Jimin tak bisa menyembunyikan senyumnya, begitu bahagia akan bagaimana nanti ia akan bertemu dengan Lisa.
Hah, gadis itu tak masuk sekolah selama hampir seminggu ini. Tapi Jimin merasakan rindu yang begitu besar bagi si gadis. Menurut salah satu teman di kelasnya, Lisa sedang sakit hingga dia tak masuk untuk sekolah. Dan sekarang, Jimin berniat untuk menjenguknya setelah meminta alamat dimana Lisa tinggal pada teman kelasnya itu pula.
Langkahnya terhenti, bersamaan dengan pandangannya menatap pada salah satu rumah yang ia pikir jika itu adalah rumah Lisa--sekali lagi melirik ke arah secarik kertas yang masih digenggamnya itu.
"Kurasa, ini benar rumahnya." Monolognya.
Merasa yakin, Jimin pun mulai melangkahkan kakinya kembali. Menekan bel yang ada sembari menunggu untuk dibukakan pintu.
Dan pintu itu terbuka setelahnya, menampakkan Lisa yang tentu saja terkejut dengan kehadiran Jimin yang berada di depan rumahnya. Berbeda dengan Jimin yang menampakkan senyumnya, mengangkat kantung plastik yang ia bawa bersamanya sedari tadi. Memberikannya pada Lisa dan diterima si gadis setelahnya.
"Jimin Sunbae? Bagaimana bisa kau ada di sini?"
Jimin tampak meringis ketika mendengar pertanyaan itu. "Tidakkah sebaiknya kau membiarkan tamumu untuk masuk lebih dulu?"
Lisa sempat terdiam saat itu, melirik ke arah dalam rumahnya sebelum kembali menatap pada Jimin dan menutup pintu di belakangnya--tak sepenuhnya menutup dan hanya menyisakan sedikit jarak.
"M-Maaf jika aku bersikap tak sopan, Sunbae. Kurasa, kita bicara di sini saja."
"Kenapa begitu? Apa rumahnya tengah berantakan saat ini?" Canda Jimin, bahkan berusaha untuk melihat ke dalam rumah Lisa. Namun dengan cepat pula Lisa berusaha untuk menghalangi, memaksakan senyumnya pada Jimin.
"Hey, ada apa? Kau baik-baik saja?"
Lisa dengan cepat mengangguk. "Tapi, Sunbae bagaimana bisa tahu dimana rumahku?"
"Ah, kau benar. Itu karena aku begitu khawatir denganmu. Kau juga tak menjawab panggilan ataupun membalas pesanku. Jadi saat di sekolah tadi, aku bertanya pada salah satu teman di kelasmu dan dia mengatakan jika kau tengah sakit saat ini. Aku juga meminta dia untuk memberikan alamat rumahmu, dan di sinilah aku sekarang."
Lisa tersenyum kembali--kali ini ia benar-benar tulus dalam senyumnya--merasa tersentuh dengan apa yang Jimin lakukan. "Terima kasih, Sunbae."
Jimin mendekat, menyentuh wajah Lisa dengan satu tangannya. Dan hal itu tentu saja membuat Lisa sedikit terkejut, namun tak menolak dan menatap pada si pria.
"Kau masih hangat. Apa kau sudah meminum obatmu?"
Lisa mengangguk menjawabnya.
"Gadis pintar." Ucap Jimin, sembari satu tangannya yang menyentuh wajah Lisa sebelumnya kini berpindah mengelus kepalanya.
Lalu pandangan keduanya beralih, ketika pintu yang berada di belakang Lisa terbuka dan membuat keduanya cukup terkesiap--terutama dengan Lisa yang tak sadar memundurkan langkahnya ke arah Jimin.
Seorang wanita paruh baya, dengan sebatang rokok di tangannya dan kini bersandar pada pintu.
Jimin memang belum mengetahui siapa sosok wanita itu, namun ia tetap berusaha untuk bersikap sopan. Membungkuk hormat dan memasang senyumnya. "Annyeonghaseyo..."
"Teman Lisa?"
Jimin hanya mengangguk menjawabnya. Dan wanita itu mengangguk. Sembari berjalan mendekat, dengan menghisap rokoknya dan menatap pada keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
we got married ❌ jimlice
Fanfiction[18+] ✔ Jung Jimin, 25 tahun. Seorang idol ternama yang digilai banyak kaum hawa. Berbakat tentunya sudah pasti, bahkan tur konser dunia telah ia rampungkan tak lama setelah dia melakukan debutnya sebagai penyanyi idol. Di sisi lain, seorang Min Lal...