ambara duduk di sofa, memainkan ponsel jane yang sebelumnya sudah ia perbaiki.
ambara membuka room chat jaemin.'jane, saya tunggu kamu di hotel neo.' 17.00
'jane, kamu dimana? saya nunggu kamu.' 17.30
'jane, jangan main-main sama saya.' 18.54
'bitch, datang atau uang bulanan kamu saya potong.' 20.23
'sialan.' 21.35
"jaemin, jaemin. kamu belum sadar juga ternyata." ambara mematikan ponsel milik jane, ia masuk ke dalam lift sembari membawa sepiring sandwich.
ambara membuka selotip yang ada di bibir jane.
jane mendongak, melihat ambara dengan tatapan sendu. "ambara, saya hamil. anak jaemin.""tujuan kamu bilang begitu kamu berharap saya lepasin kamu? tenang aja, saya penyuka bayi. tapi-"
"bukan berarti saya lepasin kamu." lanjutnya, ambara menaruh sandwich yang ia bawa tadi di depan jane.
"makan."
"saya ngga lapar. saya salah apa? saya cuma mau lepas dari sini! ponsel saya mana??"
"berisik ya kamu, saya suapin. say aa." mengambil sepotong sandwich, ambara menyuapi jane dengan lembut.
"berapa bulan?" tanya ambara.
"5 bulan."
"oke, sisanya kamu makan sendiri." ambara kembali menaruh sandwich yang ada ditangannya ke piring. ia pergi.
ambara menunggu jaemin pulang, karena ponsel ia jadi tidak bosan menunggu.
"ambara" jaemin menepuk pundakku.
"jaemin, cape ya?" aku memeluk jaemin, mengusap-usap punggungnya perlahan.
"engga, capenya hilang waktu liat kamu." jaemin tersenyum, mengecup rambutku, lalu menggendongku ke arah dapur.
"masak apa hari ini?"
"soup, favorit kamuu"
"maaf aku pulangnya lebih lama dari perkiraan." jaemin menurunkan ku di meja makan, ia memeluk perutku.
"jaemin, jangan begini, kamu pasti cape-"
belum selesai aku berbicara, jaemin lebih dahulu memotongnya.
"diam begini sebentar ambara."
"ada masalah?" aku mengusap rambutnya.
"engga, kamu mau liburan? ke bali misalnya?" tawar jaemin tiba-tiba, jaemin jarang mengajakku pergi liburan, ia lebih suka di dalam rumah. kecuali saat ada masalah, karna ia lebih memilih melarikan diri.
"drama kamu?"
"dibatalin."
aku terdiam, raut wajah jaemin terlihat sedih. jaemin, kamu harus susah dulu ya baru ke pelukanku?
"oke, mau berangkat kapan?" aku harus bersikap seperti biasa.
"lusa"
KAMU SEDANG MEMBACA
blood house
Fanfictionsshhht, menjadi sempurna itu tidak selalu mengasyikkan! ngga percaya? yuk baca cerita ini. jaemin, ambara, mark, dan jane. mereka seperti memiliki banyak kepribadian, atau mungkin kelainan? mereka cukup gila- oh tidak, kata gila mungkin tidak dapat...