Kamu menemani, sementara kamu saja tidak sendiri.—Jurnal Dyla.
Suasana kelas mulai ramai, satu persatu murid memasuki kelas seiring bel tanda istirahat berakhir. Ada yang terburu-buru membuang sampah sisa makanannya, ataupun sebaliknya, terburu-buru menyimpan amunisi untuk dimakan di sela-sela jam pelajaran.
Dyla berhenti tepat di depan kelas, berbalik menghadap Iqbal yang semula ada di sampingnya.
Dyla tersenyum, "Aku masuk dulu ya?"
Iqbal mengangguk dan tersenyum, melihat Dyla maju beberapa langkah memasuki pintu kelas sampai akhirnya ia menuju kelasnya sendiri.
"Cie, abis ngapain nih? Bel istirahat ke belet amat cepet-cepet keluar." Ledek Nada, saat Dyla baru saja duduk.
"Yeh, apaan sih," Dyla melirik, menatap Nada dengan ekspresi meledeknya. "apa sih, Nad? Nggak ada."
"Ya nggak mungkin nggak ada lah, Dyl. Tugas fisika dibantuin, terus pergi istirahat bareng. Nggak apa sih kalo nggak mau cerita sekarang, barangkali masih deg-degan hahaha."
"Ih!"
Dyla menjadi sasaran empuk ledekan Nada, mereka saling melempar sesuatu yang ada di meja mereka, keributan mereka berakhir saat guru mata pelajaran selanjutnya memasuki kelas. Dyla dan Nada merapikan barang-barang di atas meja sembari menatap satu sama lain, mereka menunda pertempuran mereka sampai waktu memungkinkan berikutnya.
Setelah dua jam pelajaran berlangsung dan jam istirahat kedua dilewati dengan tenang, Dyla sedang mengeluarkan buku pelajaran selanjutnya. Iqbal sudah menghubungi, istirahat keduanya dilanjutkan dengan pelajaran yang seharusnya diselingi istirahat, tapi kelasnya sepakat memilih melanjutkan pelajaran untuk selesai lebih awal.
Dreeet dreeet, notif ponsel Dyla sudah berbunyi dua kali, tapi Dyla tidak bisa langsung memeriksanya, guru mata pelajaran saat ini sudah memasuki kelas dan suasana begitu hening. Dyla melihat papan notifikasi yang terlihat, ada pesan dari Iqbal.
"Sssst!" Nada menahan Dyla yang akan membuka ponselnya, "nggak usah macem-macem, kayak nggak tau aja pelajaran ini, nanti hp lo nggak selamat gimana? Udah, ntar aja."
Dyla menurut, lagipula Iqbal tau saat ini Dyla sedang dalam jam pelajaran. Dyla lebih memilih menjalani jam pelajaran dengan tenang, sampai bel pulang sekolah menggema di seluruh penjuru sekolah.
"Yey." Bisik Dyla, ini yang ia tunggu sedari tadi.
Dyla membereskan semua alat tulisnya sementara guru yang mengajar memberikan pernyataan penutup dalam jam pelajaran kali ini.
"Semangat amat diliat-liat." Ledek Nada.
Dyla memutar bola mata dengan malas, sudah kenyang ia diledek Nada sedari tadi. Beberapa saat setelah guru mata pelajaran meninggalkan kelas, seketika semua murid berlomba-lomba menuju pintu kelas, ada yang menghindar dari tugas piket, ada yang sudah tidak kuat buang hajat, ada pula yang berburu makanan yang masih tersedia di kantin.
Dyla menunggu suasana agak sepi, ia pikir Iqbal belum meninggalkan kelas karena suasana di koridor masih sepi, tidak terdengar ricuh dari kelas-kelas lain.
"Eleuh, saha ieu? Keur naon maneh didieu?" (Aduh, siapa ini? Lagi ngapain kamu di sini?)
Terdengar suara teman sekelas Dyla yang cukup nyaring, ia salah satu dari beberapa orang yang terhitung aktif di dalam kelas. Dyla yang mendengar itu refleks berdiri, menatap keluar jendela, dan menemukan Iqbal duduk di tempat duduk yang tersedia di koridor.
"Ha?!" Dyla baru menyadari, Iqbal sepertinya sudah menunggunya sedari tadi. "mampus, kok dia nggak bilang sih?"
Nada ikut berdiri di samping Dyla, "Jangan nyalahin dulu, lo belum buka hp."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal: Dear, Iqbal
Fiksi RemajaHATI-HATI MENDADAK BUCIN. HIGHEST RANK: #20 Jurnal Berawal dari dua kepribadian yang berbeda, lalu menjadi satu kesatuan yang sempurna. Dyla yang hampir kehilangan harapan untuk hidupnya dan Iqbal yang kemudian bersedia mengisi semua kekosongannya s...