[Hari-H Reuni]
"What? No way." Protes Winna seketika begitu selesai mendengarkan peraturan dari permainan yang baru saja dijelaskan oleh Sabian—teman Jayden sekaligus ketua kelompok mereka beberapa saat yang lalu.
Sabian melemparkan senyumnya. "Yes way, Winna. This is just for fun! Kalo kalian takut bakal mengganggu hubungan pasangan yang lo dapet dengan pasangan asli mereka, trust me, gak bakalan kejadian karena kalian semua jomblo and i know it." Balas Sabian yang langsung disambut dengan koor dari semua orang yang ada di sana—kecuali Winna.
"Jadi, kita cuma perlu ambil salah satu kertas yang udah ditulisin nomor temen-temen sekelompok kita dan keep in touch for a year? Tahun depan kalau ada reuni, kita bisa ceritain what happened between us, gitu?" rangkum Alika, teman sekelompok Winna yang lain.
"More precisely, yang ambil cuma yang cewek, si cowok nggak boleh ambil. Di kotak ini cuma ada nomor temen-temen cowok kita di jejeran kiri ini, nih." Jawab Bian lagi.
Winna langsung melotot. Otaknya mencerna kalimat Bian dengan cepat. "Wait, don't tell me ini kayak pasang-pasangin stranger sama stranger! The idea itself sucks, Bian!" protes Winna lagi. Sabian hanya memandangnya bingung, sebelum bertanya kepada Gianna.
"Lah, kan emang tahun ini temanya blind date, Win. Gak dikasih tahu sama Gianna, ya?" tanya Sabian balik. "Makanya gue sempet kaget pas tau lo dateng kesini. Eh, taunya lo gak tau sama sekali, ya?"
Badan Winna langsung melemas mendengar penjelasan Sabian. "Remind me to strangle you abis ini, Gi." Gumam Winna geram pada Gianna yang hanya cengengesan tanpa rasa bersalah.
"Ayolah, Win. Gue udah berbaik hati buat bikin kita engga kelihatan ngenes di depan temen-temen yang lain. Masa mereka pergi main berdua bareng pacar, kita berdua sendirian doang? Kan gue juga pingin!" bisik Gianna, tak ingin orang lain mendengar percakapan mereka.
Winna menghela napas. Seharusnya sudah bisa menebak karena sejak Ayla berhasil menggaet Ganendra setahun yang lalu, perempuan itu terus-menerus mendesaknya untuk mengikuti kencan buta bersamanya.
"Ayo Win, ambil. Sisa buat lo aja, nih." Panggil Sabian sembari menyodorkan kotak yang tinggal berisi secarik kertas yang digulung kecil itu. Winna menghembuskan napasnya lagi untuk kesekian kalinya.
Semoga dapet punya Sabian.
Sabian tersenyum puas dan menepukkan tangannya. "Alright then, semua udah dapet nomornya. Gue ingetin sekali lagi, kalo kalian gak nyaman sama set up ini, kalian bisa berhenti di tengah jalan. Asalkan berhentinya baik-baik dan gak cuma sepihak aja." Terang Sabian sekali lagi. Semua orang di sana mengangguk antusias—oh, kecuali Winna dan orang di depannya yang terlihat tak acuh dengan set up yang tengah berlangsung ini.
Winna mendecih pelan.
Semoga gak dapet punya dia.
"Oke, kalo gitu yang cewek boleh nge-dial nomor di kertas kalian."
Alika melakukan sesuai perintah Sabian dan diikuti oleh Rasti. Setelahnya, tinggal tersisa Gianna dan Winna. Jantung Winna berdegup kencang, karena dua laki-laki yang tersisa adalah dua orang yang sejak tadi sempat ia sebut dalam doanya. Kalau Gianna mendapatkan laki-laki di depan Winna, dirinya aman karena sudah pasti nomor yang dipegangnya adalah nomor Sabian. Kalau Gianna mendapatkan nomor Sabian, tamatlah sudah dirinya.
Penampilan laki-laki di depannya itu terlalu mirip dengan masa muda ayahnya. She's afraid she will do something she regrets later.
Suara nada dering terdengar nyaring ketika Gianna menekan tombol call di ponselnya. Tubuh Winna melemas ketika melihat wajah girang Sabian dan dirinya yang bergegas mengangkat telepon dari Gianna itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond Boundaries
Fanfiction[Inspired by the drama: Oh My Venus] "Beyond Boundaries-Melewati Batas" Winna Soraya menjalani hidupnya selama hampir tiga puluh tahun terkungkung di dalam batas yang dibuatnya sendiri. Batas yang muncul karena bentuk pertahanan dirinya akibat peri...