Bloody Monday

654 59 3
                                    

Aku membuka mata dan merasa pening menguasai ku. Perutku diaduk dan badan lemas. Aku bahkan tidak punya kekuatan untuk mengumpat karena isi dalam perutku memprotes berjuang keluar. Sialan. Racun apa lagi yang mereka masukkan ke dalamku?

Selesai dengan urusan perut aku melihat pantulan dalam kaca. Ya. Untuk kesadaranku yang baru mencapai 50 % setidaknya aku tahu kenapa badanku menggigil semalaman. Dasar belut!

Selesai berganti baju aku melihat kekacauan yang semalam mereka lakukan.

Emily dan Kim tidur menyilang dengan botol Vodka di tangan masing-masing. Amber tertidur di sofa dengan damai tanpa mengigau, tanpa mendengkur. Benar-benar seperti malaikat tapi aku tidak lupa sayangnya apa yang mereka lakukan semalam. Baiklah. Saatnya pembalasan.

Aku tersenyum sadis. Pergi ke kamar dan mengumpulkan barang bukti, potongan lingerie, vibrator, Vodka ponsel ketiganya, laptop, plaster, kaus kaki dan di mana kamera sialan itu?

Aku membuka selimut dan tidak ada, laci nakas sampai laci pakaian dalam dan tidak ada. Aku mengumpat.

Tenang Sakura, aku menarik nafas kembali dan mengatur emosi. Mencoba berfikir jernih. Kesampingkan dulu urusan kamera yang tidak akan pergi kemanapun kecuali bertumbuh Kedua kaki. Aku akan mengurusi yang sinting dan berkaki lebih dulu. Kuambil gunting dan bergegas turun ke bawah.

Aku naik ke atas sofa hingga Amber membuka mata tapi segera ku sumpal mulutnya. Aku tersenyum gembira yang baginya sangat berbeda, aku cukup kuat untuk menahan tangannya dan mengikatnya dengan simpul mati.

Aku memainkan gunting di sepanjang pelipis hingga dahinya. Terimakasih untuk drama mingguan psikopat yang ku tonton. Aku mencintaimu!

"Ah. Kulitmu sangat halus ternyata."

Aku tertawa halus dan dia memberontak dengan keras. Percuma saja kau pasti menyesal karena memaksaku menemani gym setiap sore. Rasakan itu!

Aku beralih ke Emily. Langsung memplester mulutnya tanpa basa basi dan berdoa semoga dia belum mencukur kumis halus yang biasa tumbuh di wajahnya. Membukanya perlahan akan sangat menyakitkan. Aku tertawa.

Mengikat tangannya dengan plaster juga kakinya. Amber mencoba berteriak tapi aku menatapnya dingin hingga dia mengkerut ketakutan.

Tapi tentu saja. Sekeras apapun panggilan Amber yang teredam kaus kaki. Itu tidak akan berguna karena bahkan setelah apa yang aku lakukan Emi masih mendengkur seperti orang mati. Dasar babi! Aku mengambil vas bunga dari meja dan menuangkan isinya di wajah Emi. Itu cukup untuk membuat matanya melompat keluar.

Kita sampai di hidangan utama. Aku mencengkram tangan Kim dan dia sadar dengan cepat lalu menendang rusukku. Membuatku mengerang kesakitan dan terjungkal ke belakang. Kim memanfaatkan waktu untuk menilai situasi dan aku menarik karpet yang dia injak hingga kini dia yang berguling di lantai.

Tapi dia bangkit dengan cepat. Bedebah!

"Kau tidak akan menang Sakura. Kau tahu itu." Aku makin bertekad untuk menghajarnya sekarang. Aku melempar bantal ke arahnya dan dia menghindar, melempar payung, buku, remote tv, menghancurkan ruang tamu tuan Stockholm tapi Kimberly Irgan belum jatuh juga.

"Fuck!"

Aku bermanuver, melompati sofa dan menyerangnya tapi dia lagi-lagi menghindar dan berakhir memecahkan vas bunga biru muda yang indah.

"Kau akan membayarnya Sakura."

"Dunia pun tahu kau biang keroknya!"

Aku tidak menyerah, menyambar kelambu coklat yang menggantung dan melemparkan ke arahnya. Tapi dia lagi lagi lebih lincah dari ku.

Secret Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang