[5] no promises

10 4 0
                                    

"Makasih ya."

"Iya, sama-sama."

Lula diam, begitu pun Aswin.

"Mau mampir dulu?"

Niatnya cuma basa-basi aja, tapi, kok..

"Lain kali aja gue mampir. Boleh?"

"Boleh.."

Aswin tersenyum lalu kembali mengenakan helmnya, "Gue balik dulu ya. Bye, Lula."

"Bye."

Dan akhirnya Lula terbebas dari dua puluh menit kecanggungan sepanjang jalan, yang sudah berasa dua jam.

Awalnya Lula menerima tawaran Aswin untuk mengantarnya hanya sampai halte depan sekolah, sampai Lula bisa menemukan angkutan umum dan mengantarnya sampai rumah. Tapi, motor Aswin terus melaju lurus dan tak berhenti walau Lula sudah berkali-kali menepuk pundaknya.

"Sekalian aja, sejalan kok."

Akhirnya Lula diam di boncengan belakang motor Aswin. Tak mencoba mengajak bicara dan tak melakukan apa pun. Lula cuma diam sambil memperhatikan bangunan yang terlewat. Aswin juga begitu, diam fokus terus menatap ke depan.

Dan dibanding diantar pulang sampai rumah dan membuat orang rumahnya heboh, apalagi Raven yang pasti heboh kalau liat adiknya pulang diantar sama orang baru, Lula minta diturunin di depan Masjid Tombo Ati saja.

"Loh, La, kok udah balik?" Tanya Aruna yang lagi duduk di sofa depan markas remaja masjid, berdua sama Ariyan, "Katanya mau ke toko buku sama Gazza."

Nama Gazza disebut lagi, Lula masih kesal, "Gak tau, Gazza nyusruk kali nabrak portal."

Aruna dan Ariyan saling melempar tatapan bingung.

"Itu tadi dianter siapa?" Tanya Ariyan lagi.

"Temen."

"Itu tadi Aswin bukan, sih?" Sahut Aruna.

Lula berbalik menghadap Aruna, "Kak Aruna kenal?"

Aruna menganggukkan kepalanya, "Itu tetangga gue. Lo tau Pak Hartawan yang punya taman rekreasi itu. Apa, sih, Yan, namanya? Yang kita ke sana minggu lalu."

"Playland."

"Nah, Aswin itu keponakannya, La."

Ya, sebenarnya Lula juga tidak mau tau tentang silsilah keluarganya Aswin, sih. Tapi ya Lula iya iya saja.

Dan pantas saja Aswin bilang kalau jalan pulangnya searah dengan Lula, ternyata warga Ashiap Garden City yang letaknya tak jauh dari perumahan tempat Lula tinggal.

"Gebetan baru ya, La?" Zoey yang lagi ngupas apel tiba-tiba saja melongokkan kepalanya ke luar.

Lula langsung menggeleng cepat, "Apaan, enggak lah, temen."

"Ya yang sekarang jadi pasangan juga dulunya dari temen juga." Tatap Zoey jahil, "Pak Bos sama Bu Ketu juga dulu cuma temen, tapi sekarang udah nyetak undangan nikah."

Lula melirik Zoey tajam, "Gak jelas ah, Kak Zoey."

Zoey cuma tertawa, emang kalau gabut hobinya ngecengin orang. Ariyan sama Aruna cuma geleng-geleng kepala aja.

"Ya kenapa gitu jauh-jauh sama orang baru. Kalo mau yang beneran dari temen jadi demen, ya Lula sama Gazza aja," Senggol seseorang, "Iya gak, La?"

Itu Ganesh, yang tiba-tiba datang sambil nusuk cilok penuh saus merah.

Lula memutar bola matanya jengah. Gazza lagi Gazza lagi. Gak ngerti apa kalau Lula lagi males banget denger namanya Gazza gara-gara ditinggal jalan sama gebetannya gak bilang-bilang dan bikin Lula menunggu dengan sia-sia sampai selama itu. Mana waktu terbuangnya Lula cuma dihargai sama telur gulung lagi.

Mau doain Gazza supaya gak jadi sama gebetannya, tapi nanti Lula lagi yang repot. Soalnya kalau Gazza lagi patah hati, bisa sambat keLula sampai pagi buta, terus mojok sambil dengerin lagu-lagu super galau, yang bikin Lula jengah setengah mati.

"Gak usah bawa-bawa Gazza deh. Lagi kesel, nih, gue."

Ganesh cuma ngangguk-ngangguk, "Lagi berantem ya?"

"Halah, gak usah jadian sama temen sendiri, La. Iya kalo long last forever sampe akhir, kalo putus di tengah jalan? Gede, La, resikonya kehilangan temen."

Ini lagi Evan yang gak tau kapan dan dari mana datangnya, bisa tiba-tiba muncul dan ikut nimbrung.

"Lagian bosen tau pacaran sama temen sendiri, yang udah sering banget ketemu tiap hari, udah kenal sampe dalemannya. Jadi gak ada sensasi buat kenal lebih jauh lagi, gak ada misteri buat menerka-nerka." Lanjut Evan lagi.

"Bukannya malah enak ya, Bang, kalo udah kenal. Kan, udah tau baik buruknya doi gimana."

"Pengalaman gue sendiri aja, nih. Dulu gue sama Shanty juga gitu, baru jadian 3 minggu eh udah bosen, jalan 2 bulan putus juga."

"Itu, sih, emang Bang Evan yang gak cocok aja sama doi." Cibir Ganesh.

"Enak, tuh, kayak Ariyan sama Aruna. Seru, kan, bisa kenal dari awal?" Tanya Evan.

Ariyan dan Aruna sama-sama cuma senyum-senyum aja.

Dan Lula cuma mendengus malas, "Lagian siapa juga yang mau jadian sama Gazza, sih?!"

"Heh, apaan, nih? Ngomongin gue ya?"

Lagi-lagi satu orang tak diundang datang. Orang yang jadi bahan pembicaraan sejak tadi. Gazza yang berjalan mendekat sambil cengar-cengir, dengan helm yang masih terpasang di kepalanya.

Dan mendengar suara yang begitu familiar di telinganya membuat Lula langsung memperhatikan kedatangannya.

"Udah pulang lo? Katanya lagi mau jalan sama Kak Erita. Kenapa, gak jadi ya?" Tanya Lula dengan nada mengejek yang sangat ketara.

Lula masih kesal pokoknya sama Gazza perkara masalah tadi.

Tidak merasa disindir, Gazza ya masih cengar-cengir aja sambil garuk-garuk kepala, "Gak jadi hehehe.."

Lula cuma melirik, "Ditinggal di toko buku ya lo, dia kabur?"

"Ya jangankan masuk ke toko buku, baru juga ngambil tiket parkir eh dia minta pulang, katanya dia lupa kalo harus cepet ke rumah hari ini."

Lula mau ngetawain Gazza atas ketidak berhasilannya hari ini, tapi sudah kepalang males lah.

"Kita ke toko bukunya besok aja ya? Atau nanti malem deh kalo gue gak males."

Kita? Kita siapa, nih? Apa maksudnya Gazza ngajak Lula lagi setelah tadi Lula disuruh pulang begitu saja setelah menunggu tanpa hasil? Haha, no!

"Lo gak ada acara, kan?"

Lagi-lagi Lula cuma melirik tajam pada Gazza, lalu melangkah meninggalkan semua yang ada di sana dan masuk ke dalam markas. Dengan kaki yang melangkah menghentak cukup kencang. Benar-benar menunjukkan kekesalannya.

"Lah marah dia?"

Yang ada di sana cuma menatap Gazza sambil menghela nafasnya.

"Baru kemaren dia ngambek gara-gara gue beliin martabak jagung keju. Eh, marah lagi dia sekarang. Maunya apa coba?"

"Lo pikir sendiri aja deh."

Dan Gazza ditinggal sendiri di sana.




september song

September SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang