TUJUH BELAS

153 14 0
                                    

Attar meringis. "Tepat di situ. Kakiku pegal sekali, padahal aku sudah lama tidak fitness," kilahnya mengalihkan pertanyaan istrinya. Lagipula ia tahu, Ruby hanya basa-basi, mengingat ia tak mengerti apapun tentang bola.

"Ingin kupanggilkan tukang urut? Mami punya langganan tukang urut yang bisa dibawa ke rumah."

"Tidak, tidak usah." Attar bangkit dari posisi tidurnya dan membawa piring serta cangkirnya ke meja bar, diikuti Ruby. "Paling karena sudah lama tidak kugerakan. Hari ini kamu ada acara?"

"Aku ingin mengunjungi Luna di rumah Mbak Shera. Katanya, dia sudah bisa baca. Mbak Shera juga ingin aku mengajarinya menghitung. Ah, aku jadi tak sabar bertemu dengan ponakanku yang satu itu," ujar Ruby penuh semangat.

"Keponakan kita," ralat Attar lembut. Ia menyantap sarapan paginya dengan lahap. "Tidak asin, tidak hambar," Ia memuji istrinya, itu juga rutinitas sehari-hari. Tidak peduli makanannya tak ada rasanya sekalipun, ia akan tetap menghujani istrinya dengan pujian-pujian sampai istrinya merasa bosan. "Kamu akan sarapan di sana?"

"Aku sudah makan sebelum kamu bangun."

Alis Attar terangkat satu. "Kamu makan duluan sebelum aku?" tanyanya tak percaya. Terang ia tahu istrinya berdusta. "Seingatku tadi malam kamu juga tidak makan. Kenapa, Ruby? Kamu tidak ingin tubuhmu gemuk?"

"Entahlah, aku tidak ada keinginan untuk sarapan akhir-akhir ini. Tapi setiap siang dan sore cemilanku banyak sekali. Aneh."

"Apakah kamu sudah periksa tentang..."

"Belum, aku tidak ada keberanian untuk ke rumah sakit sendiri. Aku tahu tes alat kehamilan memang sudah bagus sekarang, tapi aku ingin hasil yang lebih akurat."

"Kalau begitu sepulangnya dari rumah Shera aku akan mengantarmu ke RS."

"Jangan RS tempat Nina praktik, ya? Please?"

"Loh, kenapa?"

"Sepupumu itu cerdas, Attar," jawab Ruby. "Kalau dia melihatku di bagian kandungan, dia pasti akan menyelidiki berapa lama aku sudah mengandung. Kalau dia..."

"Dokter di rumah sakit tempat Nina bekerja itu profesional, Ruby." Attar menegaskan. "Mereka tidak akan membocorkannya, sekalipun Nina yang bertanya, dan sekalipun juga yang punya rumah sakit itu suami Nina... Oke, kamu benar. Kita ke rumah sakit lain saja."

Tangan Ruby menggenggam tangan suaminya. "Terima kasih, ya," katanya tulus. Ia tahu sebelum menikahpun suaminya ini akan menjadi suami yang pengertian, kecuali di saat-saat suaminya ini cemburu. 

Married to the Bad Guy (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang