[10] how will i know

9 3 1
                                    

"Waktu kamu bilang kamu punya temen yang udah deket banget kayak sendal jepit yang ke mana-mana berdua, waktu kamu bilang mau ke rumah malem-malem itu, yang kamu bawa selimut bareng temen kamu, aku kira dia cowok loh," Ucap Erita, "Ternyata cewek."

Gazza langsung tersenyum bangga dan menggeser tubuhnya untuk duduk lebih dekat dengan Lula lalu merangkul pundaknya, sedangkan Lula cuma tertawa canggung.

Ketiganya sekarang memang lagi duduk di satu meja yang sama. Bukan disengaja sebenarnya, tapi kebetulan ketemu saja dan berakhir duduk bersama, walaupun atmosfer di sekitar mereka juga tak terasa begitu menyenangkan. Cuma Gazza sendiri saja yang haha hihi sambil menikmati waktu.

Lula tadi memang lagi jalan ke mall sama Celline, niatnya, sih, nemenin Celline yang lagi cari-cari heels buat acara kampusnya. Tapi, baru juga muter lima belas menit, tiba-tiba Celline diculik sama teman kampusnya, yang kalau Lula tidak salah dengar namanya Raji, dan langsung menarik Celline untuk ikut bersamanya. SebenarnyaLula bisa ikut, tapi Lula tidak mau saja kalau cuma jadi orang ketiga, cuma jadi kambing congek yang ngikutin di belakang. Akhirnya Lula memilih untuk menunggu Celline di Solaria.

Dan waktu Lula baru menghabiskan setengah porsi kwetiaunya, sebuah cubitan di pipi seketika mengagetkannya. Hampir saja kwetiaunya menyembur keluar kalau tak berhasil Lula tahan saking kagetnya.

"Ga.. Za.. ngwapaiinn?" Mulut Lula masih penuh dengan kwetiau yang belum sepenuhnya ia telan.

"Kalo lagi makan jangan sambil ngomong."

Lula masih mengunyah lalu menelan makanannya, sambil terus menatap tajam pada Gazza, yang entah sejak kapan ada di sana.

"Kok di sini? Ngapain?"

"Erita, duduk sini." Gazza menunjuk kursi di hadapannya dan mempersilahkan seseorang yang dari tadi hanya berdiri diam tak jauh dari meja Lula.

Lula langsung menoleh, "Oh, sama Kak Erita. Halo, Kak, hehe.."

Erita berjalan mendekat, duduk di seberang kursi Gazza dan membalas senyum Lula singkat.

"Lula sendiri aja?"

Lula mengangguk, belum sempat ia menjawab, Gazza sudah menyambar, "Kasian banget temen gue jomblo, sih."

Sudah mana suaranya Gazza kencang dan menarik perhatian, bikin malu. Kalau ini bukan di tempat umum, sudah Lula tendang itu Gazza sampai jatuh terguling dari kursinya. Cuma karena ramai saja jadi Lula tahan, lebih-lebih lagi ada pacarnya. Lula mana berani jadi barbar.

"Berisik. Gue tadi jalan sama Kak Celline, eh di depan gramed ketemu sama temennnya. Siapa, sih, namanya, temen lo juga, Kak Raji ya?"

"Oh.." Gazza cuma ngangguk-ngangguk.

Lalu ketiganya diam. Dan kecanggungan itu pun dimulai.

Lula kira, Gazza dan Erita cuma mampir menyapa Lula, lalu akan melanjutkan kencan mereka sendiri dan kembali meninggalkan Lula. Tapi, Gazza tetap duduk di sebelahnya, bahkan lelaki itu sekarang menarik piring kwetiau Lula dan menghabiskan sisanya tanpa permisi, tanpa ada tanda-tanda untuk cepat pergi dari sana.

"Pesen sendiri kalo laper." Lula menarik kembali piringnya.

Tapi kembali ditahan oleh Gazza, "Pelit banget lo, biasanya juga kita boba segelas bagi dua.

"Kalian berdua, deket banget ya?"

Pertanyaan Erita yang langsung menarik atensi Gazza dan Lula.

Gazza kembali tersenyum bangga dan lagi-lagi merangkul pundak Lula mendekat, "Ya gitu deh, dia yang nempel-nempel terus sama gue."

"Ngaco." Sahut Lula.

September SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang