jaemin dan ambara sedang menikmati sarapannya.
"kemana kamu semalem?" tanya ambara membuat jaemin terbatuk.
jaemin buru-buru meminum jeruk peras yang ada didepannya.
"aku? sama kamu kok." jaemin berbohong.
"semalem aku liat kamu ga ada disamping, jaemin. kamu sembunyiin apa dari aku?"
jaemin terdiam. entah apa yang ia pikirkan.
"hey? aku tanya kamu loh."
"eh? ohh itu, aku sembelit. kamu cariin aku? maaf, ya babe?"
"aku cek kamu di kamar mandi, kosong."
"aku pakai kamar mandi dibawah, ambar." sahut jaemin sesantai mungkin.
ambara meliriknya dari bawah sampai atas, lalu berhenti di mata jaemin, mencari letak kebohongan yang sayangnya tidak ia temukan.
"mataku ada dimana-mana, jaemin. jangan nakal sayang. kamu belum selesai? mau aku benahin." ambara tersenyum manis.
"aku udah, aku mau mandi dulu, ada rapat buat nentuin peran."
jaemin pergi seakan tidak mendengar apa yang dikatakan ambara, padahal dalam hatinya sudah ketar ketir.
dringgg
ponsel milik jaemin berdering, ambara meliriknya lalu mengambil ponsel tersebut.
tertera nama 'jane' disertai emoji love disana.na jaemin yang baru keluar dari kamar mandi mengejutkannya, ia letakkan ponsel milik jaemin seperti semula.
"kamu ngapain?"
"engga, ini hp kamu bunyi. barangkali penting."
"dari siapa?"
"jane." jaemin langsung mengambil ponselnya.
jaemin membuka ponselnya, mungkin melihat riwayat panggilan. "kamu angkat?"
"engga- belum." ambara pergi, meninggalkan jaemin yang mengusap kasar wajahnya.
tangan jaemin bermain-main diatas layar ponsel.
"kenapa? pacar lo yang posesif itu marah?" ledek laki-laki entah siapa, jaemin mendengkus.
"lo sih! gue bilang juga apa. ribet kalau ambara tau.",
"terus? lo mau gimana?"
"liat aja nanti. gue mau rapat dulu"
jaemin mematikan panggilannya sepihak.
ia hanya mengenakan sweater dan jeans untuk pergi rapat, karna rapatnya tidak terlalu formal jadi ia bisa santai."mau berangkat?" tanya ambara yang berdiri di depan pintu kamar.
"iya, kamu tau dimana kunci mobil? aku lupa tadi ditaruh dimana."
"engga, aku ga liat. kamu naik motor aja, nanti biar aku yang cari."
jaemin menyerah, ia berjalan mendekati ambara lalu mencium kening ambara sekilas.
jaemin memberikan satu kartu warna hitam untuk ambara. "aku pergi dulu, ya? ini kalau kamu mau beli sesuatu, bisa naik bus?"
"terimakasih. aku bukan anak kecil jaemin" ambara tertawa, hambar.
ambara tersenyum, ia melihat layar ponselnya, menatap satu kontak yang tadi menghubungi kekasihnya, jane. untungnya tadi ia sempat untuk menyalin nomer itu ke ponselnya.
jemarinya mengetik sesuatu.
'bisa kita bertemu?'
KAMU SEDANG MEMBACA
blood house
Fanfictionsshhht, menjadi sempurna itu tidak selalu mengasyikkan! ngga percaya? yuk baca cerita ini. jaemin, ambara, mark, dan jane. mereka seperti memiliki banyak kepribadian, atau mungkin kelainan? mereka cukup gila- oh tidak, kata gila mungkin tidak dapat...