menuntunnya untuk menuju dapur dan segara makan.
Sepanjang kegiatan makannya Renjun memperhatikan Jeno, begitupun Jeno yang memperhatikan Renjun yang tengah makan.
"Kenapa?" Tanya Jeno.
"Daddy hari ini tampan"
Jeno tertawa pelan. "Daddy tau"
"Ayo jalan-jalan"
"Tidak"
Renjun cemberut, tidak suka dengan jawaban Jeno.
"Tapi ini hari libur dad"
"Daddy tau"
"Jahat!"
"Daddy juga sayang Injun"
"Daddy!"
"Kalau daddy jahat, daddy tidak akan menemani Injun makan sekarang"
"Ya sudah, daddy bisa balik kerja"
"Benar?"
"Dad!"
Lagi-lagi Jeno tertawa. "Cepat habiskan makananmu, daddy harus kembali"
"Daddy lanjutkan saja! Injun mau telfon paman Echan"
"Tapi paman Echan sekarang mengurus toko mainannya"
"Injun telfon paman Mark"
"Hmm. Ya sudah"
Jeno beranjak, meninggalkan Renjun duduk sendirian di meja makan. Sementara jangan tanyakan bagaimana Renjun saat ini, bertambah kesal tentu saja.
.
.Sudah pukul 7 malam, Jeno terbangun dari tidurnya. Memperhatikan sekitar yang ternyata ia masih berada didalam ruang kerja. Kepalanya terasa sedikit pusing namun kembali meneruskan pekerjaannya.
'tinggal sedikit lagi'
Tulis Jeno membalas pesan dari Nana, bangkit dari sofa yang menjadi tempatnya tadi beristirahat, ingin segera menuntaskan semua lalu kembali tidur.
Ngomong-ngomong, Renjun pergi bersama Mark sedari siang tadi hingga sampai sekarang, keduanya belum juga kembali.
Namun tidak lama itu terdengar suara seseorang diluar yang Jeno yakini Renjun dan juga Mark yang baru saja pulang. Jeno membaikan suara-suara tersebut kemudian kembali pada layar laptop, sampai akhirnya pintu ruangan itu dibuka seseorang.
"Sudah pulang?"
Renjun yang berada di ambang pintu dengan wajah suntuk kini mengangguk. Berjalan mendekati ayahnya.
"Sudah puas jalan-jalan?"
Lagi-lagi si kecil mengangguk. Mengambil duduk dipangkuan Jeno dan menyembunyikan wajahnya pada bahu lebar sang ayah.
"Lelah?"
Tentu saja anggukan lagi.
Jeno mengusap sebentar punggung Renjun dan membenarkan lagi posisinya agar ia bisa kembali mengetik. Membiarkan Renjun yang tertidur dipangkuan nya
"Paman Mark sudah pulang?"
"Di kamar mandi"
Jeno berhenti bertanya ketika dirasa Renjun terlelap. Anak itu pasti sangat lelah.
Cklekk!!
"Oh, sudah tidur. Baiklah, aku pulang"
"Hm, terima kasih sudah menemani Renjun"
Mark mengangguk sebagai jawaban kemudian kembali menutup pintu dan pergi.
"Selamat malam"
Jeno mengangkat kepala Renjun dan menyandarkannya lagi pada bahunya setelah memberi kecupan pada seluruh permukaan wajah kesayangannya.
Next Later