Part 1

14K 449 4
                                    

"Makasih banyak." ucap Riva tulus.

"Sama-sama." jawab Nathan singkat.

"Kamu berdarah? Sini biar aku obatin."

"Nggak usah, cuma kegores doang."

"Tapi berdarah. Please biar aku obatin, sebagai tanda terima kasih aku." Riva menuntunnya agar duduk di tepian trotoar. "Kamu ada kotak P3K di mobil?"

"Ada di bagasi." Jawab Nathan tanpa memandang Riva sama sekali. Tanpa basa-basi, setelah mendengar jawabannya, Riva langsung membuka bagasi mobil dan mencari kotak yang dia maksud. "Udah-udah, cuma luka kecil kok." Nathan menepis tangan Riva dengan cepat saat Riva hendak memberinya plester. "Nggak usah pake gituan." Tolak Nathan. Riva menaruh kembali plaster dan merapikan kotak tersebut ke bagasi. "Langsung pulang?" Tanya Nathan kemudian. Riva mengangguk. "Bareng aja, udah malem juga. Kita kan searah."

"Nggak apa-apa, nggak usah."

"Nggak usah gimana? Kalo kamu digangguin lagi, siapa yang bakal nolongin kamu?" Riva menelan saliva. "Udah ayo, bareng aja." Ujar Nathan sedikit memaksa. Akhirnya Riva menerima tawaran untuk pulang bareng.

Sepanjang perjalanan, Nathan hanya diam, fokus menatap lurus ke depan. "Di depan kita mampir dulu di SPBU ya. Nggak apa-apa kan? Sebentar kok." Ujarnya, Riva hanya mengangguk tanda setuju.

SPBU Pusat Kota malam ini cukup padat, maklum akhir pekan. Nathan semula bersikap biasa tapi tiba-tiba dia...

"Mbak 10 liter ya." Kata Nathan seraya menyerahkan selembar uang seratus ribuan lewat jendela samping tepat dimana Riva duduk. Wajahnya hanya berjarak beberapa centi dari wajah Riva. Desah nafasnya terdengar dan terasa. Dan seseorang di antrian sepeda motor menatap mereka tajam. Riva membulatkan mata.

Untunglah mengisi bahan bakar kendaraan sebanyak 10 liter tidak memakan waktu yang lama. Mobilpun kembali melaju, otomatis tidak akan ada adegan seperti barusan lagi.

"Makasih." Ucap Riva tulus. "Makasih udah nolongin aku tadi, dan makasih udah ajak pulang bareng."

"Cuma makasih doang?" Tanya Nathan dingin. Riva balik menatap.

"Terus kamu maunya apa? "

"Biar impas, aku mau kamu nemenin aku ke acara temen aku besok. Gimana?" Nathan melirik Riva sekilas. "Balasan nolong kan kamu udah tuh obatin luka aku, nah anter kamu pulangnya kan belum?!" Tutur Nathan santai. Yaa Tuhan pamrih amat sih ini orang, batin Riva.

"Boleh, jam berapa besok?" Tanya Riva datar. Tidak ingin buang waktu hanya sekedar basa basi ini itu.

"Jam 2 siang. Aku tunggu disini." Putus Nathan.

"Oke. Ngomong-ngomong acara apa? biar aku nggak salah kostum."

"Engagement."

"Oke. Ya udah sekali lagi makasih." Riva bergegas turun dari mobil. Lama-lama Riva kesal juga sama tingkahnya Nathan. Mana capek habis lembur akhir bulan, pulang hampir dijambret, ehh ditolongin orang tapi pamrih yang jutek plus songong kayak Nathan.

***

Semalaman Riva hanya mengurung diri di kamar. Benar-benar lelah. Rebahan sambil mendengarkan musik sampai akhirnya terlelap dan terbangun saat alarm pagi berbunyi. Riva langsung mengerjap-ngerjapkan matanya. Riva kaget bisa tidur sangat panjang semalam. Bahkan sampai lupa makan malam. Riva beringsut keluar kamar menuju dapur, berharap Marni, asisten rumah tangga, sudah menyiapkan sarapan pagi ini.

"Tumben malam minggu pules, biasanya nonton drama korea sampe subuh." Ceplos Hesti, bundanya Riva.

"Nggak tau nih bunda, kemarin capek banget. Jadinya ketiduran."

Jodoh Lima LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang