months later...
Setelah hari itu berlalu, Gazza dan Lula sama-sama menjalani harinya dengan normal, atau mungkin berusaha menjalaninya dengan biasa. Menganggap semua masalahnya sudah selesai dan sudah tak ada lagi hal yang membuat keduanya harus merasa canggung.
Gazza dan Lula masih sama-sama berstatus sebagai anggota inti remaja masjid Brokoli Ijo, keduanya masih sering bertemu di markas remaja masjid untuk mengerjakan proyek-proyek terkait kegiatan remaja masjid. Tapi, memang sudah tak sesering dulu. Karena Gazza yang kini sudah duduk di bangku akhir sekolah menengah atas harus lebih fokus untuk ujian kelulusannya, belum lagi ia juga harus mempersiapkan segala hal untuk tes masuk kuliah.
Semuanya sudah kembali pada Gazza dan Lula di awal? Tidak juga. Nyatanya waktu belum bisa benar-benar menyembuhkan segalanya. Gazza yang telah memutuskan untuk memberi jarak, dan Lula yang tak pernah yakin untuk mempersempit jarak itu.
Bertemu seperlunya, bicara jika itu benar-benar penting. Tidak lagi seperti dulu, ketika satu sama lain menjadi pilihan utama untuk menghabiskan waktu luang.
Ini yang terbaik untuk keduanya sekarang? Mungkin. Akankah semuanya jadi lebih baik kedepannya? Entahlah, siapa yang pernah tau bagaimana masa depan akan berjalan.
Tentang Aswin, Lula masih berteman dengan lelaki itu seperti sebelumnya. Pertemanannya masih berjalan baik-baik saja. Hanya saja, sejak lelaki itu memutuskan akan mengambil lintas jurusan untuk kuliahnya tahun depan, waktu Aswin jadi lebih banyak tersita di sana.
Sedangkan Lula sendiri, boro-boro menata rencana bagaimana kuliahnya nanti, mikir makan siang enaknya beli mie ayam atau siomay saja Lula bingung.
"Aduh, jangan gue gue lagi dong. Gak paham tugas gue lagi numpuk apa?" Reyhan yang mengeluh karena merasa terlalu banyak dibebani dengan tanggung jawab.
"Ya masalahnya yang bisa cuma lo, Kak." Balas Mona.
Reyhan masih menggerutu, "Aturan tugasnya Ganesh sama Juna ini. Kalo gak pengertian itu bocah-bocah lagi bimbel buat UN, gak bakal gue bantu."
Saat weekdays seperti ini memang kehadiran anggota inti remaja masjid Brokoli Ijo di markas memang bisa terhitung minim, karena ya semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang masih sekolah, ada yang les, ada yang kuliah, ada yang rapat organisasi, ada yang kerja, ada yang mengurus rumah tangga. Jadi, memang kadang suka bikin keteteran.
"Oh iya, La.."
Lula langsung menoleh pada Reyhan begitu lelaki itu memanggil namanya, "Lo udah tau kalo Gazza mau ambil kuliah di luar?"
Lula yang semula sedang berkutat dengan laporan kegiatan di laptopnya, langsung menghentikan aktivitasnya seketika. Apa yang diucapkan Reyhan itu..
"Hah?"
"Ya gue juga gak tau bener enggaknya, tapi yang gue denger, sih, gitu."
Hatinya mencelos seketika.
Gazza yang mungkin menjauh tapi masih bisa Lula gapai untuk saat ini. Tapi, jika memang benar lelaki itu akan pergi untuk menempuh pendidikannya, apa mungkin jarak akan benar-benar memisahkan keduanya, sampai semuanya hilang?
"La-"
Dan detik itu itu juga Lula memutup laptopnya, entah file laporannya sempat tersimpan atau tidak. Saat ini ada yang lebih penting, Lula harus mengejar itu.
Bahkan jika memang ini kesempatan terakhirnya, Lula tak ingin semuanya terlambat dan akan membuatnya menyesal di kemudian hari.
"Kak, gue pinjem sepedanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
September Song
Fanfictionpada akhirnya kita hanyalah dekat yang aku salah artikan ©2020 syyouth'syology [14]