Sekian lama Gazza dan Lula berhasil saling menghindar dan saling tak peduli satu sama lain, tapi, pada akhirnya hari ini pun datang juga. Hari di mana Lula dan Gazza harus bertemu dan berdekatan satu sama lain untuk waktu yang lama.
Hari pernikahan Sabil dan Melanie, di mana anggota remaja masjid inti Kelurahan Brokoli Ijo menjadi pendamping pengantin pada acara pernikahan. Gazza dan jajaran akhi lain menjadi groomsmen, serta Lula dan jajaran ukhti menjadi bridesmaids.
Menjadi groomsmen dan bridesmaids bukan sekedar jalan berdampingan di belakang mempelai pria saat akan memjemput pasangannya. Mulai dari persiapan pernikahan, bridal shower yang kalau khusus Sabil dan Melanie, sih, diganti sama pengajian bertema bagaimana membangun kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah. Belum lagi jadi tempat sampah buat curhatan si calon pengantin yang tentu saja mengkhawatirkan ini dan itu. Aneh, kan, dicurhatin tentang pernikahan, tapi yang dicurhatin belum ada yang nikah. Boro-boro nikah, calonnya saja masih proses pencarian.
Gladi kotor untuk para groomsmen dan bridesmaid sudah dilaksanakan dari beberapa hari kemarin. Dan sudah beberapa hari ini juga Gazza dan Lula mengucapkan keberatan kalau keduanya harus jalan bersebelahan. Di awal saat tau posisi Gazza dan Lula menjadi pasangan, dua-duanya sudah sama-sama protes minta ganti. Mencoba mengerti bagaimana suramnya hubungan Gazza dan Lula sekarang, akhirnya sepakat Lula sama Reyhan, Gazza sama Tere.
Tapi, saat gladi bersih di pagi saat Hari-H, semuanya terpaksa kembali ke rencana awal, karena tim Wedding Organizer sudah menentukan, tidak bisa diganggu gugat, padahal cuma perkara siapa jalan berdampingan sama siapa.
"Udah deh, nurut aja, sehari ini doang lo berdua akur. Kalo acara selesai, lo mau balik baku hantam apa main pukul-pukulan berdua, terserah deh. Jangan ngerusak hari bahagia orang cuma karena masalah pribadi kalian yang gak jelas akhirnya." Titah Evan, yang kalau sudah ngomong serius jadi serem.
Dan di sini lah Lula dan Gazza sekarang, berdiri berdampingan tepat di belakang Esa dan Celline. Lula yang mengenakan dress panjang dusty rose dan Gazza yang mengenakan setelan jas berwarna navy blue, seragam dengan sepuluh pasang lainnya.
Disaat yang lain tampak cerah, ceria dan bersahaja menjalani peran mereka sebagai groomsmen dan bridesmaid, cuma Lula dan Gazza yang jalan bersebelahan tapi tampak enggan dan asing, seperti dua orang yang kebetulan berdiri sebelahan pas lagi antri beli bubur. Bayangkan saja betapa awkwardnya suasana yang terbentuk di antara Gazza dan Lula.
Bahkan, Ariyan dan Aruna yang berdiri tepat dibelakang keduanya juga jadi ikutan canggung.
"Aku kira mereka kemarin berantem terus diem-dieman cuma karena rebutan tetelan bakso. Tapi, kayaknya bukan karena itu deh." Bisik Ariyan yang langsung mendapat pukulan pelan dari Aruna.
"Ya emang mereka anak kelas empat sd apa, cuma gara-gara makanan aja berantem."
"Padahal baru kemarin ya kamu ngambek, gak mau ngomong sama aku gara-gara kulit ayamnya gak sengaja kebuang."
"Kalo itu, kan, beda-"
Perdebatan sepasang yang sama-sama random ini lebih baik ditinggalkan saja.
Gazza dan Lula cuma diam. Diam, tapi tak berarti keduanya sama sekali tak mendengar apa yang dibicarakan oleh Ariyan dan Aruna. Walaupun di tengah keramaian orang-orang yang datang dan ikut merayakan hari bahagian Sabil dan Melanie, jarak mereka pun tak lebih dari satu meter. Hanya saja Lula dan Gazza memilih untuk diam.
Gazza dan Lula yang sedang canggung karena masalah pribadi mereka, yang lain jadi ikut kikuk kalau ada di sekitar keduanya. Susah, sih, memang kalau ada teman dekat yang lagi berantem.
Nyatanya memang, menyatukan Gazza dan Lula dalam situasi seperti ini adalah ide yang buruk.
Sebelas pasang groomsmen dan bridesmaid yang berjalan mengiringi di belakang mempelai wanita. Membawa keranjang bunga dengan anggun dan indah. Mengantar sang wanita untuk menemukan prianya. Lalu berjalan mundur, keluar dari karpet merah yang terbentang panjang di tengah.
Semuanya kini duduk berkumpul di meja bundar yang telah disediakan untuk para tamu. Ada yang duduk dan mengistirahatkan diri lebih dulu. Ada yang minum air dulu. Ada yang langsung ambil makan dengan tidak tau dirinya. Bodo amat sama tamu lain yang masih mengantri untuk bersalaman dengan pengantin. Ambil makanan sebelum habis dibabat.
Kecuali Gazza, yang memilih untuk memisahkan diri dari teman remaja masjidnya yang lain dan memilih untuk berkumpul dengan teman satu bandnya, kecuali Lintang yang mau ditarik ikut sama Gazza tapi lagi sibuk berkeliling cari makan sama Ilene.
"Cewek lo jadi dateng, Kak?" Tanya Orion yang baru datang setelah sesi bersalaman dengan dua mempelai.
"Cewek gue yang mana? Ngeledek lo?" Padahal gak ditanya, tapi Emil malah nyahut.
"Udah tau jomblo malah nyahut. Gak nanya lo juga, sih, Bang."
Dan yang ditanya masih sibuk menatap HPnya sejak tadi sambil sesekali memperhatikan area pintu masuk, seperti sedang menunggu seseorang.
"Ke depan dulu gue, mau nyusulin Erita."
Gazza melangkah dengan semangat, mencari Erita yang katanya sudah menunggu di halaman depan. Melambaikan tangannya pada gadis dengan dress biru dongker yang senada dengan jas miliknya, sebelum dua orang berpapasan secara tak sengaja dengannya. Lula yang sepertinya juga baru menjemput Aswin datang.
"Halo, Kak.." Sapa Aswin sopan.
Gazza diam. Hanya diam memandang ke arah Lula dan Aswin bergantian. Menganggukkan kepala sebagai jawaban dari sapaan, dan pergi dari hadapan keduanya secepat kilat.
Ada sedikit rasa kesal ketika Gazza kembali menatap punggung Aswin dan Lula yang sudah berjalan masuk. Kemeja putih dan celana dusty rose tua yang dikenakan Aswin tampak begitu serasi dengan pakaian Lula hari itu. Keduanya yang tampak akrab.
"Gazza."
Sampai lelaki itu tak sadar jika Erita sudah ada di sampingnya dan berkali-kali memanggil namanya, tapi tak mendapat balasan sama sekali darinya.
"Gazza!"
"Oh? Kamu udah dateng?"
Padahal jelas-jelas tadi sudah tersenyum dan menyapanya, lalu pertanyaan apa yang sekarang dilontarkan lelaki ini?
"Ayo masuk."
Dan selama menghadiri undangan itu, Erita yang duduk tepat di sebelah Gazza tapi fokus Gazza seperti melayang entah ke mana. Gazza lebih banyak diam dan hanya bicara seperlunya pada Erita. Dan mengikuti tatapan lelaki itu, seharusnya Erita tak perlu bertanya lagi, karena memang Lula tujuannya.
Beberapa kali Erita sempat berusaha untuk mengalihkan perhatian kekasihnya. Tapi, sepertinya keakraban Lula dan Aswin lebih bagai magnet bagi Gazza.
"Capek ya jadi groomsmen?" Tanya Erita yang langsung menyadarkan Gazza dari lamunannya.
Gazza langsung menggeleng, "Gak juga kok, banyakan bercandanya juga sama anak-anak. Kayak kegiatan biasa lah. Gak ribet juga kayak anak cewek yang pake bridal shower ini itu lah."
Erita cuma ngangguk-ngangguk.
"Kamu mau cheese tea? Biar aku ambilin." Tawar Gazza.
"Gak usah deh, tenggorokan aku lagi seret banget." Jawab Erita sambil memegang lehernya
"Kalo gitu air putih aja ya?"
Erita mengangguk, "Boleh."
Gazza mengacak pelan rambut Erita, sebelum berdiri dari duduknya dan mengambil minum untuk kekasihnya.
Tanpa sadar, jika seseorang yang sedari tadi ia perhatikan, kini juga sedang memperhatikannya balik.
september song ♫
KAMU SEDANG MEMBACA
September Song
Fanfictionpada akhirnya kita hanyalah dekat yang aku salah artikan ©2020 syyouth'syology [14]