Part 4

4K 265 2
                                    

"Aku nggak terlalu suka kamu dekat sama Aris." Ujar Dimas, memecah keheningan di dalam mobil. Riva melirik Dimas. "Aku takut kamu ingkar dengan janji kamu." Papar Dimas to the point.

"Kak... "

"Maaf kalo aku terkesan egois, tapi Alifa butuh kamu."

"Cuma Alifa?"

"Mungkin aku juga." Ujar Dimas menunduk. Riva menatap lurus ke depan, mengamati taman yang masih saja ramai di akhir pekan ini walau malam makin larut. "Awalnya aku murni anggap kamu sebagai adik, tapi karena perjodohan itu dan juga..... " Dimas menggantungkan kalimatnya. Menarik nafas panjang lalu mendesah. "Aku mulai tidak suka kamu dekat dengan lelaki lain selain aku." Deg, jantung Riva berdebar kencang. Dimas menunjukkan keposesifannya sebagai lelaki.

"Tapi kak, aku sama Aris...."

"Teman biasa?!" Potong Dimas. "Oke kamu anggap dia teman biasa. Dia??" Tanya Dimas dengan nada meninggi. 

"Kak ..."

"Seribu satu, Va. Persahabatan antara cewek dan cowok murni sahabat. Banyaknya mereka gagal, dan persahabatan itu akhirnya terkontaminasi rasa." Suara Dimas mulai terdengar khawatir.

"Kak Dimas...." Riva menarik nafas panjang. Sungguh dia belum siap menerima keposesifan Dimas yang terkesan tiba-tiba.

Sama halnya dengan Riva, Dimas pun mendesah kasar. Ada sesuatu yang sulit dijabarkan, tapi ia tahu rasa itu bernama cemburu.

***

"Va.. " Sapa Nathan pagi ini seperti biasa. Menghampiri Riva yang hendak berangkat ke kantor. Riva menelan saliva dan mendadak kepalanya berat, migrain.

Di depan rumah ada Nathan dan di dalam rumah sana ada Dimas, yang keduanya siap antar Riva ke kantor pagi ini.

"Hei malah bengong, berangkat nggak nih?" Nathan mengibaskan tangannya di depan wajah Riva. Riva melirik ke pintu masuk rumahnya. Dimas belum tampak juga.

"Hmmmmm...." Riva salah tingkah.

"Va." Dimas akhirnya menghampiri Riva dan Nathan.

"Kak." Nathan mengangguk santun. Dimas tersenyum. "Mau berangkat, Kak?"

"Iya." Jawab Dimas singkat. "Va, maaf ya aku nggak jadi anterin kamu dulu. Ada meeting dadakan."

"Nggak apa-apa, Kak." Jawab Riva lega sambil melempar senyum, memastikan semua akan baik-baik saja walau Dimas tidak jadi mengantarkan dirinya ke kantor. 

"Biar Riva berangkat sama saya aja." Tawar Nathan, refleks Dimas memandang Nathan penuh selidik. "Kebetulan saya mau antar bahan baku ke konveksi. Konveksinya nggak jauh dari kantor Riva." Jelas Nathan. 

"Nggak ngerepotin?" Tanya Dimas.

"Nggak, Kak."

"Kalau gitu saya titip Riva yaa?!" Pesan Dimas, Nathan mengangguk mantap. 

***

"Va, kemarin jadi ke acara resepsi pernikahan teman kamu?" Tanya Nathan, Riva mengangguk. "Sama siapa?" Cercanya.

"Sama Aris." Jawab Riva enteng yang langsung diikuti rem dadakan Nathan. "Kenapa, Nath?" Tanya Riva syok. Takut-takut Nathan menabrak anak kecil atau hewan seperti kucing misalkan.

"Kamu ada hubungan apa sama Aris?" Tanyanya serius sambil mulai melajukan kembali mobil dengan kecepatan rendah. Riva melirik dengan dahi agak berkerut. 

"Hubungan? Maksudnya?" Tanya Riva tidak mengerti.

"Kamu pacaran sama Aris?" Tanya Nathan dengan nada yang sulit diterjemahkan. Riva terkekeh. "Kenapa ketawa?" Sinis Nathan.

Jodoh Lima LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang