V

297 239 101
                                    

ambara

"udah semua?" tanya jaemin, dan aku mengangguk.

"coba di cek lagi, takut ada yang ketinggalan." aku menyuruh jaemin untuk mengecek ulang.

"ngga usah, nanti sisanya beli aja. uangku ngga berguna kalau kamu hemat, ambara." mulai, jaemin mulai menyombongkan kekayaannya. aku tidak masalah, karena aku terlahir dari keluarga terpandang. jaemin? ia berasal dari keluarga sederhana, beruntungnya ia mendapat beasiswa penuh sampai kuliah semester akhir. dan ya, seperti yang kalian lihat, jaemin berhasil.

"iya, iya." aku hanya mengiyakan, karena kalau tidak kami akan berdebat tentang bagaimana cara menghabiskan uang.

"ohh, kamu udah bilang bunda?"

"udah, masalah rumah nanti bakal ada yang bersih-bersih setiap minggunya." jawab jaemin.

"jaehyun chat aku." aku berbohong, tidak jaehyun sama sekali tidak mengirimi pesan, maaf ya jaehyun.

"ada apa?" oh, lihat. hawa disekitarnya berubah.

"tanyain kabar." aku memalingkan pandanganku.

"oh" what the f- jaemin hanya menjawab 'oh.'

"aku mau ke minimarket sebentar, kamu lanjut aja." ucap jaemin, aku hanya mengangguk.

aku pergi menyapa jane, apa ia masih hidup?

"hai, jane."

ia melirik, menatap aku seakan aku adalah sampah.

"hey, jangan lihat aku begitu. itu, makanan banyak, cukup untuk 1 bulan. jangan manja ya, oh sebentar."

semakin aku mendekatinya, semakin jane memundurkan tubuhnya.

"aku ngga gigit kok, santai." aku mengelus perut buncitnya, oh bayinya merespon dengan cara menendang.

"gimana rasanya? aku baik masih nampung kamu."

aku melepaskan selotip di bibirnya.

"perempuan gila!" jane berteriak.

aku segera menampar wajahnya.

"bisa bisanya kamu! kamu- ahahaaha berani ya kamu. sinting!"

"AMBARAA, KAMU DIMANA? NANTI KITA KETINGGALAN PESAWAT." teriakan jaemin terdengar, aku buru-buru memasang selotip pada bibir jane.

"sshtt, jangan nangis. gapapa, hihi." aku mengusap air matanya, lalu pergi begitu saja.

"lama banget?" tanya jaemin.

"ohh, itu, aku sembelit." aku menggaruk pipiku yang tidak gatal.

"mau di tunda dulu?"

aku memeluk lengan jaemin. "engga! ayo, aku gapapa."

"yakin?"

"iyaa!"

kami sedang dalam perjalanan, aku bosan, jaemin terus memainkan ponselnya.

"babe, tidur aja. sini senderan." jaemin menarik pelan kepalaku agar bersender di bahunya.

"kamu ngga ngantuk?" aku mulai menguap.

"engga, kamu tidur aja, masih lama."

aku tertidur, tidak pulas.

ting! ting! ting!

ponsel jaemin terus berbunyi, membuatku tidak nyaman. siapa?

aku mendekatkan kepalaku, masih dengan mata terpejam, aku membuka mataku sedikit, agar bisa melihat apa yang ia bicarakan.

mark
'jaem, gue udah ngecek rumah lo. hasilnya ngga ada, pacar lo bersih. tapi jane belum ditemukan. apa dirumah lo ada ruang rahasia? atau lo punya rumah lain yang bisa ambara jadiin tempat penyekapan?'

blood house Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang