chapter seven

82 23 4
                                    

[H+2 Bulan Script Reading]

"Film lo kapan tayangnya, Win? Dua bulan lagi, ya?" tanya Selene ketika mereka berlima tengah berkumpul bersama untuk pertama kalinya setelah beberapa minggu memiliki kesibukan yang cukup padat itu.

"Iya, dua bulan lagi. Syutingnya udah kelar, sih. Sekarang lagi proses editing." Jawab Winna setelah menelan makanannya. Mereka berkumpul di apartemen Winna dan menikmati kudapan yang baru saja selesai dibuat oleh Selene.

Gianna dan Ayla menyusul tiga sahabat mereka yang sudah lebih dulu mendudukkan diri di depan televisi dan menyantap makanan mereka itu. "Terus katanya besok mau liat proses editing-nya ya, kak? Gue diceritain sama Ganendra." Tanya Ayla sambil meletakkan segelas air dingin di depan masing-masing temannya itu.

Winna mengangguk, sudah pasti teman Anggara yang satu itu bercerita kepada Ayla. "Iya, besok gue lihat proses editing-nya. Tinggal dikit lagi sih, katanya." Balas Winna singkat, mengingat pesan yang diterimanya dari kak Hamzah beberapa hari yang lalu. Pesan yang memberitahunya mengenai progres dari pembuatan film itu, sekaligus pesan yang memberinya undangan untuk menemani kak Hamzah untuk melihat proses editing yang dilakukan oleh Anggara dan timnya.

Akhirnya. Batin perempuan itu.

Akhirnya, setelah dua bulan berlalu tanpa adanya interaksi dengan Anggara, dirinya bisa bertemu dengan laki-laki yang langsung meninggalkannya tanpa bicara apa-apa setelah kejadian di lift kala pembacaan naskah itu. Kejadian dimana Winna dengan tanpa paksaan berkata kepada Anggara bahwa dirinya melihat laki-laki itu sebagai ayahnya.

Kejadian dimana Winna membocorkan rahasia besarnya kepada Anggara.

"Wah, dua bulan lagi berarti kira-kira bareng, dong, sama konsernya EnamHari." Celetuk Gianna yang baru saja meresmikan hubungannya dengan Sabian setelah masa pendekatan yang tergolong singkat itu. Ketika Winna menanyakan alasan kenapa Gianna merasa nyaman dengan laki-laki itu, jawabannya berhasil membuat Winna menepuk dahinya.

Karena dia gampang kalo diajak cari makan, hehe.

"Lah, iya juga. Kok gue bisa lupa, ya? Padahal Sangkara udah wanti-wanti gue buat kosongin jadwal modelling di tanggal itu." Sahut Selene.

"Ganendra mau gak ya gue ajak nonton? Biasanya dia seneng sih kalo nonton konser."

Winna menyahuti kalimat Ayla. "Mau kayaknya, orang dia udah kenal sama Jayden, kan. Kali ada Jayden juga kasih tiket gratis buat Ganendra."

"Kalo lo, kak? Udah dikasih tiket gratis sama Jayden juga?" tanya Zaskia kepada Winna.

Winna teringat pada sahabatnya yang akhir-akhir ini tak terlihat batang hidungnya di depannya itu. "Hmm, gue terakhir kali ketemu sama Jayden tuh kapan, ya? Kok kayaknya udah lama gak ketemuan sama dia." perempuan itu mengendikkan bahunya. "Yah, gue belum dikasih, sih."

Gianna mendudukkan diri di samping Winna. "Eh, lo udah gak ada perasaan apa-apa kan, Win, sama Jayden?"

"Hah? Kenapa deh kok tiba-tiba tanya begitu?"

Selene menyahut. "Oh, yang itu ya, Gi?"

Winna menatap Selene dan Gianna bergantian dengan raut kebingungan. "Ih, apaan? Mentang-mentang punya ordal di EnamHari, ya, kalian."

"Kemarin, dua hari yang lalu, si Jayden bawa cewek ke tempat latihan mereka." Kata Selene, menjawab rasa penasaran dari Winna.

Mulut Winna menganga. "Wah, iya?! Kok dia gak cerita sama gue kalo lagi pedekate sama cewek?"

Gianna dan Selene lagi-lagi berpandangan. "Dia mau cerita ke elo, tapi takut ganggu katanya. Soalnya akhir-akhir ini, lo kayak kelihatan linglung dan gak jelas gitu, Win. Lo gak papa, kan?"

Beyond BoundariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang