Jihye menghentikan langkahnya saat itu, melihat presensi yang tengah duduk pada bangku taman dengan asap rokok yang ia hembuskan. Dan Jihye merasa jantungnya semakin berdebar dengan cepat ketika tatapan sosok itu kini terhenti padanya. Senyuman yang tampak di wajah cantiknya buktinya sama sekali tak membuat Jihye tenang.
"Kau tahu sudah berapa lama aku menunggumu?"
Jihye tak sadar memundurkan langkahnya ketika sosok itu beranjak dari duduknya dan kini mendekat padanya. Namun dirinya tetap saja bisa ditangkap olehnya, dengan kedua tangan wanita itu kini menangkup wajahnya.
"Aku sangat bosan sekali karena kau tak kunjung datang. Jadi, bagaimana? Apa kau membawa berita yang baik untuk mengganti rasa bosanku sebelumnya?"
Rasa takut itu semakin membuat Jihye bahkan sulit untuk menelan ludahnya sendiri. Masih tak menjawab apapun dan terus merunduk untuk menghindari pandang dengan sosok di hadapannya.
"Tidak ada, ya?" Kedua tangan itu tak lagi menyentuh wajah Jihye. Wajahnya bahkan tampak cemberut saat ini, sudah seperti seorang gadis kecil yang tak diberikan mainan oleh Ayahnya.
"Baiklah. Kurasa, aku akan datang lain kali. Ingat, ya. Aku ingin hadiahku yang lebih besar."
Wanita itu berbalik, sudah beranjak akan pergi dan terhenti akan ucapan Jihye.
"Kau tak akan bisa memisahkan mereka."
Tubuhnya berbalik, menampakkan senyumnya pada Jihye. "Apa yang kau katakan?"
Jihye mencoba untuk tetap meyakinkan dirinya sendiri--bahkan kedua tangannya sudah mengepal dengan kuat. Walau bagaimana pun, sosok di hadapannya ini masih begitu berbahaya dan membuatnya ketakutan.
"Aku ingin berhenti. Aku tak mau lagi untuk mengikuti seluruh keinginanmu."
Langkahnya kembali mendekat pada Jihye. Dan Jihye pun masih berusaha untuk tetap pada posisinya agar tak terlihat ketakutan.
"Kau ingin berhenti? Apa kau pikir kau akan mudah berhenti begitu saja? Kau harus ingat jika kau dikenal sebagai penggemar fanatik Jung Jimin yang berbahaya."
"Dan itu semua karena dirimu, Na Chaeri!" Ucap Jihye, kali ini suaranya meninggi dan menghilangkan semua ketakutannya.
Jihye memang penggemar dari Jimin. Namun dirinya hanya penggemar biasa, sama dengan penggemar Jimin lainnya yang mengagumi pria itu.
Namun keuangan yang sulit akhirnya membuat Jihye mengambil kesempatan yang Chaeri berikan padanya dan mengikuti seluruh perintahnya.
"Aku hanya penggemar biasa dan kau yang membuatku menjadi penggemar fanatik. Ya, aku tahu dan menyadari apa yang sudah aku lakukan. Menerima semua keuntungan darimu dan menikmati semuanya setelah merasa keuanganku begitu cukup. Kau bahkan juga memberi jaminan padaku ketika aku berada di penjara. Tapi sekarang, aku ingin berhenti. Aku tak ingin mengganggu kehidupan Jimin Oppa lagi sebagai penggemar fanatik."
Ucapan panjang itu membuat Chaeri tertawa pelan, menghisap kembali rokoknya. "Yah, aku tak tahu jika kau bisa memberontak seperti ini. Menyenangkan sekali melihatnya."
"Jika kau memang mencintai Jung Jimin, maka lebih baik jika kau mengubur seluruh perasaanmu itu. Seluruh cara yang kau lakukan tak akan bisa membuat Jung Jimin membalas perasaanmu. Dia sangat mencintai wanita bersama Lalisa itu, bahkan tak masalah jika harus melukai dirinya agar tak ada seseorang yang menganggu Lalisa."
Jihye merasa dirinya tak lagi memiliki urusan dengan Chaeri, sehingga akhirnya berjalan melewatinya untuk pergi.
Namun beberapa langkah ia berjalan, langkahnya terhenti oleh seorang pria di hadapannya. Tatapan yang dingin itu membuat Jihye kembali dirasa ketakutannya, memilih untuk berbalik dan pergi. Namun langkahnya kembali terhenti oleh seseorang lain yang menghalangi jalannya. Dan di detik selanjutnya, semua menjadi gelap baginya--ketika seseorang menutup kedua mata serta membekap kedua mulutnya agar teriakannya nanti tak akan terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
we got married ❌ jimlice
Fanfic[18+] ✔ Jung Jimin, 25 tahun. Seorang idol ternama yang digilai banyak kaum hawa. Berbakat tentunya sudah pasti, bahkan tur konser dunia telah ia rampungkan tak lama setelah dia melakukan debutnya sebagai penyanyi idol. Di sisi lain, seorang Min Lal...