"t-tapi kan Se-sesen...."
"A-abaaang, hiks...hiks...""Hiks...hiks...a-aabangg"
CKLEK
Pintu kamar berwarna biru muda itu terbuka menampakkan seorang remaja dengan wajah khawatir langsung menghampiri suara tangisan itu.
Kedua tangannya mengangkat tubuh kecil itu kedalam pelukan. Mengusap surai si kecil halus. Membisikkan kata² penenang.
"Hey, Sesen... Abang disini"
Kalimat itu berhasil membuat netra sang adek terbuka. Terlihat dari matanya yg sembab, Sesen bermimpi buruk. Lagi.
Bukan sekedar mimpi, mungkin sepenggalan kejadian yg dialami si kecil dulu. Masa lalu.
"Sen, gapapa ?" Jeran menatap adeknya was was.
"Hehehe, gapapa bang. Sesen kan cuman mimpi." Sesen mengeluarkan senyum cerahnya di pagi hari. Membuat Jeran yg menatapnya jadi tak tega.
Jeran hanya bisa mengangguk dan tersenyum kecil. Walau sebenarnya, hatinya berkata lain.
"Aku sekolah ga ?" tanya si kecil.
"Mau ?" Jeran bertanya balik.
"Mau dong, biar pinter kaya bang Jerka terus ketemu Juju sama jiji." jawab Sesen antusias.
"Dih, kenapa ga kaya Abang aja ?" Jeran tak terima karena sesen tidak menyebut namanya.
"Lah ? Emang Abang pinter ?"
'Ni bocil kalo dijual di pasar loak laku berapa ya ?' batin Jeran sambil tersenyum kecut ke arah bocil lucknut ituu.
"Engga sen, Jerka doang emang yg paling pinter. Sana jadi adeknya Jerka aja sana." Jeran langsung menurunkan Sesen dari gendongannya.
Sesen yg diturunkan oleh abangnya sadar bahwa sang Abang cemburu.
"Hehehe, engga deh. Abang pinter kok," goda Sesen sambil memeluk kaki abangnya mencegah agar sang Abang tidak pergi dari kamarnya.
Jeran melihat ke bawah. Ada sesen yg memeluk kedua kakinya. Sesen mendongak menatap Jeran dengan senyuman lebar.
"Hm," jeran mengangkat sesen dan membawanya seperti memegang map yg diapit di badan dan lengannya menuju kamar mandi.
•••••
"BANG SESEN !!""WOI BANG SESEN !"
Sesen yg merasa namanya dipanggil langsung menuju pintu dengan handuk yg masih membungkus badannya dengan berlari kecil.
Jeran yg melihat sesen berlari ke arah pintu menggelengkan kepalanya pelan dan mengikuti sang adek dari belakang.
"Sesen, awas nanti jatoh" Jeran memperingati sesen yg berlari dan kemudian berhenti mendadak di depan pintu.
Sesen menatap Jeran berbinar.
"Apa ?" jawab Jeran singkat. Sesen masih betah menatapnya dan melihat ke pintu berulang ulang."BANG SESEN, KELUAR ATAO JUJU BAKAR RUMAH KAO !" Juju berteriak dengan kencang.
Jeran yg mendengar itu langsung terkekeh dan membuka kunci pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA || EN-
De TodoSekedar pertemanan dengan masalah masing-masing. Bukan tak peduli, hanya tak ingin menambah beban satu sama lain Luka lampau. Kehadiran semu. Kebebasan. Pengamat tak berdaya. ✧✧✧ ❝ Masalah gue, lo...