Teh Siska

6.9K 527 0
                                    


Saat mengobrol, tiba-tiba kami mendengar suara pintu gerbang terbuka. Kami berpikir bahwa itu adalah Bi Asih. Namun, tak lama pintu depan juga ikut diketuk. 

 "Bi... Bi Asih... Bukain pintu dong," terdengar suara perempuan memanggil Bi Asih.

Aku dan Mira yang mendengar suara perempuan itu sedikit kebingungan. 

"Jangan-jangan itu salah satu penghuni kos lainnya yang sudah selesai liburan dari kampung halamannya, Mir."

"Mati aku. Aku lupa ngambil kunci pintunya, Ti, Pasti dia enggak bisa buka kunci dari luar," kataku.

Aku dan Mira bergegas menuju ke lantai bawah untuk membukakan pintu. Saat pintu terbuka, aku dan Mira cukup kaget melihat wajah perempuan tadi. Wajahnya mirip dengan perempuan yang tadi sempat bertemu dengan kami berdua di dalam rumah. 

"Halo... Kalian siapa? Mana Bi Asih?"

"S-s-s-saya Mira teh. Ini Santi. Kami penghuni baru kosan ini," kataku yang masih dalam keadaan sedikit syok.

"Hai, aku Siska. Salam kenal yah. Oh, iya, nanti kalau kunci pintu depan, kuncinya dicabut iya. Soalnya aku selalu pulang malem," kata dia sambil berjalan melewati kami untuk menuju ke kamarnya.

"Mir, kamar dia di lantai bawah. Yang di lantai atas tadi siapa?" tanya Santi kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepala. "Teh... Teh Siskaaa, tungguuuu," kataku berlari menuju ke kamarnya.

"Loh... Loh... Kalian kenapa? Kok seperti dikejar setan aja," kata Teh Siska. 

 "A-a-anu teh. Teteh bisa temani kita di lantai atas enggak?" ucap Santi. 

"Boleh... Sebentar ya, aku ganti baju dulu sama cuci muka," katanya.

Kami pun menunggu Teh Siska tepat di depan pintu kamarnya. Kami yang setengah ketakutan saling berpegangan tangan. Dan pandangan kami hanya mengarah pada satu titik, yaitu kamar Teh Siska. 

 "Okei, aku dah beres. Yuk!" ajak Teh Santi. 

"Oh, iya, kalau boleh tahu, kalian asalnya dari mana?" tanya Teh Siska kepada kami sambil berjalan mengarah ke anak tangga. 

 "Kami dari Bogor teh. Kalau Teteh sendiri?" 

 "Oh, aku mah dari Cililin. Tahu?"

Kami yang tak tahu daerah itu hanya menggelengkan kepala. Obrolan kami terhenti saat Santi membuka pintu kamarnya. 

 "Silahkan masuk teh," Santi menawari. 

 "Oh, kamu di sini. Ini bekas kamar sahabatku dulu. Novi," kata Teh Siska.

"Memangnya, Teh Novi kemana? Kok kamarnya di kosongin?" tanyaku. 

 "Panjang ceritanya. Nanti kapan-kapan aku ceritain deh," ucapnya.

Kami pun akhirnya larut dalam obrolan hingga lupa waktu. Kami pun tadinya berusaha menceritakan kejadian ganjil yang kami alami. Namun, kami kurang yakin. Khawatirnya, justru Teh Siska malah yang ketakutan. Akhirnya kejadian itu kami simpan berdua.

Jam menunjukkan pukul satu malam. Teh Siska yang kebetulan sudah mengantuk, pamit untuk kembali ke kamar. Ia harus bangun pagi untuk kembali bekerja. Teh Siska sendiri bekerja di salah satu hotel yang ada di daerah Setiabudi.

"Aku balik ke kamar dulu ya. Udah ngantuk nih. Besok ngobrol-ngobrol lagi ya. Semoga kalian betah," ucapnya. 

 "Iya teh, makasih udah mau nemenin," kataku.

Sekembalinya Teh Siska ke kamarnya, aku pun juga ikut kembali ke kamar. Aku mencoba menepis kejadian ganjil yang menimpa kami berdua dan akhirnya tidur pulas. Aku sendiri tak mau mengingat-ingat kejadian itu lagi. 


Penghuni Kamar Nomor 7 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang