Bagian 5

4.4K 1.4K 178
                                    

Sebelum membaca jangan lupa bintanya gaes~

🌸🌸🌸

"Mika ... Mika ... Mika!"

Mika menyembunyikan kepalanya di bawah bantal. Sudah sejak lima menit yang lalu dia mendengar Nawa memanggil namanya. Adiknya itu sengaja menjahilinya karena dia tahu Mika sedang bad mood.

"Mika! Main yuk!" teriak Nawa yang sekarang berdiri di depan pintu kamar Mika. Dia bersandar pada kusen pintu.

"Nggak mauuuuu!" pekik Mika yang suaranya teredam permukaan kasur. Dia masih sembunyi di balik bantal.

Nawa terkikik geli, dia paling suka menjahili kakaknya itu. Sebenarnya niat Nawa baik, dia hanya ingin membuat Mika lebih rileks saja. Karena, sebenatar lagi dia pasti bisa membuat Mika tertawa.

"Gue sama Papa mau main ke timezone ikut nggak?" tawar Nawa.

Mendengar nama tempat favoritnya disebut, Mika langsung terduduk. Bantal yang digunakannya tadi sudah tergeletak di lantai.

"Ikut!" seru Mika semangat dan Nawa tersenyum tipis. Sudah Nawa tebak, dia pasti akan segera melihat tawa Mika. Kakaknya itu paling mudah sekali dihibur, cukup dibawa pergi main saja masalah beres.

Banyak yang mengira Mika tidak begitu suka bermain-main, sebenarnya Mika suka bermain ke timezone. Mika sama seperti kebanyakan remaja lainnya. Jangankan remaja, terkadang yang sudah tua bangka seperti Dipta masih suka ke timezone diam-diam.

"Pulangnya jangan malam-malam ya Pa. Anak-anak harus belajar soalnya," pesan Tara pada suaminya.

Dipta mencium pipi Tara kiri dan kanan. "Iya ... iya. Lagian kasihan Mika butuh refreshing sebentar," tutur Dipta yang hanya mampu dianggukkan setuju oleh Tara.

Dipta sudah lama tidak pergi bertiga saja dengan Mika dan Nawa. Terakhir mereka pergi bermain tanpa Tara itu saat Nawa baru masuk SMA. Setelahnya Dipta terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya. Mika dan Nawa juga hanya belajar dan bermain bersama Tara, yang sudah pasti porsi belajar mereka lebih banyak daripada bermain. Tahu sendiri bagaimana Tarani, dulu Dipta suka memanggil Tara dengan nama 'Tirani atau Tiran'.

"Kakak mau kuliah dimana? Nggak mau kuliah di luar? Papa dengar dari Mama ma uke BJF," ujar Dipta yang membuka pembicaraan, agar diperjalanan mereka tidak terlalu sepi.

"Iya Pa. Universitas dalam negeri juga banyak yang bagus kok Pa, lagian kasihan Papa sama Mama nanti kesepian," jawab Mika.

Nawa mendengus mendengar jawaban kakaknya itu. "Kan ada gue," gerutu Nawa.

"Elo? Yang ada sibuk sama dunia basket dan main-main lo itu," bantah Mika yang memeletkan lidahnya pada Nawa.

"Alasan aja, bilang aja nggak mau pisah dari si Danis," ucap Nawa yang mengejek Mika, dia juga menjulurkan lidahnya membalas Mika.

Mata mika mendelik mendengar ucapan Nawa. Rasanya emosinya langsung memuncak ketika ada seseorang yang menyebutkan nama Danis di hadapannya. "Apa lo bilang?" Mika menatap Nawa dengan tatapan super tajam.

"Sudah-sudah jangan berantem." Dipta menengahi anak-anaknya. "Jangan godain Kakakmu terus," tegur Dipta pada Nawa yang hanya menjawab dengan gumaman pelan.

🌸🌸🌸

Danis dan Dewa pergi berdua, mereka berbelanja kebutuhan dapur. Tentu saja atas perintah Vina. Setelah berbelanja, keduanya bukan pulang malah mampir ke toko buku, memilih beberapa komik yang belum dikoleksi Danis.

"Ingat ya ini Mami jangan sampai tahu. Bilang aja tadi ambil ke rumah Om Agung, pinjam punya si Andres," kata Dewa pada Danis saat mereka sedang membayar di kasir.

Da(n)MikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang