[Hari-H Script Reading]
Winna memijit dahinya dan menghembuskan napasnya berat. Hari ini dirinya harus mengikuti pembacaan naskah untuk film-nya dan saat ini pula Winna justru merasakan kepalanya yang memberat. Winna menatap obat pereda nyeri yang baru saja diminumnya dan menggerutu ketika tak ada efek yang diberikan oleh obat itu. Perempuan itu meletakkan kepalanya di meja, berharap dengan melakukan itu kepalanya akan terasa lebih ringan.
Matanya bersirobok dengan ponselnya yang menyala, berbunyi, dan menampilkan notifikasi pesan. Pesan yang Winna atur kustom suara notifikasinya agar dirinya langsung tahu siapa pengirim dari pesan yang diterimanya.
Pesan itu berasal dari grup yang dibuat oleh produser filmnya dan dalam satu grup itu terdapat nama-nama penting yang terlibat dalam proses pembuatan film yang disadur dari novel Winna itu. Dan ketika ada pesan baru yang muncul di grup itu, mata Winna terbuka lebih lebar.
Iya, benar sekali. Pesan dari Anggara.
Ada Anggara di dalam grup itu karena laki-laki itulah yang bertanggung jawab atas musik yang akan digunakan dalam film ini.
Karena itulah, Winna membuka blokir pada nomor Anggara yang sebenarnya sudah berlangsung selama dua minggu. Perempuan itu tidak main-main dengan kalimatnya ketika terakhir kali bertukar pesan dengan Anggara bahwa dirinya akan memblokir nomor laki-laki itu, meskipun sebenarnya pesan terakhir Anggara tidak sepenuhnya salah.
Memang benar kalau Winna penasaran dan ingin tahu lebih jauh soal Anggara untuk membuktikan apakah laki-laki itu benar-benar mirip dengan ayahnya.
Tapi, Anggara salah kalau berasumsi Winna tak akan memblokir nomornya. Yah, walaupun blokir itu akhirnya dibuka juga oleh Winna.
Setelah bertukar pesan dengan Anggara di malam itu, malam ketika mereka berdua membawa Jayden yang mabuk pulang ke apartemennya, Winna segera mendatangi Jayden keesokan paginya. Dirinya ingin menengok kondisi Jayden dan menanyakan sesuatu terkait pesan Anggara yang mengusik ketenangannya.
He told me.
Apakah Jayden bercerita kepada Anggara soal dirinya?
Soal dirinya yang mempunyai trauma?
Soal dirinya yang mempunyai masa lalu yang hina?
Namun, Winna tak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Jayden karena laki-laki itu terlalu mabuk untuk mengingat percakapan yang dilakukannya dengan Anggara semalam.
Winna menghela napas, kepalanya masih terasa pusing.
Sejak Winna membuka blokir pada nomor Anggara, laki-laki itu belum pernah mengiriminya pesan sama sekali. Winna bersyukur dan juga khawatir atas hal itu. Dirinya takut kalau Jayden benar-benar bercerita banyak soal dirinya pada Anggara yang membuat laki-laki itu menjadi iba dan prihatin kepadanya, hal terakhir yang Winna ingin Anggara lakukan kepadanya.
Selain itu, Winna juga takut.
Jika Anggara berubah, maka tak ada lagi orang yang bisa ia gunakan sebagai pelampiasan atas rasa amarahnya pada ayahnya.
Winna menghembuskan napasnya. "What a jerk i am."
Karena sakit kepalanya tak kunjung reda, Winna memutuskan untuk bangkit dan melanjutkan aktivitasnya. Setengah jam lagi manajernya akan tiba dan dia punya kegiatan penting yang harus ia ikuti.
"Mbak, gak papa, kan? Wajahnya pucat gitu." Sambut manajer Winna begitu perempuan itu menduduki kursi penumpang. Mendengar komentar manajernya, Winna kembali mengecek penampilannya di cermin dan mengakui kalau wajahnya terlihat sedikit lebih pucat dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond Boundaries
Fanfiction[Inspired by the drama: Oh My Venus] "Beyond Boundaries-Melewati Batas" Winna Soraya menjalani hidupnya selama hampir tiga puluh tahun terkungkung di dalam batas yang dibuatnya sendiri. Batas yang muncul karena bentuk pertahanan dirinya akibat peri...