Taman Kota

820 182 31
                                    

"Sudah ku bilang tetaplah di sini, Hanagaki-san" tegas Naoto. Ia kesal sekali melihat Takemichi yang ngambek—minta pulang. Kalau begini terus Naoto merasa seperti sedang mencuik Takemichi.

"Duh... kenapa sih Naoto! Aku itu ingin pulang. Ngapain juga aku lama–lama di sini, aku kangen Hina!" Takemichi berteriak frustasi. Sudah hampir seminggu ia di tahan di rumah Naoto—kangen katanya.

Naoto menatap iba pujaan hatinya yang bodoh itu, ia menghela napas berat. Jika saja Takemichi tahu kalau Hinata selingkuh, pasti Takemichi tidak akan bersikap seperti ini. Ah, tidak—jika Takemichi tahu kalau kakaknya selingkuh pasti dia akan bersikap seolah ia baik – baik saja, dan mungkin akan meng-ikhlaskan wanita yang sangat di cintai oleh Takemichi itu.

"Nggak boleh, Hanagaki-san." Ucap naoto ulang. Takemichi memasang wajah cemberut yang imut. 'tidak apa, Naoto kuat, Naoto bisa—Naoto sudah dewasa, sudah pasti aku tidak akan luluh dengan pesona Takemichi' ujarnya dalam hati.

"Ahh... mau pulang, mau pulang, mau pulang, mau pulang, mau pulang." Rengekan yang cepat itu berasal dari Takemichi yang sudah guling–guling di lantai.

"Nggak boleh, nggak boleh, nggak boleh, nggak boleh, nggak boleh, nggak boleh" balas Naoto tak kalah cepat dengan Takemichi.

Adu mulut itu terus saja berlanjut sampai sebuah dering telepon menginterupsi kegiatan mereka. Naoto dan Takemichi sontak menoleh ke arah sumber suara. Takemichi bangkit dan mengambil ponsel yang terletak di atas nakas meja makan, ada nomor tak dikenal yang tertera di layar ponselnya. Takemichi mengangkat telpon tersebut,

"Halo, dengan Hanagaki Takemichi di sini" ucapnya. Keheningan mengisi waktu beberapa saat, sampai sebuah suara—yang sangat Takemichi kenal terdengar dari ujung telepon.

"Micchi"

"Mikey-kun" panggil Takemichi dengan nada riang.

Air muka Takemichi berubah, sebuah senyum terbit di sana. Naoto yang melihat diam–diam merasa iri, sebenarnya ia ingin menegur Takemichi yang terlihat senang karena menjawab telepon sambil tersenyum tapi ia lupa—ia lupa kalau sekarang dia bukanlah siapa – siapa bagi Takemichi. Jadi sekarang Naoto hanya bisa menggigit bibir bagian dalam, guna menyalurkan kekesalan yang bersarang di hati.

...

Meskipun rasa kesal masih bersarang di hatinya, ia tetap saja tak bisa membiarkan Takemichi pergi jauh – jauh. Seperti sekarang ini, Mikey mengajak Takemichi untuk ketemuan—reunian dalihnya, tapi Naoto tahu bahwa itu hanya modus bulus ala – ala saja. Tapi tetap saja, hal ini masih lebih bagus dari pada harus mengantarkan Takemichi pulang ke kos-an yang sedang di huni oleh dua orang tanpa peri kemanusiaan.

Mobil yang ditumpangi Naoto dan Takemichi melaju dengan kecepatan pelan. Mereka sedang menuju taman kota—tempat di mana Takemichi dan Mikey janjian untuk meet up. Lagu–lagu khas anak senja selalu di putar saat sudah sore begini, Takemichi yang hapal beberapa lagu yang diputar pun sesekali ikut bernyanyi. Naoto baru tahu kalau Takemichi itu bagus dalam bernyanyi, mungkin kalau Takemichi focus berlatih vocal ia bisa menjadi artis yang bersinar.

Mereka sampai di taman kota, Takemichi langsung ambil aba–aba untuk turun namun urung karena Naoto tidak kunjung melepas seatbelt  yang melingkari tubuh bagian atas Naoto. Kening Takemichi mengkerut,

"Ada apa Naoto, kau tidak ingin ikut?" Tanya Takemichi. Naoto menatapTakemichi sebentar kemudian mengangguk.

"Sebenarnya aku masih belum tidur dari kemarin, Hanagaki-san. Jika kamu ingin bertemu dengan Sano Manjiro maka pergilah sendiri. Aku sudah sangat mengantuk—tidak apa kan, Hanagaki-san?" ucap Naoto lemah, Takemichi hanya tersenyum lebar,

SORRY [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang