"Abang," Jeran berdehem."Kalo ditanya ibu sama ayah sesen kemana, sesen harus jawab apa?"
Pertanyaan tak terduga yg keluar dari mulut adiknya membuat Jeran sedikit terkejut dan langsung menghentikan kegiatannya.
"Kenapa tanya kaya gitu hm?" tanya Jeran balik dengan menjaga nada suaranya tetap tenang.
"Gapapa hehe. Temen temen sesen semuanya sering jalan jalan sama ibu ayahnya, sesen juga mau. T-tapi," perkataan sesen terputus dan raut mukanya terlihat sedikit gelisah. "sesen takut."
Jeran langsung memeluk tubuh adik kecilnya itu. Ia bingung harus mengatakan apa.
Wajar jika anak seusia sesen berpikiran seperti itu, namun Jeran tak sanggup jika ia dan adiknya harus hidup bersama orang yg mereka panggil orang tua itu.
Mengingat masa lalu pahit yg dirasakan keduanya kala hidup bersama mereka, membuat Jeran tak kuasa menahan air matanya.
"E-eh?? Abang jangan nangis. Iyaa iyaa sesen ga nanya kaya gitu lagii." ucap sesen yg masih berada di pelukan abangnya.
•••••
"Bang Jelka!" panggil Jiji yg berada di punggung Jerka.
Setelah Serka pulang ke rumah dengan para bocil, Jerka berinisiatif mengantarkan Jiji pulang ke rumahnya.
"Iya," jawab Jerka singkat.
"Tau gak Sesen sama Juju kaya lagi malahan sama bang Selka." ujar Jiji.
"Hm? Kok bisa marahan? Kenapa?" tanya Jerka penasaran dengan perkataan Jiji.
"Gatau, tapi tadi bang Selka tuh nanya kaya gini," jawab Jiji. "mama sama papa kalian kemana, gituu."
"Ya, Jiji jawab. Mama Jiji lagi di lumah, Papa Jiji lagi kelja. Tapi Sesen sama Juju cuma diemm teluss." sambung Jiji.
"Serka bego, ngapain nanya kaya gitu." batin Jerka merutuki kembarannya itu.
"Tapi bang, Jiji juga bingung. Mama papa Sesen sama Juju kok ga pelnah keliatan ya?" tanya Jiji dengan nada penasaran.
Jerka terdiam.
Ia tak tau harus menjawab bagaimana. Jujur, ia sendiri juga tak tau mengapa orang tua Jeran dan Hesdar tidak pernah terlihat. Namun, Jerka tak sampai hati untuk bertanya soal hal sensitif seperti itu. Ia juga tidak mempermasalahkan hal itu.
•••••
Melihat Juju yg terdiam sejak pulang bermain dengan Serka membuat Hesdar sedikit heran.Tumben bgt ni bocah diem, biasanya juga ngereog. batin Hesdar.
"Kenapa Ju?" tanya Hesdar sambil menghampiri adiknya itu.
"Gapapa bang, keinget bunda aja." jawaban yg keluar dari mulut Juju membuat Hesdar mengusap pelan pucuk kepala adiknya.
"Kita kan udah ke tempat bunda kemaren, Juju mau kesana lagi?"
Yang ditanya hanya menggeleng pelan. Terdiam sesaat dan bergelut dengan pikirannya sendiri.
"Juju tadi kemana aja sama Serka?" tanya Hesdar berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Emm, Juju tadi ke pleygroll terus ke taimzon abis itu makan es krim. Nyam Nyam." Juju menceritakannya dengan wajah gembira. Hesdar tersenyum.•••••
"Lu ngomong apaan sama bocah-bocah?" tanya Jerka santai pada kembarannya itu. Serka menatap Jerka tajam
"Ga ada."
"Gausah tanya begituan. Kaya lu seneng aja kalo ditanya begitu." Serka terdiam penuh rasa bersalah.
Serka terdiam memikirkan mengapa kembarannya itu tau 'pertanyaan' yg disinggung Serka kepada para bocil itu.
Jiji cerita ya? batin Serka.
"Iya." Serka sontak menoleh cepat ke arah kembarannya itu.
"Monyet lu bisa baca pikiran gue!"
Jerka menoyor pelan kepala Serka dan beranjak menuju kamarnya. "Gampang ketebak lu."
Haah bego bgt lu Serka. Tanya begituan sama bocil. Yah tapi kan gue bingung aja sebenernya. Ga pernah tuh sekalipun gue liat mak bapaknya Jeran ma Hesdar. Tapi iyasih, selama ini juga kita ga pernah tuh bahas masalah keluarga. Ngapain juga ya kan? Ntar adu nasib ga sih akwoakwokw. batin Serka sambil tertawa kecil.
"Dah ah, besok ntar gue minta maaf sama tu bocah-bocah. Ga enak juga gue. Disogok es krim mau kali ya." Serka bicara sendiri.
TTING
Sebuah notifikasi muncul di layar hp Serka. Ada pesan dari seseorang. Serka melihat hpnya dan berdecih.
Dad.
Serka tak memiliki niat untuk membalas pesan tersebut jadi ia hanya membaca pesan itu dari notifkasi saja.
"APAAN SIH ANJING!"
Jerka yg mendengar kembarannya itu berteriak langsung berlari menghampirinya. Ia bahkan hampir terjatuh di tangga.
"NGAPAIN TERIAK SIH MONYET!" teriak Jerka.
"LIAT KELAKUAN DADDY LO NIH ANJING!" balas Serka berteriak. Ia menyodorkan hpnya kepada Jerka agar kembarannya itu membaca pesan dari daddy mereka.
"LAH KOCAK!" Jerka pun kaget ditambah heran dengan pesan itu.
"Tcih, bapak lo nih anjing."
"Bapak lo juga setan."
••••
tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA || EN-
RandomSekedar pertemanan dengan masalah masing-masing. Bukan tak peduli, hanya tak ingin menambah beban satu sama lain Luka lampau. Kehadiran semu. Kebebasan. Pengamat tak berdaya. ✧✧✧ ❝ Masalah gue, lo...