Chapter 19

169 30 8
                                    

Jimin dengan cepat beranjak dari duduknya, melihat pergerakan Chaeri yang akhirnya sadar dan mendekat padanya.

"Hey, kau bisa mendengarku?"

Chaeri masih berusaha untuk mencerna semuanya, melirik ke seluruh ruangan dimana dirinya berada sebelum pandangannya bertemu dengan Jimin.

"Jimin!"

Chaeri menarik Jimin mendekat, memeluk pria itu setelahnya. Sementara Jimin hanya membalas pelukan itu, berusaha untuk menenangkan Chaeri yang mungkin masih berada dalam ketakutannya.

"Aku sungguh takut. Aku sudah berpikir jika aku tak akan bisa bertemu denganmu kembali." Ucap Chaeri, kini menangis dalam pelukan mereka dan semakin erat memeluk Jimin.

"Tak apa, semuanya sudah baik-baik saja." Ucap Jimin, tetap mengelus punggung Chaeri agar tetap tenang.

Chaeri melepaskan lebih dulu pelukan mereka, dan Jimin menghapus airmatanya. "Semuanya sudah baik-baik saja sekarang. Kau tak perlu takut lagi. Maafkan aku karena meninggalkan kau dan Lisa saat itu."

"Ah, benar. Maafkan aku, Jimin. Aku seharusnya menjaga Lisa. Dia..." Chaeri tak bisa melanjutkan ucapannya saat itu. "Maafkan aku, Jimin."

"Sudahlah, Chaeri. Kau tak bersalah apapun."

"Tidak, Jimin. Aku seharusnya menjaga Lisa. Tapi dia terlalu baik dan terus saja mengorbankan dirinya. Dia bahkan membiarkanku untuk kabur lebih dulu agar aku bisa memanggil bantuan. Orang yang menculik kami begitu kejam dan sama sekali tak memiliki hati. Aku sungguh berhutang nyawa pada Lisa, Jimin. Dan aku hanya berharap jika dia akan tenang di sana."

Jimin hanya menarik senyumnya, memilih untuk duduk pada sisi ranjang yang Chaeri tempat dan menatap padanya.

"Lisa adalah wanita yang kuat, Chaeri."

"Aku tahu. Aku hanya berharap Tuhan mendengar doaku untuk bisa membuat Lisa bisa masuk ke surganya."

"Hey, apa yang kau katakan tadi, huh?"

Chaeri menatap bingung pada Jimin. "A-Apa ada yang salah dari ucapanku?"

"Kau seolah mengatakan jika Lisa tak selamat."

"B-Bukankah memang begitu?"

"Tidak, Chaeri. Dia selamat, hanya saja memang kondisinya sungguh buruk saat aku dan para polisi menemukanmu."

Chaeri terdiam saat itu. Satu tangannya yang tersembunyi di balik selimutnya tak sadar mengepal, namun wajahnya saat ini berusaha untuk memaksa sebuah senyumannya.

"Astaga, syukurlah kalau begitu. M-Maafkan aku karena sudah berpikir yang buruk. Hanya saja, orang yang menculik kami sungguh beringas dan berusaha untuk membuat kami menderita."

"Kau lebih baik beristirahat saja, lebih dulu. Aku akan panggilkan dokter untuk memeriksa keadaanmu."

Jimin sudah beranjak dari duduknya, namun Chaeri dengan cepat menahannya dan membuat pria itu kini kembali menatapnya.

"L-Lisa baik-baik saja, kan?"

"Kau jangan khawatir. Dokter berkata jika keadaannya lebih baik seiring berjalannya waktu."

"Apa aku boleh untuk menjenguknya?"

"Nanti saja. Lagipula, kamarnya berada di sebelah kamarmu. Sudahlah, kau istirahat saja lebih dulu."

Chaeri tak mempunyai pilihan lain dan hanya mengangguk sembari mulai berbaring, dengan Jimin yang membantunya untuk menarik selimutnya.

Dan pintu yang tertutup membuat Chaeri dengan cepat beranjak, bahkan melepaskan begitu saja infus yang menempel pada punggung tangannya sebelum akhirnya benar-benar turun dari atas ranjangnya.

Chaeri berusaha untuk mrlihat keadaan di sekitar koridor, sebelum dengan perlahan menggeser pintu kamarnya dan kembali menutupnya dengan perlahan.

Ucapan Jimin memang benar jika kamarnya bersebelahan dengan kamar Lisa--terlihat dari namanya yang tertempel pada pintunya. Menggeser pintunya dengan perlahan mulai dan melihat pergerakan Lisa yang akhirnya kini sudah sadar.

"Ah, aku datang di waktu yang tepat sepertinya."

Lisa di awal memang masih mencoba untuk mencerna dimana dirinya saat ini. Tubuhnya memang masih merasa lemas tadi, namun melihat presensi Chaeri dan dimana mereka saat ini membuat Lisa berusaha untuk beranjak dari berbaringnya.

"Aku sudah tahu jika tak ada siapapun yang bisa aku percayai di dunia ini selain daripada Jimin. Seharusnya aku langsung membunuhmu saat itu sehingga aku tak perlu lagi melakukannya sekarang."

Chaeri dengan cepat mendekat pada Lisa, melihat pergerakan Lisa yang berusaha menekan bel darurat seolah untuk meminta pertolongan. Mendorong tubuhnya sehingga terjatuh begitu saja di atas lantai. Chaeri seolah tak masalah dengan keributan yang sudah ia buat sebelumnya karena mendorong tubuh Lisa dan membuat beberapa peralatan medis lain juga ikut terjatuh bersamanya. Dirinya sudah terlalu muak, dan ingin mengakhiri ini semua dengan cepat.

Sementara Lisa masih berusaha untuk mengumpulkan seluruh tenaganya dan beranjak pergi. Namun kembali, Chaeri dengan cepat pula bisa menahannya. Kali ini berada di atas tubuhnya dan berusaha untuk mencekiknya.

"Apa kau sama sekali tak rindu dengan ibumu, huh? Biar aku membantumu untuk menyusul dan bertemu dengan ibumu."

Lisa masih berusaha untuk melepaskan diri, walaupun tubuhnya begitu lemas dan oksigen yang masuk ke dalam tubuhnya perlahan mulai menipis karena cekikan Chaeri yang semakin kuat terhadapnya.

"Na Chaeri!"

Chaeri dengan cepat menjauhkan diri, menarik Lisa yang masih terbatuk setelah Chaeri melepaskan cekikannya.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Jangan mendekat. Aku bisa membuatmu menjadi orang pertama yang melihat kematiannya."

Pisau bedah yang terjatuh sebelumnya dengan cepat Chaeri ambil, mengarahkannya pada leher Lisa setelahnya. Beranjak untuk berdiri dan memaksa Lisa juga untuk berdiri.

"Kau sudah berakhir, Sunbae. Lebih baik jika kau menyerah saja untuk sekarang." Ucap Lisa, seolah tak takut dengan todongan pisau bedah Chaeri di lehernya.

"Kau diam!"

"Chaeri, lepaskan Lisa sekarang juga."

"Jimin, apa kau sama sekali tak bisa melihat diriku? Aku yang selalu berada di sampingmu selama ini. Kita bisa bersama seperti dahulu dan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Tapi kau berubah setelah Lisa datang ke kehidupan kita dan memilihnya. Aku bahkan tak tahu mengapa kau dengan mudahnya mengabaikanku."

"Chaeri, kau tetap sahabat terbaikku."

"Aku bukan sahabatmu!" Suara Chaeri semakin meninggi, tak menghentikan pula air matanya ketika tatapannya bertemu dengan Jimin saat itu.

"Aku melakukan semua cara agar kau bisa membalas perasaanku. Apa hal itu sama sekali tak bisa membuat perasaanmu tergerak untuk mencintaiku?"

"Kau tak bisa memaksakan apapun dariku, Chaeri. Jika kau tak melepaskan Lisa sekarang juga, aku juga tak akan segan untuk mendekat dan membiarkan pisau itu melukaiku lebih dulu sebelum dirimu melukai Lisa."

Chaeri masih belum tetap pada pendiriannya saat itu, sebelum Lisa bisa merasakan bagaimana genggaman Chaeri padanya semakin melemah dan membuatnya dengan cepat berlari ke arah Jimin.

"Baiklah. Jika aku tak bisa memiliki perasaanmu, setidaknya aku akan selalu berada dalam ingatanmu hingga kau mati nanti. Jadi, ingatlah ini seumur hidupmu, Jung Jimin."

Dan kejadian itu terjadi sangat cepat, ketika pisau bedah yang Chaeri pegang ia goreskan pada lehernya sendiri. Membuat Jimin dengan cepat memeluk Lisa agar tak melihat kejadian tersebut. Sementara tatapannya bertemu pada Chaeri yang meregang nyawa di sana, sebelum akhirnya terjatuh dengan darah yang terus mengucur dan mengelilingi tubuhnya.




--To Be Continued--

we got married ❌ jimliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang