chapter nineteen-epilogue

248 26 5
                                    

Winna tengah keluar bersama Gianna dan Zaskia untuk menemani dua temannya itu berbelanja. Rasanya sudah lama sekali dirinya tak keluar dengan kedua temannya ini karena keduanya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Di antara kelimanya, Zaskia dan Selene memiliki profesi yang sama, yaitu model. Gianna menjadi penyanyi papan atas tanah air yang baru saja diundang untuk mengikuti acara penghargaan akhir tahun di Korea Selatan. Ayla adalah pegawai kantoran yang bekerja di bagian accounting dan tak jarang dirinya menjadi sasaran bagi teman-temannya yang hendak berkonsultasi soal masalah keuangan. Sementara Winna, dirinya adalah penulis yang baru saja menerbitkan buku barunya beberapa bulan yang lalu.

"Ini sama ini lebih cocok mana buat gue?" tanya Zaskia, mengundang Winna untuk memutar bola matanya. Pasalnya, perempuan itu sudah berkali-kali bertanya soal pendapat Gianna dan Winna soal pilihan bajunya, namun ujung-ujungnya Zaskia akan tetap keukeuh memilih baju yang disukainya.

Gianna tetap meladeni pertanyaan Zaskia dengan sabar. Dirinya meneliti dua dress pendek yang dibawa oleh Zaskia. Harus diakui, dua-duanya terlihat cocok di tubuh Zaskia yang tinggi semampai itu.

"Dua-duanya bagus, Zas." Komentar Winna. "Tapi, kayaknya lo udah punya banyak baju warna biru, jadi beli yang warna pastel aja." Tambahnya, yang diikuti dengan anggukan kepala dari Gianna.

"Setuju."

Zaskia bergumam, sebelum kemudian menganggukkan kepalanya. "Oke, deh. Gue ambil yang pastel kalo gitu. Lo gak mau beli apa-apa gitu, Win?"

Gianna dan Zaskia menatap Winna yang sedari tadi tidak membeli apapun dan hanya ikut berjalan mengikuti Gianna dan Zaskia yang asyik memilih pakaian untuk dicoba. Winna menggeleng, dirinya harus mulai menabung dari sekarang.

"Enggak, ah. Kapan-kapan aja."

Gianna memicingkan matanya. "Lo... gak lagi lunasin utang, kan?"

Winna langsung tergelak mendengarnya. "Ih, enggak, kok! Gue gak papa, guys. Cuma lagi pingin hemat dan mulai nabung aja."

"Eh, jangan bilang lo bentar lagi mau nikah?" celetuk Zaskia, berhasil membuat Winna tersedak ludahnya sendiri.

Gianna langsung bertepuk tangan meriah. "Hah, sumpah?! Ya Tuhan, selamat, Win! Gue kira lo bakal jadi orang terakhir yang nikah di antara kita berempat, eh ternyata udah mau nyusul kak Selene aja. Kapan dilamarnya?"

Winna menggelengkan kepalanya cepat seraya mengibaskan tangannya. Teman-temannya sudah salah paham dan itu berbahaya. "No, ih, gue belum dilamar! Ya gue pengen sih, dilamar sama Anggara tapi jangan dulu. Hubungan gue sama dia masih belum lama-lama banget, tau. I wanna explore more about him sebelum lanjut ke jenjang yang lebih serius." Terang Winna, disambut dengan decakan kecewa dari dua orang di depannya itu.

"Tapi, udah ada obrolan soal nikah, ya, berarti?" tanya Zaskia.

Winna mengangguk pelan, semburat warna pink muncul di pipinya yang memanas mengingat obrolannya dengan Anggara beberapa hari yang lalu ketika laki-laki itu dengan setengah mengantuk mengajaknya bicara soal pernikahan. Tanpa disadarinya, jika periode delapan bulan Anggara di Amerika itu dihitung, mereka sudah kenal dan berkomunikasi dengan baik selama lebih dari dua tahun. Dua tahun yang dimulai ketika dirinya tiba-tiba mengonfrontasi Anggara yang dianggapnya hanya berpura-pura baik kepadanya dan berujung Winna yang menangis tersedu-sedu di hadapannya. Sejak saat itu, hubungan mereka bisa dihitung sebagai hubungan yang baik.

Dengan suaranya yang memelan karena kantuk, Anggara berucap. "Aku belum pernah pacaran sebelum ini... beruntungnya aku, sekali pacaran bisa langsung dapet perempuan hebat kayak kamu..." laki-laki itu mengelus tangan Winna dengan jempolnya.

Beyond BoundariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang