Sebagai seorang mahasiswi Fakultas Psikologi, Aruna pernah sekali ditanyai oleh teman-teman remaja masjidnya, "Bisa gak, sih, cowok sama cewek itu cuma sebatas jadi sahabat dekat dan gak lebih?" Menurut ilmu yang ia pelajari selama ini dan apa yang dialaminya, tak ragu lagi dan dengan nada sedikit menyebalkan, Aruna menjawab, "Gak bisa."
Aruna tidak akan bilang kalau, "Cowok tuh pasti selalu mau kalo dikasih lebih. Kucing mana yang nolak kalo ditawarin ikan asin." Terlalu kasar, kan, kalau mengibaratkan laki-laki sebagai kucing dan perempuan sebagai ikan asin. Tidak etis.
Tapi, Arunan berani menjawab dengan yakin kalau laki-laki itu hanya bersahabat dengan perempuan yang menarik hatinya, karena buat apa bersahabat dengan perempuan yang beda kepribadiannya, kalau nyatanya lebih asyik nongkrong sama teman sesama lelaki. Beda dengan perempuan yang bersahabat atas dasar rasa nyaman.
Jadi, yang namanya persahabatan antara perempuan dan laki-laki itu tidak mungkin, kecuali..
Pasti ada pengecualian di setiap pilihan, kan.
Kecuali ini bisa berdasarkan banyak hal. Tapi, kebanyakan si perempuan sudah terlalu nyaman dengan persahabatan ini. Membunuh rasa tertarik bisa jauh lebih mudah dibandingkan harus kehilangan sahabat.
Dan melihat bagaimana Gazza dan Lula yang bisa bersahabat begitu dekat, tanpa ada tanda-tanda romansa yang tumbuh di antara keduanya. Pengecualian dalam ketidak mungkinan yang disebutkan tadi memang benar adanya. Gazza dan Lula memang benar-benar hanya sebatas sahabat. Mengakunya, sih, begitu.
Tidak usah dijelaskan lagi bagaimana kedekatan antara Gazza dan Lula. Pokoknya, sih, di mana ada Gazza, di situ Lula juga ada. Susah sama-sama dibagi berdua, tapi kalau senang ya sendiri-sendiri. Di setiap persahabatan pasti ada sisi nyebelinnya.
Berbagi sofa berdua sambil sender-senderan kepala di bahu masing-masing itu sudah biasa. Menghabiskan waktu di sisi masing-masing, padahal juga tidak ada hal penting yang diobrolin.
"La, ini cantik gak?"
Lula sedikit melirik, melihat foto seseorang yang ada di layar HP milik Gazza, "Siapa?"
"Jawab aja, malah balik nanya."
Tapi Lula balik melengos, tak menjawab pertanyaan Gazza.
"Eh jawab dulu, cantik apa enggak?" Gazza menggoyang-goyangkan bahunya biar Lula terganggu.
"Apa, sih. Iya cantik." Jawab Lula asal.
Dan Gazza langsung senyum girang. Ketawa-ketawa sendiri.
"Siapa, gebetan baru?"
"Hehehehehehe.."
Lula menegakkan tubuhnya dan langsung duduk menghadap Gazza. Padahal Lula ngomong begitu cuma asal.
"Yang kemaren dikemanain, Gazza?"
"Gak jadi."
Lula menaikkan sebelah alisnya, "Gak jadi? Seinget gue lo bilang, kalo sama dia udah cocok banget, cantik lagi. Terus apa lagi yang kurang?"
Gazza diam. Ia menegakkan tubuhnya dan ikut menghadap balik ke arah Lula. Kini keduanya saling berhadapan dalam diam.
"Lo tau, La. Dia tim mie sedaap. Gue sebagai umat penganut indomie merasa dikhianati."
Lula diam. Gazza juga diam.
"Sampah. Nyesel gue dengerin lo ngomong."
Beda sama Lula yang mendadak kesal dan menyesal sudah mendengarkan ucapan Gazza. Gazza malah tertawa puas. Sudah diseriusin ujungnya malah ngaco.
"Serius, nih, jawab dulu dong pertanyaan gue. Dia cantik gak?"
"Ini Kak Erita, kan?"
Gazza mengangguk sambil menaik turunkan alisnya lalu mengangkat jempol kanannya, "Gimana, pilihan gue?"
"Cantik, sih, cuma.." Lula mengangguk-anggukkan kepalanya, "Emang yang secantik Kak Erita mau sama yang modelan kayak lo?"
"Ya jelas mau! Asal.."
Gazza menggantungkan kalimatnya, Lula juga tak menyahut apapun seakan menunggu lawan bicaranya untuk kembali melanjutkan ucapannya.
"Asal lo mau bantuin gue deketin dia."
Lula memutar bola matanya malas.
"Gini ya, Kemal Gazza Erwanda, bukannya gue gak mau bantuin lo, nih, tapi gue aja gak kenal sama Kak Erita. Gimana caranya gue bisa bantu, sih?"
Gazza diam sejenak lalu ia bergerak mendekatkan tubuhnya pada Lula, dan Lula langsung diketekin. Selain hobi rebahan, Gazza memang suka ngetekin Lula. Seru aja, katanya.
"Lagian lo tumbenan deh minta tolong sama gue. Kalo suka, ya udah, deketin aja kayak biasa, sih," Lanjut Lula, "Oh, atau emang lo sengaja ya ngeledek gue, mentang-mentang gue jomblo, gitu?"
"Pikiran lo ke gue buruk banget sumpah," Gazza menggeleng-gelengkan kepalanya, "Maksudnya, kan, lo cewek, Lula, jadi pasti lo tau dong, cewek sukanya apa sukanya yang gimana."
"Halah, kemaren aja lo bilang gue kayak abang-abang tongkrongan warkop." Balas Lula tampak malas.
Gazza cuma nyengir dan langsung kembali ngetekin Lula. Strategi jitunya Gazza kalau sudah kalah omongan sama Lula. Soalnya Lula cuma bisa diam kalau lagi diketekin sama Gazza, karena wanginya, hm mantap!
"Ya, kalo gini jelas gak bakalan di bales. Basi banget tau, hai. Kayak ngajak anak smp kenalan." Sahut Yujin setelah Minhee menunjukkan isi direct message instagram yang ia kirim ke Lucy, tapi sampai hari ini tidak terbalas juga. Jangankan dibalas, dibaca juga enggak.
"Terus gimana dong?"
Lula langsung merebut HP Gazza dan mengetikkan sesuatu di sana.
"Lo harus narik perhatiannya dia dulu. Gimana caranya, lo harus kelihatan tertarik sama hal-hal yang dia suka."
Nyesel Gazza minta bantuan sama Lula.
september song ♫
KAMU SEDANG MEMBACA
September Song
Fanfictionpada akhirnya kita hanyalah dekat yang aku salah artikan ©2020 syyouth'syology [14]